Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menyebutkan bahwa selama pandemi COVID-19 permintaan bahan bakar jenis solar menurun drastis dan memutuskan dijual melalui ekspor dengan harga murah.
"Pasokan secara angka berlebih, sedangkan permintaan di dalam negeri sendiri turun, maka kami memutuskan untuk dijual ekspor lebih murah," kata Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang kepada Komisi VII, di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan bahwa kilang Pertamina sudah dioperasikan pada angka minimum ketika permintaan berangsur menurun, namun dengan angka minimum tersebut tetap saja menghasilkan solar yang berlebih.
Sedangkan produksi tidak mungkin dihentikan karena produk lainnya seperti LPG, gasolin, dan produk turunan lainnya masih dibutuhkan keberadaan pasokannya.
Baca juga: Pertamina ekspor perdana 200.000 barel Solar HSD ke Malaysia
Oleh karena keputusan tidak menghentikan produksi, maka pilihannya adalah dijual ke luar negeri dengan mekanisme harga pasar.
Namun pada saat dilepas kepada pasar global harganya tengah mengalami penurunan sehingga harus mengikuti standar harga yang ada.
"Itulah penjelasannya kenapa dijual ke luar negeri harganya jadi murah," katanya.
Pertamina mengekspor 200 ribu barel atau 31,8 ribu kiloliter (kl) solar premium atau minyak diesel kecepatan tinggi (High Speed Diesel/HSD) senilai 9,5 miliar dolar AS ke Malaysia.
Baca juga: Kementerian ESDM tetapkan alokasi kuota BBM jenis solar
Baca juga: Solar lampaui kuota, Menteri ESDM gandeng Polri awasi distribusi BBM
Pertamina ekspor solar murah karena permintaan domestik rendah
5 Oktober 2020 19:15 WIB
Seremoni peresmian ekspor solar HSD di Pelabuhan Kilang Balikpapan, Sabtu 5/9/2020. (istimewa)
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: