Kota Bogor masih zona merah karena kasus positif meningkat 15 persen
5 Oktober 2020 23:56 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyampaikan perkembangan penanganan COVID-19 Kota Bogor, di Balai Kota Bogor, Senin (5/10/2020). (ANTARA/Riza Harahap)
Bogor (ANTARA) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan status Kota Bogor pada pekan ini masih zona merah atau berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19 karena adanya peningkatan pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 sampai 15 persen.
Bima Arya mengatakan hal itu kepada pers di Balai Kota Bogor, Senin, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Kepala Dinas Kominfo Kota Bogor Rahmat Hidayat, dan Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustiansyah.
Menurut Bima Arya, pada pekan lalu, penambahan 179 kasus positif, yakni meningkat 15 persen dari pekan sebelumnya.
Sedangkan, jumlah kasus positif COVID-19 secara keseluruhan sampai Senin ini, sebanyak 1.387 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 941 kasus sudah dinyatakan sembuh, 51 kasus meninggal dunia, serta 395 kasus masih sakit.
Baca juga: Kemenkes lakukan simulasi uji coba vaksinasi COVID-19 di Kota Bogor
Baca juga: Wali Kota Bogor minta 8 RS tambah ranjang untuk pasien COVID-19
Bima menjelaskan hal penting untuk dicermati dan didalami adalah berapa persen komposisi kasus positif COVID-19 dari kluster yang dianggap sebagai sumber penularan.
Berdasarkan data harian penanganan COVID-19 Kota Bogor, sebagian besar kasus positif COVID-19 tercatat dari kluster keluarga. "Dari 179 kasus positif ini, 118 di antaranya dari kluster keluarga," katanya.
Bima menegaskan, kluster keluarga ini jika didalami dan diurai lagi, akan diperoleh data penting, yakni 32 persen dari kluster keluarga dengan penularan dari perkantoran. "Jadi, kasus positif yang terpapar di kluster keluarga ini adalah terpapar dari kluster perkantoran,” ujarnya.
Kemudian, 29 persen kasus positif dari fasilitas kesehatan, 19 persen dari kluster luar kota dan Jakarta, tujuh persen dari transmisi lokal atau pemukiman, enam persen dari rumah makan/kantin/mini market, empat persen dari acara-acara keluarga, serta tiga persen dari transportasi.
"Itu artinya, saat ini yang paling berbahaya adalah kluster perkantoran," katanya.
Menurut Bima, sektor perkantoran memiliki risiko penularan COVID-19 cukup tinggi karena para karyawan berada dalam satu ruangan tertutup secara bersama-sama dari pagi, siang, sore, dan bahkan sampai malam. "Pada waktu yang panjang itu, ada saja yang melepas masker," katanya.*
Baca juga: Wakapolda Jabar tinjau penanganan COVID-19 di Kota Bogor
Baca juga: Bima Arya sebut klaster keluarga dan klaster perkantoran terkait erat
Bima Arya mengatakan hal itu kepada pers di Balai Kota Bogor, Senin, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Kepala Dinas Kominfo Kota Bogor Rahmat Hidayat, dan Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustiansyah.
Menurut Bima Arya, pada pekan lalu, penambahan 179 kasus positif, yakni meningkat 15 persen dari pekan sebelumnya.
Sedangkan, jumlah kasus positif COVID-19 secara keseluruhan sampai Senin ini, sebanyak 1.387 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 941 kasus sudah dinyatakan sembuh, 51 kasus meninggal dunia, serta 395 kasus masih sakit.
Baca juga: Kemenkes lakukan simulasi uji coba vaksinasi COVID-19 di Kota Bogor
Baca juga: Wali Kota Bogor minta 8 RS tambah ranjang untuk pasien COVID-19
Bima menjelaskan hal penting untuk dicermati dan didalami adalah berapa persen komposisi kasus positif COVID-19 dari kluster yang dianggap sebagai sumber penularan.
Berdasarkan data harian penanganan COVID-19 Kota Bogor, sebagian besar kasus positif COVID-19 tercatat dari kluster keluarga. "Dari 179 kasus positif ini, 118 di antaranya dari kluster keluarga," katanya.
Bima menegaskan, kluster keluarga ini jika didalami dan diurai lagi, akan diperoleh data penting, yakni 32 persen dari kluster keluarga dengan penularan dari perkantoran. "Jadi, kasus positif yang terpapar di kluster keluarga ini adalah terpapar dari kluster perkantoran,” ujarnya.
Kemudian, 29 persen kasus positif dari fasilitas kesehatan, 19 persen dari kluster luar kota dan Jakarta, tujuh persen dari transmisi lokal atau pemukiman, enam persen dari rumah makan/kantin/mini market, empat persen dari acara-acara keluarga, serta tiga persen dari transportasi.
"Itu artinya, saat ini yang paling berbahaya adalah kluster perkantoran," katanya.
Menurut Bima, sektor perkantoran memiliki risiko penularan COVID-19 cukup tinggi karena para karyawan berada dalam satu ruangan tertutup secara bersama-sama dari pagi, siang, sore, dan bahkan sampai malam. "Pada waktu yang panjang itu, ada saja yang melepas masker," katanya.*
Baca juga: Wakapolda Jabar tinjau penanganan COVID-19 di Kota Bogor
Baca juga: Bima Arya sebut klaster keluarga dan klaster perkantoran terkait erat
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: