BI sebut pengembangan industri halal dukung pertumbuhan ekonomi
2 Oktober 2020 18:03 WIB
Dokumentasi - Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng saat menghadiri acara upacara pengukuhan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri yang baru di Kediri, Jawa Timur, Jumat (7/2/2020). ANTARA/HO-Bank Indonesia/am.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan pengembangan industri halal di Indonesia dapat mendukung terjadinya optimalisasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Sugeng dalam acara pembukaan High Level Seminar on Halal Lifestyle 2020 di Jakarta, Jumat, pengembangan industri halal tersebut membutuhkan empat langkah strategis.
Langkah pertama, ia menjelaskan, industri halal perlu membentuk suatu brand halal dengan memberikan pemahaman yang memadai kepada masyarakat mengenai produk halal.
"Misalnya, makanan halal itu adalah makanan sehat," kata Sugeng.
Langkah kedua, industri halal perlu membangun jejaring kerja sama dari berbagai unit usaha, termasuk melalui pengembangan jejaring unit bisnis pondok pesantren, yang tergabung dalam Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN).
Saat ini, pada 2020, terdapat ratusan unit bisnis/ UMKM di pesantren yang akan diintegrasikan melalui HEBITREN, sehingga dapat meningkatkan skala ekonomi pesantren.
"Hal itu akan meningkatkan efisiensi dan posisi tawar, serta mendorong transaksi jual beli antara unit usaha di pesantren," katanya.
Kemudian, langkah ketiga, industri halal perlu memperkuat pembiayaan syariah yang selama ini sudah dilakukan melalui integrasi pembiayaan sosial syariah dengan pembiayaan komersial syariah.
Langkah keempat, industri halal perlu mendorong digitalisasi, melalui pembentukan platform IKRA (Industri Kreatif Syariah Indonesia) yang sejak 2018 menampilkan produk halal serta meningkatkan kolaborasi untuk penyaluran pembiayaan syariah.
Menurut Sugeng, digitalisasi tersebut telah dilaksanakan melalui kerja sama antara lembaga keuangan mikro syariah (Baitul Mal Wattamwil) dan perusahaan teknologi finansial syariah dengan menggunakan aplikasi ponsel pintar.
"Hingga Juli 2020, terdapat lebih dari 50 perusahaan teknologi finansial yang sudah menyalurkan pembiayaan syariah hampir sebesar Rp4 triliun," ujarnya.
Baca juga: Kemenperin akselerasi pengembangan kawasan industri halal
Baca juga: UMKM di sektor industri halal memiliki peluang di pasar global
Baca juga: Wapres: Tatanan Baru jadi peluang bagi industri halal dan UMKM
Baca juga: Pengamat: Industri wisata halal bersiap menyasar pasar universal
Menurut Sugeng dalam acara pembukaan High Level Seminar on Halal Lifestyle 2020 di Jakarta, Jumat, pengembangan industri halal tersebut membutuhkan empat langkah strategis.
Langkah pertama, ia menjelaskan, industri halal perlu membentuk suatu brand halal dengan memberikan pemahaman yang memadai kepada masyarakat mengenai produk halal.
"Misalnya, makanan halal itu adalah makanan sehat," kata Sugeng.
Langkah kedua, industri halal perlu membangun jejaring kerja sama dari berbagai unit usaha, termasuk melalui pengembangan jejaring unit bisnis pondok pesantren, yang tergabung dalam Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN).
Saat ini, pada 2020, terdapat ratusan unit bisnis/ UMKM di pesantren yang akan diintegrasikan melalui HEBITREN, sehingga dapat meningkatkan skala ekonomi pesantren.
"Hal itu akan meningkatkan efisiensi dan posisi tawar, serta mendorong transaksi jual beli antara unit usaha di pesantren," katanya.
Kemudian, langkah ketiga, industri halal perlu memperkuat pembiayaan syariah yang selama ini sudah dilakukan melalui integrasi pembiayaan sosial syariah dengan pembiayaan komersial syariah.
Langkah keempat, industri halal perlu mendorong digitalisasi, melalui pembentukan platform IKRA (Industri Kreatif Syariah Indonesia) yang sejak 2018 menampilkan produk halal serta meningkatkan kolaborasi untuk penyaluran pembiayaan syariah.
Menurut Sugeng, digitalisasi tersebut telah dilaksanakan melalui kerja sama antara lembaga keuangan mikro syariah (Baitul Mal Wattamwil) dan perusahaan teknologi finansial syariah dengan menggunakan aplikasi ponsel pintar.
"Hingga Juli 2020, terdapat lebih dari 50 perusahaan teknologi finansial yang sudah menyalurkan pembiayaan syariah hampir sebesar Rp4 triliun," ujarnya.
Baca juga: Kemenperin akselerasi pengembangan kawasan industri halal
Baca juga: UMKM di sektor industri halal memiliki peluang di pasar global
Baca juga: Wapres: Tatanan Baru jadi peluang bagi industri halal dan UMKM
Baca juga: Pengamat: Industri wisata halal bersiap menyasar pasar universal
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: