Aden (ANTARA News/Reuters) - Separatis berdemonstrasi di Yaman bagian selatan, Minggu, setelah pasukan keamanan menangkap 21 orang yang dituduh melakukan kerusuhan, kata penduduk dan pejabat.

Sejumlah warga yang bepergian ke Aden mengatakan, demonstrasi terus berlangsung pada hari kedua di kota utama wilayah selatan itu dan di provinsi-provinsi Abyan dan Dalea, yang juga di wilayah selatan negara Arab termiskin itu.

Demonstran, beberapa diantaranya membawa bendera eks-Yaman Selatan, yang besatu dengan Yaman Utara pada 1990, memblokade jalan utama yang menghubungkan Aden dengan Dalea, kata mereka.

Pasukan keamanan menangkap 21 orang di ibukota provinsi Dalea pada Sabtu ketika ratusan orang melakukan protes menentang penangkapan-penangkapan sebelumnya, kata situs kementerian pertahanan.

Protes itu dilakukan bersamaan waktunya dengan pertemuan dua hari negara-negara donor Yaman di Riyadh, ibukota Arab Saudi. Demonstran dan pembicara pada protes tersebut mendesak pertemuan itu membahas konflik yang belum terselesaikan di Yaman bagian selatan.

"Kepala keamanan di Dalea mengatakan, pasukan keamanan bisa mencegah dan membubarkan sejumlah unsur yang berusaha menimbulkan kekacauan, kerusuhan, dan yang meneriakkan slogan-slogan yang bertujuan menyebarkan kebencian dan menyebabkan perpecahan," kata situs berita itu.

Sabtu, pihak berwenang melakukan langkah-langkah keamanan lebih ketat di Dalea, dimana ketegangan separatis meningkat. Kebijakan pengamanan itu mencakup larangan membawa senjata di tempat umum, dua hari setelah seorang polisi tewas ditembak dalam serangan di sebuah provinsi yang berdekatan.

Dengan kematian terakhir itu, jumlah korban tewas menjadi empat dalam serangan-serangan terhadap personel keamanan di wilayah selatan dalam waktu sepekan ketika pihak berwenang meningkatkan operasi penangkapan terhadap separatis.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Pemerintah Yaman, negara termiskin di dunia Arab, saat ini menghadapi gerakan separatis di wilayah selatan.

Yaman juga memerangi pemberontakan Syiah di wilayah utara dan kelompok Al-Qaeda.

Pemberontak utara dan pemerintah telah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan tersebut. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.

Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri pemberontakan di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.

Kelompok pemberontak Zaidi atau Huthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain pemberontakan, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.

Orang-orang suku di kawasan miskin Yaman seringkali melakukan penyanderaan untuk menekan pemerintah agar memberikan bantuan, pekerjaan, atau membebaskan orang-orang suku rekan mereka yang ditahan.

Lebih dari 200 warga asing diculik di Yaman dalam 15 tahun terakhir.

Hampir semua orang yang diculik itu dibebaskan tanpa cedera setelah penengahan yang melibatkan pemimpin-pemimpin suku.

Namun, pada 2000, seorang diplomat Norwegia tewas terperangkap dalam tembak-menembak, dan pada 1998 empat orang Barat tewas tertembak ketika militer berusaha membebaskan mereka dari kelompok muslim garis keras yang menyandera 16 wisatawan. (M014/K004)