Agro Jabar siap serap produksi garam petani lokal
28 September 2020 21:22 WIB
Dokumentasi - Petambak memanen garam di desa Tanjakan, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (10/7/2019). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc/aa.
Bandung (ANTARA) - Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Agro Jabar menyatakan siap memenuhi penugasan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menyerap produksi garam petani lokal.
"Penyerapan garam petani lokal ini juga terkait pemenuhan kebutuhan garam untuk bantuan sosial tahap tiga yang akan segera digulirkan Pemprov Jabar," kata Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar, di Bandung, Senin.
Kurnia memastikan penugasan tersebut dapat terlaksana dan pihaknya sudah mulai menyerap sebagian produksi garam baku yang berada di Indramayu dan Cirebon.
"Jadi pada intinya, kami dari Agro Jabar sudah mulai menyerap garam petani di Jabar," katanya.
Menurut dia, penyerapan produksi garam lokal didahului penugasan untuk bansos. Agro Jabar mencatat kebutuhan garam untuk diberikan pada penerima bansos tahap III mencapai 1.000 ton.
"Jadi dari target 1.000 ton, itu kami serap secara bertahap. Istilahnya menyesuaikan produksi di pabrik yang memiliki izin edar," ujarnya.
Ia mengatakan pada tahap awal dilakukan penyerapan stok garam baku milik Koperasi Babad Jaring Mulia dan anggotanya sekitar 300 ton. Garam tersebut kemudian dicampur yodium sesuai standar kesehatan.
"Sehingga kami menggandeng pabrik yang memiliki izin edar," katanya.
Ia mengatakan Agro Jabar berharap upaya menyerap garam baku ini terus berlanjut tak hanya di urusan pemenuhan kebutuhan bansos tetapi juga untuk komoditas pertanian lainnya yang ada di Jawa Barat.
"Hal ini sesuai rencana pembentukan logistik hub nanti," katanya.
Sementara itu Ketua Koperasi Babad Jaring Mulia, Cahyono mengaku lega karena BUMD milik Pemprov Jawa Barat bisa menyerap produksi petani garam.
Menurut Cahyono, situasi pandemik COVID-19 membuat para petani garam lokal banyak yang terdampak usahanya.
"Itu di kita ada 110 petani, tapi karena harga tidak stabil, ini tinggal separonya," ujarnya.
Sebagai contoh, kata dia, pada 2018 koperasinya bisa menyerap garam petani sebesar Rp1.400 per kilogram dengan skema bagi hasil. Saat ini, lanjut dia, membeli garam dengan harga Rp1.000/kilogram juga masih sulit.
"Dan Agro Jabar menolong petani, kalau tidak ada Agro Jabar banyak produksi petani yang tidak terserap," kata dia.
Baca juga: Legislator : Pemerintah agar lebih peduli terhadap nasib petani garam
Baca juga: PT Garam ingin petani produsen garam bangkit dari keterpurukan
Baca juga: Industri targetkan serap 1,1 juta ton garam petani
"Penyerapan garam petani lokal ini juga terkait pemenuhan kebutuhan garam untuk bantuan sosial tahap tiga yang akan segera digulirkan Pemprov Jabar," kata Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar, di Bandung, Senin.
Kurnia memastikan penugasan tersebut dapat terlaksana dan pihaknya sudah mulai menyerap sebagian produksi garam baku yang berada di Indramayu dan Cirebon.
"Jadi pada intinya, kami dari Agro Jabar sudah mulai menyerap garam petani di Jabar," katanya.
Menurut dia, penyerapan produksi garam lokal didahului penugasan untuk bansos. Agro Jabar mencatat kebutuhan garam untuk diberikan pada penerima bansos tahap III mencapai 1.000 ton.
"Jadi dari target 1.000 ton, itu kami serap secara bertahap. Istilahnya menyesuaikan produksi di pabrik yang memiliki izin edar," ujarnya.
Ia mengatakan pada tahap awal dilakukan penyerapan stok garam baku milik Koperasi Babad Jaring Mulia dan anggotanya sekitar 300 ton. Garam tersebut kemudian dicampur yodium sesuai standar kesehatan.
"Sehingga kami menggandeng pabrik yang memiliki izin edar," katanya.
Ia mengatakan Agro Jabar berharap upaya menyerap garam baku ini terus berlanjut tak hanya di urusan pemenuhan kebutuhan bansos tetapi juga untuk komoditas pertanian lainnya yang ada di Jawa Barat.
"Hal ini sesuai rencana pembentukan logistik hub nanti," katanya.
Sementara itu Ketua Koperasi Babad Jaring Mulia, Cahyono mengaku lega karena BUMD milik Pemprov Jawa Barat bisa menyerap produksi petani garam.
Menurut Cahyono, situasi pandemik COVID-19 membuat para petani garam lokal banyak yang terdampak usahanya.
"Itu di kita ada 110 petani, tapi karena harga tidak stabil, ini tinggal separonya," ujarnya.
Sebagai contoh, kata dia, pada 2018 koperasinya bisa menyerap garam petani sebesar Rp1.400 per kilogram dengan skema bagi hasil. Saat ini, lanjut dia, membeli garam dengan harga Rp1.000/kilogram juga masih sulit.
"Dan Agro Jabar menolong petani, kalau tidak ada Agro Jabar banyak produksi petani yang tidak terserap," kata dia.
Baca juga: Legislator : Pemerintah agar lebih peduli terhadap nasib petani garam
Baca juga: PT Garam ingin petani produsen garam bangkit dari keterpurukan
Baca juga: Industri targetkan serap 1,1 juta ton garam petani
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: