Jakarta (ANTARA) - Hujan cukup deras mengguyur di jantung Ibu Kota Jakarta pada Jumat dini hari.
Hujan yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta itu pun membasuh suasana kota yang panas akibat aksi dari massa yang kontra terhadap Undang-Undang Cipta Kerja.
Imbas guyuran hujan angin pun terasa lebih dingin dari biasanya. Ditambah rasa perih dari sisa-sisa gas air mata yang dihujamkan polisi untuk membubarkan perusuh pun masih terasa pada beberapa titik di Jakarta Pusat.
Rupanya hal itu tak mengurangi para petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) membersihkan sisa-sisa kerusakan akibat aksi yang berakhir ricuh itu.
Secuil kisah datang dari seorang anggota pasukan oranye bernama Jaelani yang harus mengecat dinding-dinding proyek di Simpang Lima Senen imbas aksi yang disertai vandalisme itu.
Sambil mengecat papan berwarna biru yang penuh coretan tak senonoh dengan cat abunya, Jaelani bercerita bahwa pasukannya itu sudah bersiaga sejak Kamis sore pukul 17.00 WIB.
"Saya sih sebenarnya bertugas shift pagi. Dari jam 04.00 WIB subuh. Tapi kalau ditanya PPSU bersihin semua kerusakan sama sisa-sisa demo ini ya sudah dari kemarin," katanya
"Apalagi yang shift sore itu mereka lembur sampai lebih dari pukul 01.00 WIB," ujar Jaelani menceritakan peran PPSU dalam kondisi pasca kericuhan massa aksi di kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Kisah lain datang dari PPSU dari Kelurahan Petojo Selatan bernama Muklis yang justru ditemui tepat setelah polisi sempat memukul mundur massa aksi yang ricuh dari Simpang Harmoni.
Muklis beserta tiga orangnya datang setelah melihat kondisi sudah berangsur kondusif pada Kamis (8/10) sore pukul 15.00 WIB.
Baca juga: TransJakarta tetap beroperasi normal
Dengan alat seadanya dan material yang sempat dirusak oleh pendemo di Simpang Harmoni, Muklis pun membersihkan sisa batu-batu dan botol plastik menggunakan "water barrier" yang telah terbelah karena dirusak perusuh.
"Kita segera ke sini setelah tahu kondusif, karena kasihan polisi dan teman-teman wartawan di sini. Akan berbahaya untuk bergerak bebas. Banyak batunya, jadi kami taruh dipinggir untuk nanti diangkut oleh petugas Sudin LH," ujar Muklis.
Menurut Muklis, gerak cepat yang dilakukan timnya itu bukanlah hal yang memberatkan namun memang tuntutan kewajiban pekerjaannya.
"Namanya juga kerjaan kak, ya kita jalani saja. Kan memang sudah tugasnya kami memastikan kawasan ini bersih dan aman," ujar Muklis.
Baca juga: Kelurahan Karet kerahkan 40 PPSU bersihkan puing sisa aksi massa
Pasukan Orange
Beruntung Jakarta punya pasukan oranye yang dapat dikatakan juga sebagai petugas dengan "1001 kemampuan".
Tak hanya menyapu jalan, PPSU juga harus gesit dan mampu berjibaku dengan kondisi yang genting seperti usai demo yang berakhir ricuh pada Kamis malam.
Petugas khas seragam warna oranye itu harus bisa mengambil sisa-sisa kaca menggunakan tangan kosong, mereka harus mengecat untuk menutupi aksi vandalisme, dan tentu mereka harus punya daya tahan tubuh yang kuat untuk mengangkat potongan material bangunan atau fasilitas umum yang kadung rusak akibat ulah pendemo.
Aksi yang terjadi kemarin, memang tergolong ricuh khususnya di Jakarta Pusat. Hal itu terlihat dari banyaknya fasilitas umum yang dirusak dan bahkan dijarah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Ada banyak fasilitas yang berujung dibakar oleh para perusuh itu seperti halte-halte TransJakarta di kawasan MH Thamrin dan Senen, pos polisi hingga Gedung bekas bioskop Grand Theater di Senen.
Meski demikian, sekali lagi hal itu tak menyurutkan Pemerintah Kota Jakarta Pusat untuk mengerahkan tenaga sejak kondisi mulai terpantau kondusif dan dapat dikendalikan oleh pihak kepolisian.
Usai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menenangkan massa aksi dan meninjau kerusakan di Bundaran HI pada pukul 20.00 WIB dengan cepat sebanyak 425 petugas kebersihan gabungan turun membersihkan kerusakan di kawasan Sudirman-MH Thamrin.
Baca juga: 60 PPSU dari Kelurahan Kramat bersihkan kawasan Senen
Baca juga: 4 ruko di Komplek Maya belakang Grand Theater Senen ikut terbakar Meski tak langsung dibenahi dengan mengganti barang-barang rusak dengan barang yang baru, Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara meyakinkan petugas akan berupaya semaksimal mungkin agar fasilitas umum dapat kembali digunakan masyarakat.
"Ya hari kita utamakan untuk dibersihkan dulu fasilitas yang mengalami kerusakan sembari diinventarisir," ujar Bayu.
Sehari setelah kondisi sudah kembali kondusif pada Jumat, seluruh kekuatan PPSU pada 44 kelurahan di Jakarta Pusat pun dikerahkan untuk mempercepat pemulihan kondisi fasilitas-fasilitas umum yang mengalami kerusakan.
Ada sebanyak 2.714 petugas PPSU yang diterjunkan dan disebar ke wilayah-wilayah yang terdampak cukup besar imbas aksi ricuh penolakan UU Cipta Kerja seperti di kawasan Senen, kawasan Menteng, dan kawasan Gambir.
"Kerusakan di fasilitas umum yang ada di Jakarta Pusat ini tergolong cukup banyak. Karena itu kita turunkan semua petugas dan lakukan inventarisir," ujar Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi.
PPSU dengan sebutan petugas dengan 1001 kemampuan pun dalam hal membersihkan kerusakan pasca kerusuhan pun tidak sendiri, mereka turut dibantu oleh petugas lainnya yaitu Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) dari berbagai suku dinas.
Misalnya, PJLP dari Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat yang membantu pemasangan beton pemisah jalan atau MCB. Atau seperti PJLP dari Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Pusat yang membantu PPSU merawat jalur hijau.
Tak tertinggal peran PJLP dari Suku Dinas Lingkungan Hidup yang bertugas mengangkut seluruh sisa sampah di Jakarta Pusat.
Berkaca dari hal itu memang beruntung Jakarta Pusat banyak memiliki tenaga petugas yang bisa melakukan tugas cepat dan baik walau dalam kondisi genting.
Meski demikian para petugas dengan 1001 kemampuan itu pun berharap penyampaian aksi untuk konteks apapun lebih baik dilakukan tanpa kericuhan, damai dan tertib.
Artikel
Aksi garda terakhir percantik Jakarta usai porak-poranda
Oleh Livia Kristianti
9 Oktober 2020 13:49 WIB
Petugas PPSU melakukan pembersihan di Halte Senen yang rusak akibat aksi ricuh, Jumat (9/10/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: