Pemerintah berikan stimulus kepada penulis dan penerbit
5 Oktober 2020 18:25 WIB
Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Digital dan Industri Kreatif, Ricky J Pesik, dalam peluncuran buku para pemenang secara daring di Jakarta, Senin (5/10). (ANTARA/Indriani)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan dan Penerbitan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberikan stimulus pada penulis dan penerbit melalui program "Nulis dari Rumah".
"Sebagai bentuk upaya menggairahkan kembali industri penerbitan, maka dibutuhkan stimulus dari pemerintah," ujar Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Digital dan Industri Kreatif, Ricky J Pesik dalam peluncuran buku para pemenang secara daring di Jakarta, Senin.
Stimulus tersebut, lanjut Ricky, berupa bantuan pembelian buku kepada penerbit yang berminat menerbitkan 100 karya terpilih program “Nulis dari Rumah” dalam bentuk buku cetak maupun elektronik yang sudah dikompilasi dan diedit sehingga menjadi 2 naskah buku, masing-masing berisi 50 cerpen dan 50 esai.
Baca juga: Penerbit minta pemerintah selamatkan industri perbukuan
Pemerintah berharap dengan diluncurkan buku para pemenang itu dapat membuka peluang kerja sama yang lebih jauh bagi para penulis dan para pelaku industri kreatif lainnya.
Buku kumpulan cerpen berjudul, “Pesan Penyintas Siang” diterbitkan oleh Mekar Cipta Lestari Publisher (MCL Publisher); dan antalogi esai berjudul “Saatnya Menjadi Bangsa yang Tangguh” diterbitkan Pustaka Obor Indonesia.
Kemenparekraf telah membeli 1.200 eksemplar dengan masing-masing 600 eksemplar cerpen dan 600 eksemplar esai untuk dibagikan kepada para pemenang, tim kurasi, lembaga negara, perpustakaan dan forum taman bacaan secara gratis.
Baca juga: DPR sepakati pagu anggaran Perpusnas 2021 sebesar Rp675,5 miliar
Buku yang memiliki sekitar 500 halaman itu tidak hanya tersedia dalam bentuk cetak tetapi juga dalam bentuk buku elektronik.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia, Rosidayati Rozalina mengatakan kegiatan itu dapat berkembang lebih luas dan lebih jauh lagi.
Menurut Rosidayati, bisa terjadi penyesuaian bisnis secara langsung antara penulis dengan penerbit sehingga regenerasi penulis baru sebagai aset dan modal sesungguhnya dari industri penerbitan.
"Jadi kalau selama ini banyak yang mengira bahwa bahan baku penerbit itu kertas, padahal sesungguhnya adalah penulis," kata Rosidayati Rozalina.
Baca juga: Perpaduan perpustakaan dan sekolah wujudkan kemandirian belajar
"Sebagai bentuk upaya menggairahkan kembali industri penerbitan, maka dibutuhkan stimulus dari pemerintah," ujar Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Digital dan Industri Kreatif, Ricky J Pesik dalam peluncuran buku para pemenang secara daring di Jakarta, Senin.
Stimulus tersebut, lanjut Ricky, berupa bantuan pembelian buku kepada penerbit yang berminat menerbitkan 100 karya terpilih program “Nulis dari Rumah” dalam bentuk buku cetak maupun elektronik yang sudah dikompilasi dan diedit sehingga menjadi 2 naskah buku, masing-masing berisi 50 cerpen dan 50 esai.
Baca juga: Penerbit minta pemerintah selamatkan industri perbukuan
Pemerintah berharap dengan diluncurkan buku para pemenang itu dapat membuka peluang kerja sama yang lebih jauh bagi para penulis dan para pelaku industri kreatif lainnya.
Buku kumpulan cerpen berjudul, “Pesan Penyintas Siang” diterbitkan oleh Mekar Cipta Lestari Publisher (MCL Publisher); dan antalogi esai berjudul “Saatnya Menjadi Bangsa yang Tangguh” diterbitkan Pustaka Obor Indonesia.
Kemenparekraf telah membeli 1.200 eksemplar dengan masing-masing 600 eksemplar cerpen dan 600 eksemplar esai untuk dibagikan kepada para pemenang, tim kurasi, lembaga negara, perpustakaan dan forum taman bacaan secara gratis.
Baca juga: DPR sepakati pagu anggaran Perpusnas 2021 sebesar Rp675,5 miliar
Buku yang memiliki sekitar 500 halaman itu tidak hanya tersedia dalam bentuk cetak tetapi juga dalam bentuk buku elektronik.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia, Rosidayati Rozalina mengatakan kegiatan itu dapat berkembang lebih luas dan lebih jauh lagi.
Menurut Rosidayati, bisa terjadi penyesuaian bisnis secara langsung antara penulis dengan penerbit sehingga regenerasi penulis baru sebagai aset dan modal sesungguhnya dari industri penerbitan.
"Jadi kalau selama ini banyak yang mengira bahwa bahan baku penerbit itu kertas, padahal sesungguhnya adalah penulis," kata Rosidayati Rozalina.
Baca juga: Perpaduan perpustakaan dan sekolah wujudkan kemandirian belajar
Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: