Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan mengungkapkan sejumlah tantangan dalam pengembangan wilayah jalan tol.

"Tantangannya apa? Tata ruang kawasan di sekitar on/off ramp jalan tol. Saat ini jalan tol itu sudah ada tetapi sering terjadi bottleneck saat hendak masuk atau keluar jalan tol, mengingat jalan-jalan di luarnya ada yang masih dalam kondisi jalan tikus," ujar Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Eko Djoeli Heripoerwanto dalam seminar daring di Jakarta, Kamis.

Menurut Eko, sebagian masalah ini diselesaikan oleh Kementerian PUPR dengan memperlebar jalan di luar jalan tol tersebut, namun tidak semuanya. Mengingat seharusnya jalan-jalan yang di luar lingkup konsesi jalan tol diselesaikan oleh pemerintah daerah.

Dengan demikian diperlukan sinergi antara badan usaha, pemerintah pusat dan daerah. Harapannya pada saat jalan tol sudah dibangun, maka sebetulnya tata ruang harus dibereskan untuk pelebaran jalan dan sebagainya.

"Tantangan berikutnya adalah pemanfaatan maksimum untuk mendekatkan wilayah produksi dan pasar," kata Eko.

Saat ini para petani, pengrajin, atau pelaku UMKM dengan mudahnya mengirimkan barang-barang karena sarana transportasinya sudah tersedia.

Ketiga, perlunya integrasi dengan multimoda transportasi. Ini yang biasanya sejak dulu kita semua kalau membangun apapun terkait transportasi tidak memikirkan multimoda.

Sekarang ini merupakan peluang bagi dunia usaha dan investor untuk membangun jaringan transportasi multimoda. Jadi kalau sudah ada backbone berupa jalan tol, maka bisa dibangun stasiun MRT, kereta, LRT, dan moda-moda transportasi lainnya di sekitar jalan tol tersebut.

Selain itu tantangan berikutnya adalah penerapan konsep land value capture. Saat ini kita ketahui pengembangan-pengembangan jalan tol sifatnya adalah kebanyakan dikembangkan sendiri oleh masyarakat.

"Tidak ada pihak yang mengintegrasikan hal ini dengan jalan tol. Harus ada pihak yang merencanakan, supaya nilai tambah akibat aksesibilitas yang meningkat betul-betul manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang," ujar Dirjen Pembiayaan Infrastruktur tersebut.

Tantangan terakhir adalah bundling project. Saat ini pembangunan jalan tol itu investornya hanya membangun jalan tol saja, karena dari proyek ini dia sudah bisa mendapatkan kembali modal dan investasinya.

Ke depan bundling project ini menjadi tantangan, misalnya di satu ramp atau ujung jalan tol tertentu dibangun perumahan atau dikombinasikan, sehingga kalau orang menggunakan jalan tol dari kota lain dan keluar dari tol bisa langsung melakukan aktivitas perbelanjaan dan seterusnya.

Baca juga: Presiden Jokowi resmikan jalan tol Manado-Bitung secara virtual
Baca juga: Keberadaan jalan tol Manado-Bitung pangkas waktu tempuh jadi 30 menit