Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong berbagai kalangan dapat memanfaatkan kerang sebagai komoditas budi daya sektor kelautan dan perikanan, yang berdaya saing tinggi, karena tingkat pemanfaatannya masih belum optimal.

"Kerang merupakan salah satu komoditas unggulan marikultur bernilai ekonomis dan berdaya saing tinggi serta produksinya sebagai komoditas marikultur terbesar kedua setelah rumput laut," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.

Baca juga: KKP dorong alternatif usaha pengolahan cangkang kerang

Apalagi, menurut Slamet, potensi lahan pembudidayaan kelautan dan perikanan sangat luas yakni sekitar 12,3 juta hektare, tetapi tingkat pemanfaatannya sangat belum memadai yaitu baru sekitar 2,5 persen.

Untuk itu, ujar dia, berbagai komoditas unggulan seperti budi daya kerang di Tanah Air akan terus di dorong dan ditingkatkan dalam rangka memanfaatkan potensi ekonomi marikultur Indonesia.

"Ini berpotensi jadi komoditas andalan untuk dikembangkan, mengingat potensi pasar baik dalam dan luar negeri yang cukup tinggi. Di samping, teknologi budi daya yang sudah kita kuasai dengan baik," jelas Slamet.

Khusus untuk budi daya kerang mutiara, Dirjen Perikanan Budidaya KKP menuturkan bahwa saat ini pengembangannya masih terus didorong di sentra produksi seperti di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku, dan Papua.

Menurut dia, nilai ekonomi produk mutiara yang dihasilkan sangat tinggi dan menjadi salah satu unggulan ekspor Indonesia.

"Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen jenis mutiara South Sea Pearl dengan nilai ekonomi bisa jutaan dolar AS. Saya kira ini terus jadi konsen kita semua, terutama kita terus dorong upaya domestikasi induk kerang mutiara dan pemeliharaan calon induk agar ke depan bisa kita genjot kapasitasnya dan tidak terus bergantung pada alam," tegas Slamet.

Sedangkan guna mendorong pemberdayaan masyarakat, Slamet mendorong untuk menerapkan skema segmentasi usaha dengan kemitraan dengan pihak korporasi, serta mendorong penataan zonasi di kawasan potensial.

Ia mendorong pula agar pemda segera menuntaskan regulasi terkait zonasi, di samping segera melakukan reformasi perizinan yang ramah investasi.

"Marikultur ini tergolong high capital, sehingga investasi adalah hal mutlak yang perlu didorong. Tapi, tentu perlu saya tegaskan, investasi yang tidak semata corporated based tapi harus berbasis family based, sehingga masyarakat sekitar juga bisa terangkat secara ekonomi," imbuhnya.

Berdasarkan data dari KKP, volume ekspor kerang Indonesia pada 2019 sebesar 13,57 ribu ton dengan nilai 17,3 juta dolar AS.

Proyeksi tren kenaikan produksi kerang sebesar 12 persen per tahun, yakni sekitar 87 ribu ton pada 2020 dan diperkirakan menjadi 137 ribu ton pada 2024.

Sebagai informasi, negara tujuan ekspor kerang Indonesia yang terbesar adalah Malaysia dan Thailand kemudian selanjutnya diikuti AS, Asia Timur, dan Kanada.

Baca juga: KKP tebar 5.000 kerang abalon hasil budidaya di Bali
Baca juga: Menteri Edhy berupaya peroleh izin ekspor kerang ke Uni Eropa