Brasilia (ANTARA News) - Presiden Brazil, Luiz Inacio Lula da Silva, berupaya membawa perspektif baru bagi proses perdamaian dalam kunjungan pekan mendatang ke Israel, wilayah Palestina dan Jordania, yang juga bertujuan mendorong tumbuhnya pengaruh global Brazil.

Upaya perdamaian memerlukan "seseorang yang netral untuk membicarakan kebenaran kepada rakyat Israel, mengatakan kebenaran kepada rakyat Palestina, rakyat Iran, rakyat Suriah dan siapapun yang ingin mendengarkan kebenaran", kata pemimpin Brazil itu dalam wawancara yang diterbitkan menjelang keberangkatannya.

Lula berpendapat bahwa Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga akan memainkan peran lebih menonjol di kawasan itu sebagai "artikulator besar" perdamaian, dalam wawancara dengan surat kabar Israel Haaretz dan The Marker serta Kantor Berita Arab-Brazilia (ANBA).

Namun dia mengatakan, peran PBB adalah terbatas, karena "Dewan Keamanan tidak mewakili geopolitik abad ke-21", demikian transkrip yang diedarkan di Brasilia yang dikutip AFP.

Kunjungan Lula, yang pertama ke kawasan itu oleh seorang kepala negara Brazil, dilakukan beberapa hari setelah keputusan kontroversial Israel mengenai pembangunan permukiman baru di Jerusalem timur.

Kunjungan tersebut juga dilakukan pada saat anggota tidak tetap Dewan Keamanan baru berusaha menyuarakan upaya-upaya untuk mencapai kesepakatan perdamaian Palestina-Israel.

Israel mengumumkan persetujuannya pekan ini bagi pembangunan 1.600 rumah baru bagi pemukim Yahudi di wilayah Arab Jerusalem timur.

Kebijakan tersebut mengancam harapan Amerika Serikat untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian, yang terhenti.

Brazil juga melangkah ke dalam masalah lain kawasan dengan tumbuhnya kepercayaan dalam beberapa bulan terakhir, berselisih pendapat dengan AS dan Jerman mengenai niat mereka untuk mengenakan sanksi lagi kepada Iran, berkaitan dengan kecurigaan program nuklirnya.

Pada Senin, Lula bertemu di Jerusalem dengan Presiden Israel Shimon Peres, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan pemimpin oposisi Tzipi Livni, mantan menteri luar negeri negara itu.

Pada hari berikutnya, Lula menyeberang ke Tepi Barat untuk menemui Presiden Palestina Mahmud Abbas, dan Perdana Menteri Salam Fayad.

Dalam gerakan simbolis yang menyampaikan solidaritasnya bagi rakyat Palestina, Lula akan tinggal semalam di Bethlehem, dan pada Rabu, dia akan mengunjungi pusat pemerintahan yang dikepung, Ramallah.

Dia kemudian akan menuju Jordania untuk bertemu dengan Raja Abdullah II untuk membahas peran yang ditingkatkan Brazilia dalam perundingan perdamaian Timur Tengah.

Menjelang akhir 2009, pemimpin Brazil itu mulai memainkan peranan yang lebih besar pada persoalan Timur Tengah, ketika negara Amerika Selatan itu berusaha meningkatkan pengaruh ekonominya.

Pada November lalu, Lula membuat tuntutan keras kepada Tel Aviv agar membekukan perluasan pembangunan permukimannya di Tepi Barat.

"Perbatasan-perbatasan negara Palestina mendatang harus dipelihara, dan gerakan pembebasan perlu dijamin di wilayah yang diduduki (negara Yahudi itu)," katanya, setelah bertemu dua jam dengan Abbas.

Sementara itu Kementerian Luar Negeri Brazil juga menyampaikan "keprihatinan yang dalam" atas niat Israel untuk membangun perumahan baru di bumi rakyat Palestina, yang merupakan bagian dari ibu kota negara masa depan mereka.

(Uu.SYS/H-AK/S026)