Kupang (ANTARA) - Bupati Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur Amon Djobo dengan tegas menyatakan akan berhenti dari jabatannya sebagai bupati jika ada warganya yang terkonfirmasi COVID-19 dan meninggal karena menghadiri acara tahunan Expo Alor ke-14 dan Alor Karnaval ke-7 yang semula dijadwalkan mulai Senin (28/9) sampai dengan Sabtu (3/10) 2020.

"Ya, saya pastikan jika ada 3-4 orang yang terkena COVID-19 kemudian kritis dan meninggal, dan itu dari area Expo Alor ke-14, maka saya akan berhenti dari jabatan saya," katanya ketika dikonfirmasi dari Kupang, Rabu.

Ia menegaskan bahwa kegiatan Expo itu sudah dipikirkan semuanya. Menurut dia ada hal yang dilakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di tengah pandemi COVID-19 ini, salah satunya adalah dengan menggelar kegiatan itu.

Lagi pula dengan adanya Expo itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Alor berusaha untuk mengajarkan kepada masyarakat untuk selalu mengikuti protokol kesehatan.

Pembukaaan Expo Alor dan Alor Karnaval itu, kata dia, memberikan dampak yang positif bagi ekonomi masyarakat di kabupaten itu. Khususnya bagi para pelaku UMKM, penjual makanan ringan dan makanan lokal di daerah itu.

"Saya dapat pesan dari beberapa orang melalui SMS. Mereka menyatakan bahwa setiap bulan dapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp600 ribu per bulan, tetapi selama Expo dalam satu hari para penjual itu mengaku dapat keuntungan sebesar Rp1 juta," katanya.

Hal ini, kata dia, membuktikan bahwa walaupun di tengah pandemi COVID-19 namun perekonomian harus tetap jalan sehingga warga bisa menghidupi keluarga mereka.

Oleh karena itu, katanya, diperlukan terobosan-terobosan yang berani untuk menyejaterahkan masyarakat di Kabupaten Alor di tengah pandemi COVID-19.

Ia pun meminta agar beberapa pihak yang menggelar aksi demontrasi menolak adanya expo tersebut lebih baik tidak perlu melakukannya untuk kepentingan beberapa pihak, khususnya kepentingan politik di tahun 2024 nanti.

"Lagi pula ini kegiatan untuk menyejahterakan masyarakat bukan untuk mencelakai masyarakat. Lagi pula ini hajatannya pemerintah dan masyarakat hanya terlibat di dalamnya saja," ujar dia.

Amon Djobo dalam keterangan sebelumnya menyatakan bahwa jika ada yang tidak berani ikut dalam expo tersebut karena COVID-19 pemerintah juga tidak memaksakan.

Sementara itu, terkait expo yang semula akan berakhir pada Sabtu (3/10) diperpendek jangka waktunya menjadi Kamis (1/10) dengan alasan bukan karena ketakutan akibat COVID-19 namun untuk kesiapan para petani yang juga terlibat dalam expo itu mempersiapkan diri untuk masa tanam.

"Ini bukan karena masalah COVID-19, tetapi kita mempersiapkan masyarakat kita untuk masa tanam, karena nanti kan mereka harus kembali lagi ke kampung-kampung," demikian Amon Djobo.

Baca juga: Bupati: Expo Alor digelar dalam rangka berdayakan ekonomi masyarakat

Baca juga: Satu pasien reaktif COVID-19 di Alor meninggal

Baca juga: Studi di Jawa, pelajar Kabupaten Alor NTT mendapat beasiswa ACT

Baca juga: Ombudsman atasi kesulitan nelayan Alor pasarkan ikan ke Timor Leste