Satgas minta masyarakat tidak takut dengan penelusuran kontak
30 September 2020 14:21 WIB
Petugas kesehatan mengambil sampel darah seorang pedagang saat menggelar tes diagnostik cepat atau rapid test COVID-19 di Pasar Tradisional Mandalika, Bertais, Mataram, NTB, Senin (11/5/2020). Dinas Kesehatan Kota Mataram melakukan tes diagnostik cepat COVID-19 di pasar tersebut menyusul adanya salah satu pedagang yang meninggal dunia dengan status positif COVID-19 serta sebagai upaya penelusuran kontak untuk memutus penyebaran virus Corona. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/pras.
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 meminta masyarakat tidak khawatir atau takut dengan penelusuran kontak yang dilakukan petugas kesehatan guna menelusuri orang-orang yang pernah terlibat kontak erat dengan satu orang positif COVID-19 selama 14 hari terakhir.
"Jadi kita ingatkan kepada masyarakat Indonesia agar tidak takut untuk dilakukan penelusuran kontak. Atau jangan sampai juga kita berbicara bohong saya enggak pernah serumah (dengan pasien COVID-19), padahal serumah," kata anggota Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa penelusuran kontak tersebut sangat penting dilakukan guna mengungkap orang-orang yang pernah berhubungan erat dengan satu pasien COVID-19 yang dilaporkan sehingga memutus mata rantai penularan COVID-19 yang bisa terus terjadi jika tidak ditelusuri.
"Jadi jangan sampai (berbohong). Kenapa? Karena dengan kita berbohong ke petugas dapat mengakibatkan penularan yang berlanjut kepada orang-orang di sekitar," katanya.
Baca juga: Doni Monardo minta masyarakat berperan jadi pahlawan kemanusiaan
Baca juga: Epidemiolog sebut data mengenai COVID-19 sangat dinamis
Kejujuran orang-orang yang ditelusuri riwayat kontaknya itu, kata Dewi, dibutuhkan agar petugas medis benar-benar dapat memahami kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan dan dapat mengungkap kemungkinan orang lain yang terinfeksi COVID-19 akibat pernah berhubungan erat dengan satu pasien yang dilaporkan.
Dewi mengatakan dengan melakukan penelusuran terhadap satu orang yang dilaporkan positif tersebut, petugas medis dapat menemukan pohon faktor lain yang berpotensi menjadi sumber penularan lain di tengah masyarakat.
Sehingga dengan mengetahui secara dini orang-orang yang berpotensi menjadi sumber penularan COVID-19, risiko penyebaran virus berbahaya itu dapat segera diputus.
Baca juga: Satgas COVID-19 : Tidak ada orang yang kebal corona
Baca juga: Satgas matangkan sasaran dan prioritas penerima vaksin COVID-19
"Jadi kita ingatkan kepada masyarakat Indonesia agar tidak takut untuk dilakukan penelusuran kontak. Atau jangan sampai juga kita berbicara bohong saya enggak pernah serumah (dengan pasien COVID-19), padahal serumah," kata anggota Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa penelusuran kontak tersebut sangat penting dilakukan guna mengungkap orang-orang yang pernah berhubungan erat dengan satu pasien COVID-19 yang dilaporkan sehingga memutus mata rantai penularan COVID-19 yang bisa terus terjadi jika tidak ditelusuri.
"Jadi jangan sampai (berbohong). Kenapa? Karena dengan kita berbohong ke petugas dapat mengakibatkan penularan yang berlanjut kepada orang-orang di sekitar," katanya.
Baca juga: Doni Monardo minta masyarakat berperan jadi pahlawan kemanusiaan
Baca juga: Epidemiolog sebut data mengenai COVID-19 sangat dinamis
Kejujuran orang-orang yang ditelusuri riwayat kontaknya itu, kata Dewi, dibutuhkan agar petugas medis benar-benar dapat memahami kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan dan dapat mengungkap kemungkinan orang lain yang terinfeksi COVID-19 akibat pernah berhubungan erat dengan satu pasien yang dilaporkan.
Dewi mengatakan dengan melakukan penelusuran terhadap satu orang yang dilaporkan positif tersebut, petugas medis dapat menemukan pohon faktor lain yang berpotensi menjadi sumber penularan lain di tengah masyarakat.
Sehingga dengan mengetahui secara dini orang-orang yang berpotensi menjadi sumber penularan COVID-19, risiko penyebaran virus berbahaya itu dapat segera diputus.
Baca juga: Satgas COVID-19 : Tidak ada orang yang kebal corona
Baca juga: Satgas matangkan sasaran dan prioritas penerima vaksin COVID-19
Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: