IDAI catat 217 anak terinfeksi COVID-19 di Aceh
3 Oktober 2020 12:51 WIB
Ilustrasi - Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) menimbang berat badan bayi saat imunisasi di Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang, Banten, Rabu (13/5/2020). (ANTARA FOTO/Fauzan/foc.)
Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh menyatakan 217 anak di provinsi paling barat Indonesia itu terkonfirmasi positif terinfeksi COVID-19, bahkan satu diantaranya meninggal dunia.
Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis Tim COVID-19 Anak RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh Dr dr Raihan SpA(K), Sabtu, mengatakan bahwa data itu merupakan laporan IDAI dari seluruh kabupaten/kota setiap pekan, terkait perkembangan COVID-19.
Baca juga: IDAI: Kematian anak akibat COVID-19 didominasi usia di bawah 6 tahun
Baca juga: IDAI: Jangan biarkan tumbuh kembang anak tidak normal akibat COVID-19
"Data sampai 28 September, berarti pekan lalu, anak yang terkonfirmasi COVID-19 ada 217 jiwa. Data ini juga yang kami laporkan ke pengurus IDAI Pusat," kata Raihan di Banda Aceh.
Menurut IDAI,atanya, kelompok anak ialah mereka yang berumur 0-18 tahun. Semua anak yang positif berdasarkan hasil uji usap PCR dan satu diantaranya meninggal dunia di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU) RSUD Zainoel Abidin.
"Yang meninggal ini anak dari Banda Aceh usia satu tahun sembilan bulan. Dia ada gizi buruk juga, ada komorbid (penyakit penyerta) juga, anemia, kemudian terkena COVID-19 dan meninggal di ruang RICU setelah sempat dirawat beberapa hari," kata anggota IDAI itu.
Kata Raihan, dari 217 anak positif COVID-19, 205 anak diantaranya konfirmasi tanpa gejala (KTG) dan 12 anak bergejala. Paling banyak anak yang terinfeksi di Banda Aceh dan Aceh Besar, selebihnya tersebar di sejumlah kabupaten/kota.
"Jadi anak-anak itu kebanyakan tidak bergejala. Ada yang bergejala sedang, tapi tidak harus dirawat. Yang pernah kita dirawat itu 21 anak, selebihnya isolasi mandiri," kata Raihan.
Baca juga: Bupati Simeulue Aceh sembuh dari COVID-19
Menurut dia, penularan terhadap anak terjadi karena adanya anggota keluarga yang positif COVID-19. Ketika dilakukan pelacakan kontak erat didapatkan anak-anak juga positif terinfeksi.
"Misalnya, ada kakek, neneknya, atau anggota keluarga lainnya yang positif, saat ditracing ketemu lah anaknya positif. Jadi kebanyakan anak ini tidak bergejala, mereka tertular dari anggota keluarga lain atau intra-familiar," ujarnya.
Hingga kini, kata Raihan, tujuh anak masih mendapatkan perawatan medis di rumah sakit. Salah satunya adalah bayi yang ketika lahir di RSUD Zainoel Abidin langsung dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.
"Karena ibunya positif, jadi anaknya diperiksa 24 jam pertama dan 48 jam, diperiksa memang dia (bayi) positif COVID-19," katanya.
Sementara enam anak lainnya, ialah bayi yang juga lahir dari ibu positif COVID-19, diantaranya lima anak masih menunggu hasil tes usap PCR, dan satu bayi hasilnya negatif.
Baca juga: Satgas: Aceh butuh bantuan pemerintah pusat untuk tangani COVID-19
Baca juga: Kasus meningkat, Banten dan Aceh masuk prioritas penanganan COVID-19
Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis Tim COVID-19 Anak RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh Dr dr Raihan SpA(K), Sabtu, mengatakan bahwa data itu merupakan laporan IDAI dari seluruh kabupaten/kota setiap pekan, terkait perkembangan COVID-19.
Baca juga: IDAI: Kematian anak akibat COVID-19 didominasi usia di bawah 6 tahun
Baca juga: IDAI: Jangan biarkan tumbuh kembang anak tidak normal akibat COVID-19
"Data sampai 28 September, berarti pekan lalu, anak yang terkonfirmasi COVID-19 ada 217 jiwa. Data ini juga yang kami laporkan ke pengurus IDAI Pusat," kata Raihan di Banda Aceh.
Menurut IDAI,atanya, kelompok anak ialah mereka yang berumur 0-18 tahun. Semua anak yang positif berdasarkan hasil uji usap PCR dan satu diantaranya meninggal dunia di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU) RSUD Zainoel Abidin.
"Yang meninggal ini anak dari Banda Aceh usia satu tahun sembilan bulan. Dia ada gizi buruk juga, ada komorbid (penyakit penyerta) juga, anemia, kemudian terkena COVID-19 dan meninggal di ruang RICU setelah sempat dirawat beberapa hari," kata anggota IDAI itu.
Kata Raihan, dari 217 anak positif COVID-19, 205 anak diantaranya konfirmasi tanpa gejala (KTG) dan 12 anak bergejala. Paling banyak anak yang terinfeksi di Banda Aceh dan Aceh Besar, selebihnya tersebar di sejumlah kabupaten/kota.
"Jadi anak-anak itu kebanyakan tidak bergejala. Ada yang bergejala sedang, tapi tidak harus dirawat. Yang pernah kita dirawat itu 21 anak, selebihnya isolasi mandiri," kata Raihan.
Baca juga: Bupati Simeulue Aceh sembuh dari COVID-19
Menurut dia, penularan terhadap anak terjadi karena adanya anggota keluarga yang positif COVID-19. Ketika dilakukan pelacakan kontak erat didapatkan anak-anak juga positif terinfeksi.
"Misalnya, ada kakek, neneknya, atau anggota keluarga lainnya yang positif, saat ditracing ketemu lah anaknya positif. Jadi kebanyakan anak ini tidak bergejala, mereka tertular dari anggota keluarga lain atau intra-familiar," ujarnya.
Hingga kini, kata Raihan, tujuh anak masih mendapatkan perawatan medis di rumah sakit. Salah satunya adalah bayi yang ketika lahir di RSUD Zainoel Abidin langsung dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.
"Karena ibunya positif, jadi anaknya diperiksa 24 jam pertama dan 48 jam, diperiksa memang dia (bayi) positif COVID-19," katanya.
Sementara enam anak lainnya, ialah bayi yang juga lahir dari ibu positif COVID-19, diantaranya lima anak masih menunggu hasil tes usap PCR, dan satu bayi hasilnya negatif.
Baca juga: Satgas: Aceh butuh bantuan pemerintah pusat untuk tangani COVID-19
Baca juga: Kasus meningkat, Banten dan Aceh masuk prioritas penanganan COVID-19
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: