Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebut aplikasi Laut Nusantara yang dikembangkan dengan berbagai pihak merupakan salah satu rahasia untuk melaut secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas nelayan.
"Aplikasi Laut Nusantara telah mentransformasi budaya nelayan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan secara efektif dan efisien," kata Kepala Badan Riset dan SDM KKP, Sjarief Widjaja, di Jakarta, Senin.
Sjarief memaparkan, melalui aplikasi Laut Nusantara, Balai Riset dan Observasi Laut (BROL), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP, menawarkan sejumlah fitur yang bisa membantu nelayan menangkap ikan.
Kepala BRSDM menegaskan bahwa sejak diluncurkan pada tahun 2018, aplikasi ini telah digunakan oleh lebih dari 35 ribu nelayan se-Indonesia.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kelautan, I Nyoman Radiarta memaparkan fitur-fitur tersebut di antaranya, peta ikan untuk memudahkan pengguna melihat sebaran ikan di tiga wilayah berbeda yakni wilayah pesisir, perairan khusus dan laut lepas. Kemudian fitur hitung bahan bakar minyak (BBM) untuk memberikan estimasi bahan bakar yang dibutuhkan selama melaut.
Selanjutnya harga jual ikan, yang menampilkan perbandingan harga ikan di masing-masing pelabuhan perikanan, serta feedback tangkapan guna membantu para nelayan mencatat selama melaut.
"Ada tombol SOS yang menghubungkan pengguna dengan operator jika terjadi hal tidak wajar atau kedaruratan serta fitur live chat untuk nelayan dapat bertanya langsung kepada admin," jelas Nyoman.
Sebagaimana diwartakan, produktivitas tangkapan yang diperoleh nelayan di berbagai daerah bisa terbantu naik bila dibantu dengan semacam pelatihan guna mengenali dan memahami cuaca seperti dapat melalui sekolah lapang cuaca oleh BMKG.
"Dengan sekolah lapang cuaca ini nelayan mendapat informasi dari BMKG dimana potensi kumpulan ikan di laut setiap hari. Jadi mereka sudah bukan mencari ikan lagi, tapi langsung ke lokasi penangkapan ikan," kata Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo.
Sigit menilai program sekolah lapang cuaca untuk para nelayan sudah berjalan sangat bagus karena memberi pengetahuan kepada nelayan kapan dan ke mana mereka mesti melaut dan menangkap ikan.
Namun, menurut dia, alokasi anggaran yang disiapkan BMKG untuk sekolah lapang cuaca khususnya untuk nelayan masih sangat jauh dari kebutuhan.
"Jumlah nelayan yang ada di Indonesia mencapai 2,265 juta orang di mana 80 persen diantaranya adalah nelayan berskala kecil. Sementara yang dialokasikan pada RAPBN 2021 untuk 3800 nelayan di 38 lokasi dengan anggaran sebesar Rp4,75 miliar," paparnya.
Sedangkan untuk program sekolah lapang iklim yang ditujukan untuk para petani pada RAPBN 2021, lanjutnya, dianggarkan sebesar Rp5,96 miliar untuk 2100 petani di 42 lokasi.
Ia menilai bahwa anggaran yang disiapkan BMKG untuk petani dan nelayan ini masih sangat kecil. "Jumlah petani dan nelayan yang mendapat pelatihan juga sangat terbatas, padahal mereka sangat membutuhkan tambahan wawasan terkait iklim dan cuaca agar bisa memaksimalkan usaha mereka," ujarnya.
Baca juga: KKP-XL Axiata luncurkan Aplikasi Laut Nusantara
Baca juga: Digitalkan perikanan, KKP gencar sosialisasi aplikasi Laut Nusantara
KKP sebut aplikasi Laut Nusantara efektif bagi produktivitas nelayan
5 Oktober 2020 12:11 WIB
Ilustrasi - Nelayan tradisional. ANTARA/HO-Dok KKP
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: