Banjir di Ciganjur masih menyisakan lumpur dan genangan
11 Oktober 2020 09:28 WIB
Petugas bersama relawan membenahi rumah warga yang rusak akibat tanah longsor di kawasan Ciganjur, Jakarta, Minggu (11/10/2020). Hujan deras sejak Sabtu (10/10) sore mengakibatkan permukiman penduduk di Jalan Damai RT 004 RW 002, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan mengalami banjir sekaligus longsor yang merenggut satu korban meninggal dunia dan dua luka-luka. ANTARA FOTO/ Reno Esnir/foc.
Jakarta (ANTARA) - Banjir dan longsor yang menimpa warga Jalan Damai, RT 004/RW 012 Kelurahan Ciganjur, Jagakarsa berangsur-angsur mulai surut dan menyisakan lumpur serta genangan di jalan dan pemukiman warga, Minggu pagi.
Camat Jagakarsa Alamsyah menyebutkan warga bersama-sama pasukan oranye kelurahan dan kecamatan mulai berbenah membersihkan sisa lumpur dan air yang masih tergenang.
Baca juga: Satu warga tewas akibat Kali Setu Ciganjur longsor
"Kondisi air sudah surut tapi masih ada yang mengalir ditambah ada lumpur juga yang menutupi," ujar Alamsyah.
Banjir dan longsor terjadi Sabtu malam saat hujan dengan intensitas lebat mengguyur wilayah Jakarta Selatan.
Baca juga: Damkar Jaktim evakuasi 52 warga di tiga kecamatan akibat banjir
Menurut Alamsyah, banjir dikarenakan aliran Kali Anak Setu terhambat oleh tembok pembatas kali di perumahan Melati Residen yang roboh hingga arus deras kali membanjiri pemukiman warga.
Baca juga: 300 rumah warga di Kelurahan Ciganjur terendam banjir 150 cm
Aparat kelurahan mencatat kurang lebih 300 rumah warga di RT 04/RW 012 terendam banjir dengan ketinggian mulai dari 70 cm hingga 150 cm.
"Bukan tanggul yang jebol tetapi tembok Melati Residen yang berada di pinggir kali Anak Setu yang ambruk atau longsor sehingga menutupi aliran Kali Anak Setu," ujar Alamsyah.
Ia menyebutkan, panjang tembok yang roboh mencapai 50 meter dengan ketinggian 10 meter dari atas kali.
Tidak hanya itu, tembok pembatas kali perumahan tersebut roboh ke arah seberang kali hingga mengenai pemukiman warga yang berada di bantaran.
Tercatat ada dua korban luka-luka dan satu orang meninggal dunia pada saat peristiwa banjir dan longsor terjadi.
Data korban meninggal dunia, Widiar Nohara (40), sedangkan dua korban luka-luka belum diketahui namanya, keduanya adalah perempuan berusia 50 tahun dan 48 tahun.
Menurut Alamsyah, tembok pembatas kali di perumahan tersebut berdiri vertikal di tanah yang curam, sehingga tidak kuat menahan beban saat hujan.
"Apalagi itu tanah gundukan," kata Alamsyah.
Camat Jagakarsa Alamsyah menyebutkan warga bersama-sama pasukan oranye kelurahan dan kecamatan mulai berbenah membersihkan sisa lumpur dan air yang masih tergenang.
Baca juga: Satu warga tewas akibat Kali Setu Ciganjur longsor
"Kondisi air sudah surut tapi masih ada yang mengalir ditambah ada lumpur juga yang menutupi," ujar Alamsyah.
Banjir dan longsor terjadi Sabtu malam saat hujan dengan intensitas lebat mengguyur wilayah Jakarta Selatan.
Baca juga: Damkar Jaktim evakuasi 52 warga di tiga kecamatan akibat banjir
Menurut Alamsyah, banjir dikarenakan aliran Kali Anak Setu terhambat oleh tembok pembatas kali di perumahan Melati Residen yang roboh hingga arus deras kali membanjiri pemukiman warga.
Baca juga: 300 rumah warga di Kelurahan Ciganjur terendam banjir 150 cm
Aparat kelurahan mencatat kurang lebih 300 rumah warga di RT 04/RW 012 terendam banjir dengan ketinggian mulai dari 70 cm hingga 150 cm.
"Bukan tanggul yang jebol tetapi tembok Melati Residen yang berada di pinggir kali Anak Setu yang ambruk atau longsor sehingga menutupi aliran Kali Anak Setu," ujar Alamsyah.
Ia menyebutkan, panjang tembok yang roboh mencapai 50 meter dengan ketinggian 10 meter dari atas kali.
Tidak hanya itu, tembok pembatas kali perumahan tersebut roboh ke arah seberang kali hingga mengenai pemukiman warga yang berada di bantaran.
Tercatat ada dua korban luka-luka dan satu orang meninggal dunia pada saat peristiwa banjir dan longsor terjadi.
Data korban meninggal dunia, Widiar Nohara (40), sedangkan dua korban luka-luka belum diketahui namanya, keduanya adalah perempuan berusia 50 tahun dan 48 tahun.
Menurut Alamsyah, tembok pembatas kali di perumahan tersebut berdiri vertikal di tanah yang curam, sehingga tidak kuat menahan beban saat hujan.
"Apalagi itu tanah gundukan," kata Alamsyah.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020
Tags: