Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Lembaga Riset Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa, mengingatkan bahwa rencana sebagian kalangan DPR memboikot pembahasan APBNP 2010 akan membahayakan kepentingan rakyat.
"Saya usulkan kepada DPR kalau mau mencari ajang untuk exercise kekuatan politik jangan di bagian yang bisa membahayahakan kepentingan rakyat. Di tempat lain saja, kalau di Century tidak apa-apa," kata Purbaya di Gedung Djuanda I Kemenkeu Jakarta, Kamis.
Menurut dia, pelaksanaan APBN hingga saat ini saja masih sering diwarnai dengan lambat dan rendahnya penyerapan anggaran.
"Apalagi nanti kalau diganggu oleh DPR, persetujuan anggarannya lama dan orang tidak akan berani mengeluarkan uang untuk belanja segala macam. Itu bisa berat dampaknya kepada perekonomian kita," katanya.
Menurut dia, menjadikan pembahasan APBN sebagai tempat untuk mengekpresikan pandangan atau sikap terhadap masalah lain bukanlah langkah yang tepat.
"Sebaiknya dihindari sebisa mungkin, jadi mereka harus bisa lebih dewasa dari sekarang," katanya.
Sebelumnya muncul usulan dari sebagian kalangan DPR agar lembaga memboikot pembahasan APBN terkait keputusan Panitia Angket Century yang menyimpulkan bahwa Menteri Keuangan merupakan pihak yang bertanggung jawab atas kasus itu.
Ia menyebutkan, selama ini investor tidak terlalu mempermasalahkan ribut-ribut kasus Bank Century sehingga pengaruhnya terhadap investasi tidak begitu besar.
"Tapi kalau sudah menyangkut APBN, ini jelas akan membahayakan perekonomian kita. Kalau APBN-nya lambat atau berlarut-larut, maka kita tidak bisa membangun sesuai harapan investor," katanya.
Menanggapi rencana kenaikan defisit APBNP 2010 menjadi 2,1 persen dari sebelumnya 1,6 persen dari PDB, Purbaya mengatakan, angka itu masih jauh dari batas maksimum yang ditentukan UU.
"Dan sebagian untuk menaikkan subsidi dalam rangka stabilisasi harga. Ini mungkin lebih baik jika dibandingkan kalau menaikkan harga, TDL, atau BBM," katanya.(ANT/A038)
Pengamat: Boikot APBN Bahayakan Kepentingan Rakyat
11 Maret 2010 16:13 WIB
Ilustrasi (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: