Jakarta (ANTARA News) - Produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia dan Malaysia menandatangani Nota kesepahaman (MoU) berisi kerjasama menghadapi isu negatif yang menghambat perkembangan industri sawit kedua negara di Jakarta, Jumat malam.

"Kerjasama itu untuk menghalau isu-isu negatif tentang kelapa sawit," ujar Mentan Suswono usai menyaksikan penandatangan kerjasama antara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA).

Asosiasi lain yang ikut menandatangani MoU adalah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Asosiasi Pemilik Perkebunan Minyak Sawit Serawak (SOPPOA), Federal Land Development Autority`s (FELDA), dan Asosiasi Investor Perkebunan Malaysia di Indonesia (APIMI).

Suswono yang bersama Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Tan Sri Bernard Dompok menyaksikan penandatanganan MOU itu mengatakan, Indonesia-Malaysia merupakan produsen terbesar yang menguasai 85 produksi CPO dunia yang bila bersatu bisa menjadi penentu harga.

Sayangnya, lanjut dia, CPO menghadapi isu negatif terutama di Eropa bahwa industri sawit merusak hutan, sehingga RI-Malaysia harus bekerjasama menghadapi kampanye negatif dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Setelah (MoU) ini akan ada gugus tugas yang bekerja intensif untuk menyuarakan kepentingan bersama bahwa produsen sawit telah melakukan praktik terbaik dalam pengembangan industri sawit lestari," ujar Suswono.

Ia berharap bila ada isu negatif dari LSM, maka dibentuk lembaga independen untuk melakukan penilaian secara ilmiah, apakah benar pengembangan industri sawit suatu perusahaan tidak lestari.

Dengan demikian kasus pemutusan kontrak sepihak oleh pengguna CPO seperti Unilever, tidak terjadi lagi.

Tan Sri Bernard Dompok menambahkan, RI dan Malaysia sebagai dua produsen terbesar memiliki posisi yang kuat dalam Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

"Tanpa MPOA dan GAPKI, RSPO akan bubar, hal itu akan menjadi posisi tawar kami," ujarnya. Ia mengatakan LSM pasti tidak ingin RSPO bubar karena mereka punya kepentingan.

Sementara itu Ketua Umum GAPKI Joefly Bachroeny mengatakan sesama produsen CPO merasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi tekanan baik dalam forum RSPO maupun forum internasional lainnya, terkait isu pembangunan industri sawit lestari dan reduksi emisi rumah kaca.

"Karena itu harus ada kerjasama (produsen CPO RI-Malaysia) dalam bentuk lebih kongkrit dan dilakukan secara terencana dan sistematis," katanya.

Sementara Ketua MPOA Dato Mohamad Saleh mengatakan produsen CPO harus mewaspadai isu lingkungan lainnya yang akan dikembangkan LSM seperti pemakaian tanah tidak langsung.

Tahun lalu produksi CPO Indonesia menembus angka 2O juta ton dan Mentan Suswono memproyeksikan produksi mencapai 40 juta pada 2020. (*)

R016*M036/Z002