Makassar (ANTARA) - Kepala Biro Umum dan Hukum Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dessy Ruhaty menegaskan bahwa pembukaan destinasi wisata di era kebiasaan baru dewasa ini dikembalikan kepada kebijakan pemerintah daerah kabupaten dan provinsi.

"Kalau pembukaan destinasi pariwisata, itu tergantung dari pemda yang menentukannya, apakah siap atau belum untuk dibuka," katanya di Makassar, Selasa.

Dessy Ruhaty menilai pembukaan destinasi wisata di Makassar berdasarkan situasi yang ia lihat telah bisa dilaksanakan dengan baik. "Keliatannya semua sehat secara fisik, meskipun datanya menunjukkan zona merah juga. Makanya ini paling penting terapkan protokol kesehatan," ujarnya.

Pembukaan destinasi wisata di setiap daerah dan wilayah harus dilihat berdasarkan evaluasinya, daerah mana saja yang telah bisa melaksanakan protokol kesehatan dengan baik, benar dan tepat serta konsisten.

Departemen Parekraf, kata dia, juga menerapkan panduan tentang protokol kesehatan, pelaksanaan dari cleaning hall, safety and environman sustainable yang berarti untuk kesehatan agar tetap bersih, keamanannya, termasuk perawatan lingkungannya.

"Harapannya setiap masyarakat dan insan pariwisata juga melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. Tetap menggunakan masker, rajin cuci tangan dan menjaga jarak," ujarnya.

Selain penerapan protokol kesehatan pada pembukaan sektor pariwisata, Dessy juga menekankan ketaatan protokol kesehatan pada masyarakat yang berada di sekitar destinasi wisata.

Itu karena sifat virus yang penyebarannya tidak diketahui sehingga setiap orang berpotensi menjadi carrier. Oleh karena itu, semua pihak dan setiap insan wajib menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan.

"Jadi kalau destinasinya dibuka, tetapi masyarakat sekitar tempat pariwisatanya tidak disiplin protokol kesehatan, yah percuma. Kita kan tidak tahu siapa yang carrier dan sebagainya," ujarnya.

Perkembangan pariwisata diharapkan bisa membantu untuk memberikan kesempatan industri pariwisata dan ekonomi kreatif tetap hidup.

Ia menyebutkan sudah pasti terjadi penurunan kunjungan wisatawan karena adanya batasan kunjungan di dalam negeri maupun luar negeri pada masa tatanan hidup baru saat ini.

Bersamaan dengan itu, pihak Kemenparekraft melakukan persiapan pada pembukaan sejumlah destinasi wisata yang disertai penilaian, evaluasi maupun asesment sebagai jaminan terhadap para wisatawan domestik dan mancanegara pasca COVID-19.

Baca juga: Dinas Gunung Kidul perpanjang uji coba pembukaan destinasi wisata
Baca juga: Pembukaan Gunung Bromo tunggu rekomendasi empat kepala daerah
Baca juga: Pemerintah pastikan rasa aman sebelum buka destinasi wisata
Baca juga: Menpar: Butuh 1 bulan untuk persiapkan pembukaan destinasi wisata