Menlu RI: penghapusan total senjata nuklir untuk perdamaian, keamanan
3 Oktober 2020 10:04 WIB
Tangkapan Layar: Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan pernyataan pada Pertemuan Tingkat Tinggi Peringatan dan Promosi Hari Internasional Penghapusan Total Senjata Nuklir yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat (2/10/2020). (ANTARA/HO-Kemlu RI)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada Pertemuan Tingkat Tinggi Peringatan dan Promosi Hari Internasional Penghapusan Total Senjata Nuklir menegaskan bahwa penghapusan total senjata nuklir adalah elemen penting bagi perdamaian dan keamanan internasional.
"75 tahun sejak berdirinya PBB, dan 50 tahun sejak penandatanganan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), dunia masih jauh dari penghapusan total senjata nuklir," kata Menlu Retno dalam pertemuan yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat (2/10), menurut keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Pertemuan itu merupakan bagian dari rangkaian Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-75 yang berlangsung hingga 2 Oktober 2020.
Menlu Retno menambahkan tidak adanya kemajuan dalam upaya penghapusan arsenal nuklir mengakibatkan timbulnya kurangnya rada saling percaya (trust deficit) di antara negara-negara di dunia.
Selanjutnya, Menlu RI menekankan tiga hal penting untuk upaya mencapai penghapusan total senjata nuklir.
Pertama, penerapan dan penegakan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (Nuclear Non- Proliferation Treaty). Terkait hal itu, Menlu Retno menyampaikan bahwa partisipasi penuh dan komitmen dari seluruh negara, termasuk negara pemilik senjata nuklir, sangat diperlukan.
Kedua, penguatan mekanisme dan arsitektur perlucutan senjata global. Beberapa mekanisme perlucutan senjata seperti Konferensi Perlucutan Senjata (Conference of Disarmament), larangan uji coba nuklir komprehensif (CTBT) dan mekanisme lainnya harus diupayakan penegakannya agar tujuan penghapusan total senjata nuklir dapat tercapai.
Ketiga, memastikan perlucutan senjata nuklir dapat berdampak positif pada kesejahteraan dunia. Menlu Retno menegaskan bahwa pandemi COVID-19 merupakan pengingat bahwa perlindungan manusia dan kemanusiaan hanya dapat tercapai melalui solidaritas global dan bukan melalui senjata nuklir.
Menlu RI pun menutup pidatonya dengan menyampaikan bahwa mempertahankan keberadaan senjata nuklir adalah jelas situasi zero-sum, sementara pemusnahan total senjata nuklir akan memastikan keberlangsungan umat manusia ke depan.
Situasi zero-sum adalah kondisi yang menggambarkan bahwa jumlah keuntungan dan kerugian dari seluruh peserta dalam sebuah permainan adalah nol. Hal itu berarti keuntungan yang dimiliki atau didapatkan oleh seorang pemain berasal dari kerugian yang dialami oleh pemain lainnya.
Baca juga: Rusia tolak syarat dari AS, kemungkinan kecil perpanjang pakta nuklir
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil tolak tenaga nuklir masuk dalam RUU EBT
"75 tahun sejak berdirinya PBB, dan 50 tahun sejak penandatanganan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), dunia masih jauh dari penghapusan total senjata nuklir," kata Menlu Retno dalam pertemuan yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat (2/10), menurut keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Pertemuan itu merupakan bagian dari rangkaian Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-75 yang berlangsung hingga 2 Oktober 2020.
Menlu Retno menambahkan tidak adanya kemajuan dalam upaya penghapusan arsenal nuklir mengakibatkan timbulnya kurangnya rada saling percaya (trust deficit) di antara negara-negara di dunia.
Selanjutnya, Menlu RI menekankan tiga hal penting untuk upaya mencapai penghapusan total senjata nuklir.
Pertama, penerapan dan penegakan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (Nuclear Non- Proliferation Treaty). Terkait hal itu, Menlu Retno menyampaikan bahwa partisipasi penuh dan komitmen dari seluruh negara, termasuk negara pemilik senjata nuklir, sangat diperlukan.
Kedua, penguatan mekanisme dan arsitektur perlucutan senjata global. Beberapa mekanisme perlucutan senjata seperti Konferensi Perlucutan Senjata (Conference of Disarmament), larangan uji coba nuklir komprehensif (CTBT) dan mekanisme lainnya harus diupayakan penegakannya agar tujuan penghapusan total senjata nuklir dapat tercapai.
Ketiga, memastikan perlucutan senjata nuklir dapat berdampak positif pada kesejahteraan dunia. Menlu Retno menegaskan bahwa pandemi COVID-19 merupakan pengingat bahwa perlindungan manusia dan kemanusiaan hanya dapat tercapai melalui solidaritas global dan bukan melalui senjata nuklir.
Menlu RI pun menutup pidatonya dengan menyampaikan bahwa mempertahankan keberadaan senjata nuklir adalah jelas situasi zero-sum, sementara pemusnahan total senjata nuklir akan memastikan keberlangsungan umat manusia ke depan.
Situasi zero-sum adalah kondisi yang menggambarkan bahwa jumlah keuntungan dan kerugian dari seluruh peserta dalam sebuah permainan adalah nol. Hal itu berarti keuntungan yang dimiliki atau didapatkan oleh seorang pemain berasal dari kerugian yang dialami oleh pemain lainnya.
Baca juga: Rusia tolak syarat dari AS, kemungkinan kecil perpanjang pakta nuklir
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil tolak tenaga nuklir masuk dalam RUU EBT
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: