Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti memperkirakan kondisi pasar properti untuk perkantoran di wilayah DKI Jakarta akan kembali normal pada tahun 2022, mengingat situasi perekonomian pada 2020 dinilai masih belum terlalu menggembirakan untuk sektor tersebut.

"Masih perlu waktu untuk bisnis perkantoran untuk bisa kembali normal lagi," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, dalam paparan properti di Jakarta, Rabu.

Hal itu, kata dia, terlihat dari antara lain proyeksi tingkat permintaan ruang perkantoran lebih rendah dibandingkan proyeksi yang ada sebelumnya, akibat pandemi dan melambatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Konsultan ingatkan sektor properti cerminkan pertumbuhan ekonomi

Terkait dengan kondisi pandemi COVID-19, Ferry berpendapat bahwa dengan adanya vaksin maka akan membantu pemulihan ekonomi yang akan diiring dengan kondisi booming property pada tahun selanjutnya.

"Pertengahan 2021 kemungkinan akan menjadi sign (pertanda) apakah properti itu bergerak membaik atau tidak dan hasilnya baru akan bisa dilihat pada tahun 2022," katanya.

Ia mengungkapkan bahwa pada kuartal III-2020 tidak ada pasokan baru baik di CBD (central business district/kawasan sentra bisnis) maupun di luar CBD.

Baca juga: Konsultan: Hotel jadi sektor properti pertama terdampak PSBB

Berdasarkan data Colliers International Indonesia, proyeksi pasok kumulatif di Jakarta saat ini tercatat sebanyak 10,3 juta meter persegi, dengan 6,9 juta meter persegi atau sekitar 66 persennya terletak di CBD.

Selain itu jumlah ruang kantor di Jakarta yang belum terserap tercatat ada sebanyak 1,9 juta meter persegi, di mana 68 persennya dipasok di CBD.

Dengan kondisi demikian, lanjutnya, maka semakin banyaknya tambahan pasok gedung perkantoran ke depannya akan semakin memberikan tekanan kepada tingkat hunian di wilayah ibu kota pada 2021.

Baca juga: Konsultan: Kinerja properti perkantoran di Jakarta melambat