Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta pihak Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kementerian Kesehatan dan perwakilan BUMN mewaspadai perubahan cuaca ekstrem dalam penanganan COVID-19 di Wisma Atlet.

"Tiga bulan ke depan kita harus bersiap dengan perubahan cuaca yang ekstrem, ditakutkan akan timbul klaster baru karena faktor tersebut," katanya dalam rapat koordinasi (rakor) virtual tentang Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet, di Jakarta, Selasa.

Luhut yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu mengatakan perubahan cuaca itu dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang gejalanya mirip dengan COVID-19.

"Kita harus mampu mengakomodir keduanya pula, jangan sampai satu orang terjangkit keduanya," tegasnya.

Luhut juga meminta agar sistematika tracing (pelacakan) pasien penderita COVID-19 di dalam kota harus semakin digencarkan dan harus tepat sasaran. BUMN yang juga hadir dalam rakor tersebut diminta untuk terus mempersiapkan kebutuhan penyaluran obat-obatan.

"Jangan sampai penderita COVID-19 gejala ringan berpindah menjadi gejala sedang karena kekurangan obat," imbuhnya.

Selain memperingatkan tentang sistematika pencegahan tersebut, Luhut juga mengingatkan kepada Wisma Atlet untuk terus menjaga kedisiplinan mereka yang dinilai sudah baik.

"Angka kesembuhan yang tinggi di Wisma Atlet ini harus dipertahankan, juga bisa menjadi rujukan bagi RS lainnya," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator RSD Wisma Atlet Mayjen TNI Tugas Ratmono menekankan bahwa di Wisma Atlet memiliki persentase kesembuhan yang tinggi. Ia juga mengaku akan terus waspada terkait perubahan cuaca ekstrem dan akan menyiapkan berbagai mitigasi terhadap hal tersebut.

"Tingkat kesembuhan di Wisma Atlet rata-rata mencapai 90 persen, dan kami terus menerapkan kedisiplinan untuk meningkatkan angka kesembuhan," ujarnya.

Tugas Ratmono juga melaporkan berbagai perkembangan di RSD Wisma Atlet seperti total pasien masuk berdasarkan rujukan, ketersediaan akomodasi, jumlah sumber daya manusia, stok alat pelindung diri (APD), stok laboratorium, ketersediaan obat terapi COVID-19 dan terapi pendukung.

Ia juga melaporkan telah mengkordinasikan kekurangan kebutuhan obat di Wisma Atlet kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang juga menghadiri rakor tersebut.

"Beberapa obat terapi COVID-19 dan obat terapi pendukung persediaannya kurang dari satu minggu, seperti oseltamivir dan chloroquin fosfat," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Menkes Terawan menegaskan pula bahwa ia akan segera mengirimnya dalam minggu yang sama.

Baca juga: 17.766 pasien COVID-19 di Wisma Atlet sembuh
Baca juga: Isolasi di hotel diharapkan kurangi beban Wisma Atlet
Baca juga: Koordinator RS Darurat COVID-19: 3M cara termudah hindari COVID-19