Palembang (ANTARA News) - Aksi teror di Indonesia dinilai tidak bisa dipandang sepele, karena cenderung sudah menjadi bahaya laten yang harus diwaspadai dan diantisipasi serta dibasmi dengan sistem keamanan nasional yang profesional, kata politikus Partai Hanura, Dr Yuddy Chrisnandi.

"Aancaman terorisme di Indonesia jangan dianggap sepele," kata Yuddy di Palembang, Minggu.

Tetapi harus disiapkan pengamanan yang profesional secara nasional untuk mengatasi bahaya laten teroris tersebut, kata mantan anggota Komisi I DPR itu.

Menurut dia, terungkapnya aksi terorisme di Aceh menjadi salah satu bukti kalau selama ini Indonesia menjadi basis teroris yang cukup masif.

Di sisi lain terungkapnya aksi teror menjadi bentuk kerja keras dari aparat kepolisian, sehingga masyarakat harus memberikan apresiasi terhadap kinerja Densus 88, ujar dia.

Ia menyatakan, di samping memberikan apresiasi atas keberhasilan Densus 88, juga harus mendukung profesionalisme aparat dalam melaksanakan tugas mereka dengan mengedepankan penghormatan atas hak asasi manusia (HAM).

"Seharusnya pembasmian teroris bisa berjalan profesional dan tidak mengangkangi HAM," kata dia.

Dia menjelaskan, untuk mendorong profesionalisme polisi, aparat penegak hukum itu pun harus menjadi pengayom masyarakat seperti fungsi dasarnya.

Dengan demikian, Yuddy mengaku yakin, kalau polisi mau menjadi pengayom dan berbaur dengan masyarakat maka berbagai tindak kejahatan tidak akan sulit diantisipasi karena komunikasi dua arah berjalan optimal.

Ia menambahkan, timbulnya bahaya laten teroris juga disebabkan karena masih rendah tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga tidak memiliki daya tangkal terhadap pengaruh lingkungan yang buruk.

Hal itu, tentu erat kaitannya dengan kesejahteraan penduduk yang masih di bawah rata-rata hidup layak, sehingga kemiskinan jadi bibit negatif pengaruh timbulnya kekerasan dan terorisme, demikian Yuddy yang kini Pengurus DPP Partai Hanura.
(T.B014/R009)