Singapura (ANTARA News) - Harga minyak menguat kembali mencapai di atas 80 dolar per barel di perdagangan Asia, Kamis dipicu melemahnya dolar dan adanya harapan untuk pemulihan ekonomi global.

Kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman April naik 8 sen ke posisi 80,08 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.

Kontrak tersebut menguat 1,14 dolar pada perdagangan AS semalam setelah komentar yang dilontarkan ketua Federal Reserve (the Fed), Ben Bernanke telah membantu memperlemah dolar, menjadikan minyak yang dihargakan dengan dolar menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat lainnya.

Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April menguat 11 sen pada posisi 78,20 dolar per barel.

Bernanke mengatakan Rabu bahwa bank sentral AS akan mempertahankan tingkat suku bunga rendah untuk rentang waktu yang panjang karena pemulihan ekonomi yang berjalan lamban.

Ketua Fed kepada Komite Jasa Keuangan DPR AS menyatakan bahwa ia melihat angka pengangguran tinggi yang membandel, yang akan memerlukan Fed untuk mempertahankan kebijakan stimulus moneter.

Clarence Chu, pedagang minyak pada Hudson Capital Energy di Singapura, mengatakan bagaimapun itu akan menjadi sulit untuk mempertahankan harga minyak pada posisi lebih dari 80 dolar per barel, memperlihatkan bahwa pasokan global masih melampaui permintaan.

Laporan Departemen Energi (DoE) AS menunjukkan cadangan bensin tidak diduga mengalami penurunan 900.000 kebalikan dari kenaikan yang diprediksikan pasar 500.000 barel.

Namun, cadangan minyak mentah naik tiga juta barel, menunjukkan melemahnya permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia itu.

Pasar juga menemukan alasan untuk membeli di tengah laporan mingguan persediaan minyak Departemen Energi AS yang bervariasi.

"Data mingguan AS yang dirilis memperlihatkan beberapa indikasi sedikit peningkatan permintaan, meski secara keseluruhan persediaan masih tetap tinggi," kata Paul Horsnell dari Barclays Capital.(S004/A024)