Ekspor Indonesia ke China naik, impor turun
7 Oktober 2020 16:43 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi (kiri) dan Menteri Bea Cukai China Ni Yue Feng bertukar naskah protokol impor manggis dari Indonesia yang ditandatangani di Beijing, Kamis (25/4). Penandatanganan tersebut dilakukan di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Sabuk Jalan (BRF) II di Beijing pada 24-27 April 2019 yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. (ANTARA/M. Irfan Ilmie)
Jakarta (ANTARA) - Nilai ekspor Indonesia ke China selama periode Januari-Agustus 2020 meningkat sebesar 6,4 persen dibandingkan periode Januari-Agustus 2019, sementara nilai impor Indonesia dari China justru menurun sebesar 11,8 persen.
"Dengan begitu, defisit perdagangan kita dengan Tiongkok selama periode tersebut juga menurun," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun kepada ANTARA, Rabu.
Mengutip data dari Kementerian Kepabeanan China (GAC), Dubes menyebutkan nilai perdagangan Indonesia dengan China pada periode Januari-Agustus 2020 mencapai 48,7 miliar dolar AS (Rp 730,5 triliun).
Baca juga: Terdampak COVID-19, China yakin hubungan ekonomi dengan Indonesia kuat
Baca juga: Perdagangan global China turun, impor dari Indonesia justru naik
Berdasarkan data tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 23,3 miliar dolar AS (Rp349,5 triliun) , tumbuh sebesar 6,4 persen dibandingkan dengan nilai total ekspor tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
Sementara nilai impor Indonesia dari China pada periode tersebut mencapai 25,4 miliar dolar AS (381 triliun) atau menurun sebesar 11,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China dalam periode ini sebesar 2 miliar dolar AS (Rp29,2 triliun).
Namun kesenjangan tersebut menurun sekitar 69,2 persen jika dilihat dari defisit periode yang sama pada tahun lalu sebesar 6,6 miliar dolar AS (Rp99 triliun).
"Apabila tren tersebut terus berlanjut, maka sampai akhir tahun ini, defisit akan berkurang banyak dibandingkan tahun lalu," ujar Djauhari memperkirakan.
Beberapa produk unggulan dan potensial Indonesia dalam periode ini tercatat mengalami peningkatan nilai ekspor secara signifikan, di antaranya besi dan baja yang naik 134,3 persen, tembaga (88,5 persen), alas kaki (31,9 persen), kertas dan paperboard (118,7 persen), produk perikanan (16,2 persen), karet (25,8 persen), plastik (20,4 persen), timah (1.163,6 persen), dan aluminium (4.124,1 persen).
Untuk investasi China di Indonesia selama periode Januari sampai Juli 2020 telah terealisasi 2,4 miliar dolar AS atau meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
China masih menduduki peringkat kedua investor asing terbesar di Indonesia. "Angka tersebut apabila ditambah dengan investasi dari Hong Kong senilai 1,7 miliar dolar AS, maka dapat dikatakan bahwa Tiongkok plus Hongkong merupakan investor terbesar di Indonesia pada kuartal pertama," kata Dubes Djauhari.
Baca juga: Indonesia tekan defisit dagang dengan China sampai 46,08 persen
Baca juga: Indonesia-China fokuskan diplomasi TTI
"Dengan begitu, defisit perdagangan kita dengan Tiongkok selama periode tersebut juga menurun," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun kepada ANTARA, Rabu.
Mengutip data dari Kementerian Kepabeanan China (GAC), Dubes menyebutkan nilai perdagangan Indonesia dengan China pada periode Januari-Agustus 2020 mencapai 48,7 miliar dolar AS (Rp 730,5 triliun).
Baca juga: Terdampak COVID-19, China yakin hubungan ekonomi dengan Indonesia kuat
Baca juga: Perdagangan global China turun, impor dari Indonesia justru naik
Berdasarkan data tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 23,3 miliar dolar AS (Rp349,5 triliun) , tumbuh sebesar 6,4 persen dibandingkan dengan nilai total ekspor tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
Sementara nilai impor Indonesia dari China pada periode tersebut mencapai 25,4 miliar dolar AS (381 triliun) atau menurun sebesar 11,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China dalam periode ini sebesar 2 miliar dolar AS (Rp29,2 triliun).
Namun kesenjangan tersebut menurun sekitar 69,2 persen jika dilihat dari defisit periode yang sama pada tahun lalu sebesar 6,6 miliar dolar AS (Rp99 triliun).
"Apabila tren tersebut terus berlanjut, maka sampai akhir tahun ini, defisit akan berkurang banyak dibandingkan tahun lalu," ujar Djauhari memperkirakan.
Beberapa produk unggulan dan potensial Indonesia dalam periode ini tercatat mengalami peningkatan nilai ekspor secara signifikan, di antaranya besi dan baja yang naik 134,3 persen, tembaga (88,5 persen), alas kaki (31,9 persen), kertas dan paperboard (118,7 persen), produk perikanan (16,2 persen), karet (25,8 persen), plastik (20,4 persen), timah (1.163,6 persen), dan aluminium (4.124,1 persen).
Untuk investasi China di Indonesia selama periode Januari sampai Juli 2020 telah terealisasi 2,4 miliar dolar AS atau meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
China masih menduduki peringkat kedua investor asing terbesar di Indonesia. "Angka tersebut apabila ditambah dengan investasi dari Hong Kong senilai 1,7 miliar dolar AS, maka dapat dikatakan bahwa Tiongkok plus Hongkong merupakan investor terbesar di Indonesia pada kuartal pertama," kata Dubes Djauhari.
Baca juga: Indonesia tekan defisit dagang dengan China sampai 46,08 persen
Baca juga: Indonesia-China fokuskan diplomasi TTI
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: