Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri(PM) Israel, Benjamin Netanyahu, pada Sabtu (13/3) memberitahu Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan PM Italia, Silvio Berlusconi, bahwa Israel tidak berencana mempercepat pembangunan permukiman kontroversial, demikian menurut sumber di pemerintahan.

Sehari setelah teguran dari Washington --yang sangat jarang terjadi bagi Israel-- terkait dengan rencana pembangunan sekitar 1.600 permukiman baru di Jerusalem timur, Netanyahu langsung Merkel dan Berlusconi.

Dia memberitahu mereka bahwa Israel tak berencana "meningkatkan" kecepatan pembangunan permukiman di kawasan berpenduduk mayoritas Arabdi Jerusalem timur, menurut sumber.

Netanyahu juga menyesalkan waktu pengumuman mengenai permukiman itu, yang dilakukan Selasa, saat Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden melakukan kunjungan bersejarah ke Israel dan mengadakan perundingan di Jerusalem.

Perdana Menteri Israel itu memberitahu Merkel dan Berlusconi bahwa pemerintahannya telah melakukan upaya yang semestinya sehingga insiden yang disesalkan tidak akan terluang lagi, tambah sumber itu.

Pengumuman tersebut memicu kemarahan masyarakat internasional, negara-negara Arab dan Palestina, dan kecaman AS --yang jarang terjadi-- kepada Israel.

Dalam suatu kalimat keras yang tidak biasa, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, mengatakan kepada Netanyahu, Jumat, bahwa pengumuman itu mengirimkan "sinyal sangat negatif" mengenai hubungan Israel dengan sekutu-sekutu utamanya.

Kuartet Timur Tengah yang terdiri atas Uni Eropa, AS, Rusia dan PBB dalam sebuah pernyataan mengecam keputusan Israel untuk mempercepat rencana pembangunan permukiman baru di Jerusalem timur.
(Uu.G003/M016/P003)