Jakarta (ANTARA) - Padatnya mobilitas ibukota memaksa roda perekonomian terus berputar dalam mengemas pundi-pundi cuan dalam peraduan. Dari kepingan deru penggerak masyarakat itu, salah satu transportasi sebagai simbol peradaban membawa pula sebuah skenario baru.

Dengan berbagai infrastruktur dan teknologi modern yang ada di dalamnya, MRT Jakarta terus berkembang tidak hanya sebagai industri transportasi, namun kini juga melebarkan sayap bisnisnya menjadi media luar ruang dalam penyedia sarana periklanan.

Hal ini berawal dari Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar yang memiliki ide dari sebuah konsep lahan luar ruang. Jalur MRT yang berada di antara nadi tengah kota Jakarta memiliki tulang konstruksi yang menjulang di antara selayang pandang.

Ruang-ruang itulah yang akan dijadikan sebuah media visual kreatif yang terpampang sepanjang konstruksi tiang penyangga jalur MRT.

"Bisa saja nanti banyak papan media iklan dan video yang diletakkan di pondasi utama tiang jalur MRT atau di tiap stasiun MRT, saya rasa itu bisa dimanfaatkan untuk income perusahaan," kata Wiliam.
Baca juga: MRT Jakarta rencanakan pendapatan nontiket dominasi bisnisnya

Konsep utama yang dibawa William adalah, pendapatan dari MRT sebagai kereta peradaban kemajuan Jakarta tidak hanya berasal dari tiket saja, namun juga lahan dan kawasan aset MRT yang diolah menjadi media pameran dan periklanan.

Lebih lanjut, orang nomor satu di perusahaan kereta cepat ibu kota tersebut membeberkan bahwa nantinya perbandingan pendapatan dari non-fare box atau di luar tiket adalah 4:1. "Kami mengatakan ini bukan berarti bisnis fare box (penjualan tiket) tidak penting. Ini sangat penting, tapi ini dilakukan untuk mencegah bisnis kolaps. Dengan tidak hanya mengandalkan pada ridership (penumpang) maka kita paling tidak bisa mempertahankan bisnis fare box. Kalau untuk 2020 dengan perbandingan 4:1, estimasinya pemasukan dari fare box 20 persen dan 80 persennya itu kita dapat dari non fare box," ujar William.

Konsep kreatif ini akan diteruskan kepada pemerintah kota guna memperoleh izin. MRT juga akan bermitra dengan agensi-agensi terkemuka yang dapat mengerjakan proyek kreatif tersebut. Kesempatan emas ditujukan kepada UMKM, di mana rencananya UMKM yang ingin melakukan promosi di kawasan MRT. akan diberi ruang khusus.
Baca juga: MRT Jakarta cegah banjir dengan perbesar saluran hingga dirikan tembok

Dengan adanya banyak media dan konten kreatif yang akan digarap, seharusnya MRT nantinya mampu mengakomodir para seniman visual yang membutuhkan konten dan tempat dalam menyalurkan ekspresi.

Selain media luar ruang yang dikembangkan MRT, konsep ruang kerja baru atau coworking space juga ditawarkan oleh MRT. Hal itu karena dipahami bahwa setiap stasiun MRT memiliki lokasi yang strategis, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai ruang kerja bersama.

Pengembangan kawasan berbasis transit atau Transit Oriented Development (TOD) juga saat ini dalam proses untuk direalisasikan dengan target TOD di lima stasiun yaitu Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M-Sisingamangaraja, Istora-Senayan, dan Dukuh Atas.

"Jadi prinsipnya harus berkolaborasi. Hampir sebagian besar bisnis menderita di masa pandemi seperti ini. Oleh sebab itu, dalam situasi seperti ini kita justru mencari dan mengajak mitra berkolaborasi. Karena di masa krisis ini tidak ada kegiatan, yang tidak kita kerjakan secara kolaborasi," kata William.

Namun Wiliam tidak menyatakan secara gamblang dan terperinci berapa target yang diinginkan MRT dalam pengembangan bisnis di luar sektor transportasi.

Rute baru

Selain transportasi, MRT juga akan meneruskan pembangunan jalur di Ibukota yang akan membentang dari Jakarta Selatan menuju Jakarta Utara. Pengerjaan proyek rute baru MRT Jakarta fase 2A Thamrin-Harmoni sendiri saat ini sudah mencapai 8,2 persen sejak pembangunannya dimulai pada pertengahan Juni 2020.

"Ini on time (tepat waktu) pengerjaan segmen 1 (fase 2A) dari Bundaran HI sampai ke Harmoni sepanjang 2,8 kilometer, nantinya ada dua stasiun yang beroperasi pada bulan Maret 2025 yaitu Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas," kata William.

Pembagian pengerjaan proyek yang dikerjakan oleh MRT Jakarta untuk segmen 1 itu adalah membongkar Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bank Indonesia, melakukan rekayasa lalu lintas di kawasan MH Thamrin, menanam pohon pengganti di Kebon Bibit Srengseng, hingga menginspeksi hasil temuan arkeologi di kawasan Monas bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Nasional.
Baca juga: MRT harapkan JICA dorong kontraktor Jepang prioritaskan bangun fase 2

Pembangunan fase 2A segmen 1 MRT Jakarta di tengah pandemi COVID-19 dinilai sangat penting selain sebagai proyek strategis negara, proyek ini pun membantu roda perekonomian di Ibu Kota yang saat ini lesu akibat pandemi COVID-19.

Dalam proses pengerjaannya khususnya fase 2A, MRT selalu menekankan adanya keselarasan dengan lingkungan, selain itu cagar budaya juga akan dijaga keberadaanya mengingat MRT tahap kedua ini melalui obyek vital kota Jakarta, Monas adalah salah satunya.

Kepala badan pengelola transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan Polana B, juga sepakat bahwa budaya transportasi umum harus ditingkatkan, namun juga perlu membentuk budaya-budaya baru dalam pembangunan transportasi, salah satunya adalah memperhatikan lingkungan.

Dalam mengutamakan lingkungan, MRT memiliki rencana modal senilai Rp22,5 triliun dalam membangun fase 2A dari Bundaran HI sampai sampai wilayah Kota Tua. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim bahkan menyebutkan ratusan pohon besar dan ribuan pohon lainnya siap untuk direlokasi atau bahkan ditanam kembali untuk menjadikan jalur MRT tetap hijau.

Baca juga: Pospol Medan Merdeka Barat direlokasi terkait adanya Stasiun MRT Monas
Baca juga: PSBB Jakarta, MRT Jakarta alami penurunan penumpang ​​​​​​​Baca juga: Kemenhub-MRT Jakarta sosialisasikan peduli 3M