Wapres: Pesantren sangat berpotensi kembangkan komoditas sawit
1 Oktober 2020 12:21 WIB
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan sambutan dalam pembukaan program Pengembangan Potensi Santripreneur berbasis Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) Sawit sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah secara virtual dari rumah dinas wapres di Jakarta, Kamis (1/10/2020). (Asdep Komunikasi dan Informasi Publik (KIP) Setwapres)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan pondok pesantren, khususnya di daerah-daerah penghasil sawit, memiliki potensi tinggi untuk mengembangkan usaha berbasis komoditas sawit karena memiliki kemandirian dan berada dekat dengan kelompok masyarakat.
Hal itu disampaikan Ma'ruf Amin saat membuka program Pengembangan Potensi Santripreneur berbasis Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) Sawit sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah yang diselenggarakan secara virtual.
"Pesantren, sebagai aset umat, sangat berpotensi bagi pengembangan kolaborasi dan kerja sama pengembangan usaha, termasuk bagi komoditas sawit ini. Pesantren juga memiliki ciri khas dan keunikan, antara lain kemandirian dan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat," kata Ma'ruf Amin dalam keterangan video dari rumah dinas wapres di Jakarta, Kamis.
Dengan jumlah pondok pesantren yang mencapai 28.194 buah di seluruh wilayah Indonesia, Ma'ruf mengatakan hampir setengahnya memiliki potensi untuk pengembangan ekonomi masyarakat.
"Pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air saat ini berjumlah sekitar 28.194 buah, dimana 44,2 persen atau sekitar 12.469 buah di antaranya berpotensi untuk pengembangan ekonomi," tambahnya.
Lewat program Santripreneur berbasis UKMK Sawit itu pula, Ma'ruf berharap pesantren-pesantren di daerah penghasil sawit dapat turut menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat.
"Melalui program ini, pesantren yang berada di daerah-daerah penghasil komoditas sawit diharapkan akan dapat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerahnya, terutama pada masa pemulihan ekonomi ini," tukasnya.
Baca juga: Wapres minta persoalan petani sawit segera diselesaikan
Kolaborasi dan kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dunia usaha juga harus diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pesantren dalam mengelola produk-produk olahan sawit.
Pelatihan bagi para santri dalam mengelola produksi, distribusi dan pemasaran produk sawit menjadi salah satu kunci keberhasilan program pengembangan potensi santripreneur di pondok pesantren.
"Civitas pesantren juga perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang pengembangan dan pengelolaan usaha, pemasaran, pengelolaan keuangan dan pengorganisasian sumber daya manusia," jelasnya.
Ma'ruf Amin mengapresiasi upaya Pusat Ekonomi Bisnis Syariah (PEBS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) dan seluruh pihak yang menginisiasi dan mendukung program untuk pengembangan bisnis para santri tersebut.
"Semoga program ini dapat mendorong upaya percepatan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia dan mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah dorong peningkatan permintaan dalam negeri minyak sawit
Baca juga: Wapres dorong peremajaan 185 ribu hektare untuk produktivitas sawit
Baca juga: Wapres Ma'ruf dorong tiga hal terkait pengelolaan sawit
Hal itu disampaikan Ma'ruf Amin saat membuka program Pengembangan Potensi Santripreneur berbasis Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) Sawit sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah yang diselenggarakan secara virtual.
"Pesantren, sebagai aset umat, sangat berpotensi bagi pengembangan kolaborasi dan kerja sama pengembangan usaha, termasuk bagi komoditas sawit ini. Pesantren juga memiliki ciri khas dan keunikan, antara lain kemandirian dan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat," kata Ma'ruf Amin dalam keterangan video dari rumah dinas wapres di Jakarta, Kamis.
Dengan jumlah pondok pesantren yang mencapai 28.194 buah di seluruh wilayah Indonesia, Ma'ruf mengatakan hampir setengahnya memiliki potensi untuk pengembangan ekonomi masyarakat.
"Pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air saat ini berjumlah sekitar 28.194 buah, dimana 44,2 persen atau sekitar 12.469 buah di antaranya berpotensi untuk pengembangan ekonomi," tambahnya.
Lewat program Santripreneur berbasis UKMK Sawit itu pula, Ma'ruf berharap pesantren-pesantren di daerah penghasil sawit dapat turut menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat.
"Melalui program ini, pesantren yang berada di daerah-daerah penghasil komoditas sawit diharapkan akan dapat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerahnya, terutama pada masa pemulihan ekonomi ini," tukasnya.
Baca juga: Wapres minta persoalan petani sawit segera diselesaikan
Kolaborasi dan kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dunia usaha juga harus diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pesantren dalam mengelola produk-produk olahan sawit.
Pelatihan bagi para santri dalam mengelola produksi, distribusi dan pemasaran produk sawit menjadi salah satu kunci keberhasilan program pengembangan potensi santripreneur di pondok pesantren.
"Civitas pesantren juga perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang pengembangan dan pengelolaan usaha, pemasaran, pengelolaan keuangan dan pengorganisasian sumber daya manusia," jelasnya.
Ma'ruf Amin mengapresiasi upaya Pusat Ekonomi Bisnis Syariah (PEBS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) dan seluruh pihak yang menginisiasi dan mendukung program untuk pengembangan bisnis para santri tersebut.
"Semoga program ini dapat mendorong upaya percepatan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia dan mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah dorong peningkatan permintaan dalam negeri minyak sawit
Baca juga: Wapres dorong peremajaan 185 ribu hektare untuk produktivitas sawit
Baca juga: Wapres Ma'ruf dorong tiga hal terkait pengelolaan sawit
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: