Atletik
Kitata sprint menuju finis untuk juarai London Marathon
4 Oktober 2020 20:44 WIB
Pelari Ethiopia Shura Kitata di nomor elite putra London Marathon besama Vincent Kipchumba asal Kenya dan Sisay Lemma asal Ethiopia. (4/10/2020) (Pool via Reuters/John Sibley)
Jakarta (ANTARA) - Pelari Ethiopia Shura Kitata mengalahkan pelari Kenya Vincent Kipchumba dengan sprint menuju finis untuk menjuarai London Marathon 2020, Minggu.
Di hari yang dingin dan basah karena hujan, Kitata, 24, menyalip rivalnya di pengujung lomba untuk finis satu detik di depan Kipchumba dan menyelesaikan lomba dalam dua jam 5 menit 41 detik, demikian Reuters.
Pelari Ethiopia lainnya Sisay Lemma finis ketiga dalam waktu 2:05,35, sedangkan pemegang rekor dunia Eliud Kipchoge mengendur di akhir lomba untuk menelan kekalahan pertamanya di ajang itu sejak 2013.
Kipchoge, yang di penampilannya tahun lalu menjadi satu-satunya pelari yang memecahkan waktu di bawah dua jam, tahun ini hanya mampu finis kedelapan dalam waktu 2:06,49 setelah mengalami kram dan telinga yang tersumbat.
Baca juga: Di bawah guyuran hujan, Kosgei pertahankan gelar London Marathon
Baca juga: London Marathon 2020 hanya untuk atlet elite
Dengan absennya Kenenisa Bekele karena cedera, Kipchoge menjadi favorit untuk meraih gelar kelimanya di London, namun ia gagal menunjukkan kekuatannya di lomba yang diguyur hujan tanpa henti dan suhu dingin itu.
Dia berada di rombongan hingga separuh jarak lomba dalam waktu kurang dari 63 menit, cukup lambat dibandingkan dengan lajunya di lomba-lomba sebelumnya, tidak terkecuali rekor dunia resminya yang ia catatkan di Berlin dalam waktu 2:01,39 dua tahun lalu.
Lemma dan Tamirat Tola, keduanya memakai topi wol untuk menahan hawa dingin, mulai berlari saat para pesaingnya menyadari jika, mungkin, Kipchoge mengalami kesulitan.
Dan mereka benar. Sang pelari favorit, yang tidak pernah menampakkan indikasi kesulitan di wajahnya, sesekali menunjukkan seringai dan tidak berlari mulus seperti biasanya.
Suatu waktu para pemimpin lomba melaju satu mil dalam lima menit, cukup biasa untuk ukuran pelari elite. Kemudian, seperti yang belum pernah disaksikan sebelumnya selama kariernya, Kipchoge, 35, mengendur dan tertinggal dari rombongan enam pelari dengan sisa jarak tiga mil.
Ketika pelari semakin meningkatkan kecepatannya, persaingan menjadi milik tiga kompetitor ketika mereka berlari bersampingan menuju garis finis di The Mall, yang lebih terlihat lomba 800m ketimbang maraton.
Kipchumba seakan finis pertama ketika ia melaju ke depan, namun Kitata melawan balik untuk menyentuh pita terlebih dahulu.
Baca juga: Dampak pandemik COVID-19, London Marathon digeser ke Oktober
Baca juga: Kipchoge manusia pertama selesaikan marathon di bawah dua jam
Kitata, yang finis runner-up di London pada 2018, berterima kasih kepada sang rival yang cedera sehingga ia bisa juara hari itu.
"Kenenisa Bekele membantuku untuk lomba ini dan dia menasehatiku bagaimana untuk lari," kata Kitata. "Saya berlatih di lintasan yang sama, saya sangat senang bisa menang."
Kipchoge telah memenangi 12 dari 13 turnamen maraton yang ia jalani sebelumnya, satu gelar yang ia lewatkan adalah ketika ia finis runner-up di belakang pemegang rekor dunia saat itu di Berlin pada 2013.
"Saya sangat kecewa, saya memiliki masalah dengan telinga kanan saya setelah itu tersumbat, dan kemudian saya kram dan mengalami masalah dengan panggul saya di sekitar 15km terakhir," kata Kipchoge.
"Ini sangat dingin tapi saya tidak menyalahkan kondisi ini dan saya masih akan kembali lagi."
Di nomor putri, pemegang rekor asal Kenya Brigid Kosgei mengalahkan pelari Amerika Serikat Sara Hal dalam waktu 2:18,58 untuk mempertahankan gelarnya.
Hall mencuri podium kedua dengan finis secara impresif, memotong defisit jarak yang sangat lebar di beberapa ratus meter terakhir untuk melewati juara dunia Chepngetich dan finis hampir berbarengan dalam waktu 2:22.01, sedangkan pelari Kenya itu harus puas finis ketiga dengan waktu 2:22,05, margin yang sangat tipis.
Ajang lari tersebut, yang seharusnya digelar April lalu, namun ditunda karena krisis kesehatan global, menampilkan pertarungan sepanjang 19,8 putaran di rute berpagar dalam "biosfer aman terkontrol" di sekitar Taman St. James, dengan garis finis di lokasi biasanya yaitu di The Mall.
Baca juga: Pelari elite Borobudur Marathon 2020 bakal dites usap dan dikarantina
Baca juga: Chicago Marathon 2020 batal digelar karena pandemi COVID-19
Baca juga: New York City Marathon tahun ini batal karena COVID-19
Di hari yang dingin dan basah karena hujan, Kitata, 24, menyalip rivalnya di pengujung lomba untuk finis satu detik di depan Kipchumba dan menyelesaikan lomba dalam dua jam 5 menit 41 detik, demikian Reuters.
Pelari Ethiopia lainnya Sisay Lemma finis ketiga dalam waktu 2:05,35, sedangkan pemegang rekor dunia Eliud Kipchoge mengendur di akhir lomba untuk menelan kekalahan pertamanya di ajang itu sejak 2013.
Kipchoge, yang di penampilannya tahun lalu menjadi satu-satunya pelari yang memecahkan waktu di bawah dua jam, tahun ini hanya mampu finis kedelapan dalam waktu 2:06,49 setelah mengalami kram dan telinga yang tersumbat.
Baca juga: Di bawah guyuran hujan, Kosgei pertahankan gelar London Marathon
Baca juga: London Marathon 2020 hanya untuk atlet elite
Dengan absennya Kenenisa Bekele karena cedera, Kipchoge menjadi favorit untuk meraih gelar kelimanya di London, namun ia gagal menunjukkan kekuatannya di lomba yang diguyur hujan tanpa henti dan suhu dingin itu.
Dia berada di rombongan hingga separuh jarak lomba dalam waktu kurang dari 63 menit, cukup lambat dibandingkan dengan lajunya di lomba-lomba sebelumnya, tidak terkecuali rekor dunia resminya yang ia catatkan di Berlin dalam waktu 2:01,39 dua tahun lalu.
Lemma dan Tamirat Tola, keduanya memakai topi wol untuk menahan hawa dingin, mulai berlari saat para pesaingnya menyadari jika, mungkin, Kipchoge mengalami kesulitan.
Dan mereka benar. Sang pelari favorit, yang tidak pernah menampakkan indikasi kesulitan di wajahnya, sesekali menunjukkan seringai dan tidak berlari mulus seperti biasanya.
Suatu waktu para pemimpin lomba melaju satu mil dalam lima menit, cukup biasa untuk ukuran pelari elite. Kemudian, seperti yang belum pernah disaksikan sebelumnya selama kariernya, Kipchoge, 35, mengendur dan tertinggal dari rombongan enam pelari dengan sisa jarak tiga mil.
Ketika pelari semakin meningkatkan kecepatannya, persaingan menjadi milik tiga kompetitor ketika mereka berlari bersampingan menuju garis finis di The Mall, yang lebih terlihat lomba 800m ketimbang maraton.
Kipchumba seakan finis pertama ketika ia melaju ke depan, namun Kitata melawan balik untuk menyentuh pita terlebih dahulu.
Baca juga: Dampak pandemik COVID-19, London Marathon digeser ke Oktober
Baca juga: Kipchoge manusia pertama selesaikan marathon di bawah dua jam
Kitata, yang finis runner-up di London pada 2018, berterima kasih kepada sang rival yang cedera sehingga ia bisa juara hari itu.
"Kenenisa Bekele membantuku untuk lomba ini dan dia menasehatiku bagaimana untuk lari," kata Kitata. "Saya berlatih di lintasan yang sama, saya sangat senang bisa menang."
Kipchoge telah memenangi 12 dari 13 turnamen maraton yang ia jalani sebelumnya, satu gelar yang ia lewatkan adalah ketika ia finis runner-up di belakang pemegang rekor dunia saat itu di Berlin pada 2013.
"Saya sangat kecewa, saya memiliki masalah dengan telinga kanan saya setelah itu tersumbat, dan kemudian saya kram dan mengalami masalah dengan panggul saya di sekitar 15km terakhir," kata Kipchoge.
"Ini sangat dingin tapi saya tidak menyalahkan kondisi ini dan saya masih akan kembali lagi."
Di nomor putri, pemegang rekor asal Kenya Brigid Kosgei mengalahkan pelari Amerika Serikat Sara Hal dalam waktu 2:18,58 untuk mempertahankan gelarnya.
Hall mencuri podium kedua dengan finis secara impresif, memotong defisit jarak yang sangat lebar di beberapa ratus meter terakhir untuk melewati juara dunia Chepngetich dan finis hampir berbarengan dalam waktu 2:22.01, sedangkan pelari Kenya itu harus puas finis ketiga dengan waktu 2:22,05, margin yang sangat tipis.
Ajang lari tersebut, yang seharusnya digelar April lalu, namun ditunda karena krisis kesehatan global, menampilkan pertarungan sepanjang 19,8 putaran di rute berpagar dalam "biosfer aman terkontrol" di sekitar Taman St. James, dengan garis finis di lokasi biasanya yaitu di The Mall.
Baca juga: Pelari elite Borobudur Marathon 2020 bakal dites usap dan dikarantina
Baca juga: Chicago Marathon 2020 batal digelar karena pandemi COVID-19
Baca juga: New York City Marathon tahun ini batal karena COVID-19
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: