Meski pendapatan menipis, PKL di Pancoran tetap berjualan
29 September 2020 22:55 WIB
Sejumlah pedagang kuliner di Pospol Lantas Polseksub Pancoran, Jakarta Selatan, tetap bertahan berjualan di masa pandemi dengan keuntungan menipis, Selasa (29/9/2020).(ANTARA/Laily Rahmawaty)
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Raya Pasar Minggu, Pancoran, Jakarta Selatan,
tetap berjualan meski pendapatan menipis akibat pandemi virus corona (COVID-19).
Didik (45) penjual bakso malang pada Selasa mengaku terpaksa hidup pas-pasan untuk menghemat pengeluaran.
Didik dan temannya penjual siomay, mengontrak di rumah bedengan tak jauh dari tempatnya berdagang. Sebulan biaya sewa kontrakan Rp700 ribu.
Menurut Didik, menurunnya pendapatan karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Jumlah pekerja dibatasi begitu juga aktivitas orang keluar rumah.
"Biasanya yang langganan kita karyawan perkantoran di sekitar Pancoran ini, tapi kan sejak PSBB semua dibatasi," kata Didik.
Bahkan, lanjut Didik, seluruh pedagang di Pospol Lantas Polseksub Pancoran pernah tutup selama tiga bulan karena ada larangan melayani pembeli makan di tempat.
"Kan dijagain sama Satpol PP, kalau kedapatan jualan yang dipaksa tutup," ujarnya.
Baca juga: Pasien sembuh dari COVID-19 di DKI Jakarta bertambah 1.132
Baca juga: 56 kamar Wisma JIC jadi tempat isolasi pasien COVID-19
Meski keuntungan menipis, dirinya tetap bertahan berjualan supaya ada penghasilan. Jika hanya di kampung tidak bekerja, anak istrinya akan kesulitan.
"Mau apa lagi, ada beberapa teman yang sudah enggak kuat, milih berhenti berjualan. Tapi kita sih syukuri aja," kata Didik.
Mereka merasakan dampak pandemi COVID-19 yang sudah tujuh bulan melanda. Salah satunya pendapatan berkurang sehingga tidak bisa untuk ditabung.
Hendra (38) pedagang mi ayam di Pospol Lantas Polseksub Pancoran saat ditemui mengaku omzet penjualan menurun sebesar 40 persen selama pandemi COVID-19.
"Biasanya kita bisa sehari habis 60 mangkoklah, sekarang paling banyak 40 mangkok," kata Hendra yang sudah 10 tahun berjualan mi ayam di lokasi tersebut.
Menurut Hendra, omzet selama pandemi hanya cukup untuk balik modal dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berbeda ketika sebelum pandemi, hasil penjualan selain untuk balik modal dan memenuhi kebutuhan sehari, masih ada sisa untuk ditabungkan.
"Kalau sekarang pas-pasan hitungannya, cukup untuk balik modal dan biaya hidup sehari-hari. Enggak ada buat ditabung," katanya.
Baca juga: Ariza: Secara prinsip DKI dukung "mini lockdown"
Selain Hendra terdapat 10 PKL lainnya yang berjualan di parkiran Pospol Lantas Polseksub Pancoran. Rata-rata mereka sudah berjualan lebih 10 tahun lamanya.
Hampir semua pedagang makanan. Ada yang berjualan bakso malang, siomay, bubur ayam, gorengan, rujak dan lontong sayur.
Mereka berjualan bergantian, dari pagi sampai siang pedagang lontong sayur, bubur ayam dan ruja. Sore hari dilanjutkan oleh pedagang bakso malang, siomay dan goreng, termasuk Hendra yang berjualan dari pagi sampai menjelang Magrib.
Hendra masih memiliki usaha sampingan selain berjualan mi ayam sehingga masih bisa bertahan meski pendapatan hasil jualan pas-pasan.
Didik maupun Hendra dan pedagang lainnya di Pospol Pancoran tersebut tidak bisa mengakses bantuan untuk UMKM dari pemerintah karena mereka memiliki KTP di luar DKI. Sementara mereka tidak mengetahui apakah di daerah asal mereka juga ada bantuan serupa.
"Kalau saya di Depok enggak tau ada apa enggak program bantuannya, tapi karena enggak mau ribet daftar, ya saya enggak daftar," karanya.
Didik juga tidak bisa mengakses bantuan karena KTP-nya Malang (Jawa Timur).
Baca juga: DKI bersinergi terkait warga cari tempat hiburan di wilayah penyangga
tetap berjualan meski pendapatan menipis akibat pandemi virus corona (COVID-19).
Didik (45) penjual bakso malang pada Selasa mengaku terpaksa hidup pas-pasan untuk menghemat pengeluaran.
Didik dan temannya penjual siomay, mengontrak di rumah bedengan tak jauh dari tempatnya berdagang. Sebulan biaya sewa kontrakan Rp700 ribu.
Menurut Didik, menurunnya pendapatan karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Jumlah pekerja dibatasi begitu juga aktivitas orang keluar rumah.
"Biasanya yang langganan kita karyawan perkantoran di sekitar Pancoran ini, tapi kan sejak PSBB semua dibatasi," kata Didik.
Bahkan, lanjut Didik, seluruh pedagang di Pospol Lantas Polseksub Pancoran pernah tutup selama tiga bulan karena ada larangan melayani pembeli makan di tempat.
"Kan dijagain sama Satpol PP, kalau kedapatan jualan yang dipaksa tutup," ujarnya.
Baca juga: Pasien sembuh dari COVID-19 di DKI Jakarta bertambah 1.132
Baca juga: 56 kamar Wisma JIC jadi tempat isolasi pasien COVID-19
Meski keuntungan menipis, dirinya tetap bertahan berjualan supaya ada penghasilan. Jika hanya di kampung tidak bekerja, anak istrinya akan kesulitan.
"Mau apa lagi, ada beberapa teman yang sudah enggak kuat, milih berhenti berjualan. Tapi kita sih syukuri aja," kata Didik.
Mereka merasakan dampak pandemi COVID-19 yang sudah tujuh bulan melanda. Salah satunya pendapatan berkurang sehingga tidak bisa untuk ditabung.
Hendra (38) pedagang mi ayam di Pospol Lantas Polseksub Pancoran saat ditemui mengaku omzet penjualan menurun sebesar 40 persen selama pandemi COVID-19.
"Biasanya kita bisa sehari habis 60 mangkoklah, sekarang paling banyak 40 mangkok," kata Hendra yang sudah 10 tahun berjualan mi ayam di lokasi tersebut.
Menurut Hendra, omzet selama pandemi hanya cukup untuk balik modal dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berbeda ketika sebelum pandemi, hasil penjualan selain untuk balik modal dan memenuhi kebutuhan sehari, masih ada sisa untuk ditabungkan.
"Kalau sekarang pas-pasan hitungannya, cukup untuk balik modal dan biaya hidup sehari-hari. Enggak ada buat ditabung," katanya.
Baca juga: Ariza: Secara prinsip DKI dukung "mini lockdown"
Selain Hendra terdapat 10 PKL lainnya yang berjualan di parkiran Pospol Lantas Polseksub Pancoran. Rata-rata mereka sudah berjualan lebih 10 tahun lamanya.
Hampir semua pedagang makanan. Ada yang berjualan bakso malang, siomay, bubur ayam, gorengan, rujak dan lontong sayur.
Mereka berjualan bergantian, dari pagi sampai siang pedagang lontong sayur, bubur ayam dan ruja. Sore hari dilanjutkan oleh pedagang bakso malang, siomay dan goreng, termasuk Hendra yang berjualan dari pagi sampai menjelang Magrib.
Hendra masih memiliki usaha sampingan selain berjualan mi ayam sehingga masih bisa bertahan meski pendapatan hasil jualan pas-pasan.
Didik maupun Hendra dan pedagang lainnya di Pospol Pancoran tersebut tidak bisa mengakses bantuan untuk UMKM dari pemerintah karena mereka memiliki KTP di luar DKI. Sementara mereka tidak mengetahui apakah di daerah asal mereka juga ada bantuan serupa.
"Kalau saya di Depok enggak tau ada apa enggak program bantuannya, tapi karena enggak mau ribet daftar, ya saya enggak daftar," karanya.
Didik juga tidak bisa mengakses bantuan karena KTP-nya Malang (Jawa Timur).
Baca juga: DKI bersinergi terkait warga cari tempat hiburan di wilayah penyangga
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: