Gubernur BI: Pembelian SBN skema langsung bisa dilanjutkan pada 2021
28 September 2020 17:22 WIB
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ketika membuka Karya Kreatif Indonesia 2020 secara virtual di Jakarta, Jumat (28/8/2020). ANTARA/Dewa Wiguna/aa.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) melalui mekanisme secara langsung bisa dilanjutkan pada 2021 jika realisasi penyerapan surat utang itu belum mencapai target untuk membiayai public goods sebesar Rp397 triliun.
“Yang plafon Rp397 triliun itu kan bisa carry over tahun depan (2021), kalau realisasinya itu belum semua,” katanya ketika rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Dalam paparannya, Gubernur BI menjelaskan hingga 24 September 2020 realisasi pembelian SBN melalui skema secara langsung baru terealisasi Rp183,48 triliun.
Skema pembelian SBN secara langsung itu tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) BI dan Kementerian Keuangan pada 7 Juli 2020.
Seluruh dana pembelian SBN ini berasal dari BI termasuk semua beban ditanggung oleh bank sentral itu.
Dalam SKB itu, lanjut dia, disepakati pembelian SBN oleh bank sentral ini secara langsung hanya berlaku hingga tahun 2020.
“Pertanyaannya plafon Rp397 triliun, baru realisasi Rp183 triliun? Kembali ke masalah pandemi, perlu waktu realisasi anggaran dan bagaimana kami menggenjot realisasi anggaran, tentu saja Rp397 triliun bisa terus dilakukan,” imbuhnya.
Sedangkan, SKB pertama per 16 April 2020, penyerapan dari BI masih akan dilanjutkan hingga 2022 sesuai dengan UU Nomor 2 tahun 2020 dengan posisi bank sentral ini sebagai pembeli siaga dari jumlah lelang yang diterbitkan pemerintah.
Hingga 22 September 2020, BI sudah menyerap Rp51,17 triliun pembelian SBN di pasar perdana sesuai mekanisme pasar.
Total pembelian SBN sesuai SKB pertama itu, kata dia, masih di bawah 10 persen dari batas maksimal pembelian oleh BI yang mencapai 25 persen dari total SBN yang dikeluarkan pemerintah.
Dengan rendahnya realisasi penyerapan BI dalam pembelian SBN di pasar perdana sesuai SKB pertama, kata dia, menandakan pasar masih bisa menyerap mengingat posisi BI sebagai pembeli siap siaga jika pasar tidak mampu menyerap.
Jika digabung pembelian SBN oleh BI sesuai SKB pertama dan kedua, maka total pembelian SBN mencapai Rp234,65 triliun.
Baca juga: BI siap dukung stabilitas pasar SBN tahun 2021
Baca juga: Bank Indonesia beli SBN di pasar perdana Rp147,11 triliun
Baca juga: Kemenkeu sebut sisa penerbitan SBN semester II Rp900,4 triliun
“Yang plafon Rp397 triliun itu kan bisa carry over tahun depan (2021), kalau realisasinya itu belum semua,” katanya ketika rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Dalam paparannya, Gubernur BI menjelaskan hingga 24 September 2020 realisasi pembelian SBN melalui skema secara langsung baru terealisasi Rp183,48 triliun.
Skema pembelian SBN secara langsung itu tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) BI dan Kementerian Keuangan pada 7 Juli 2020.
Seluruh dana pembelian SBN ini berasal dari BI termasuk semua beban ditanggung oleh bank sentral itu.
Dalam SKB itu, lanjut dia, disepakati pembelian SBN oleh bank sentral ini secara langsung hanya berlaku hingga tahun 2020.
“Pertanyaannya plafon Rp397 triliun, baru realisasi Rp183 triliun? Kembali ke masalah pandemi, perlu waktu realisasi anggaran dan bagaimana kami menggenjot realisasi anggaran, tentu saja Rp397 triliun bisa terus dilakukan,” imbuhnya.
Sedangkan, SKB pertama per 16 April 2020, penyerapan dari BI masih akan dilanjutkan hingga 2022 sesuai dengan UU Nomor 2 tahun 2020 dengan posisi bank sentral ini sebagai pembeli siaga dari jumlah lelang yang diterbitkan pemerintah.
Hingga 22 September 2020, BI sudah menyerap Rp51,17 triliun pembelian SBN di pasar perdana sesuai mekanisme pasar.
Total pembelian SBN sesuai SKB pertama itu, kata dia, masih di bawah 10 persen dari batas maksimal pembelian oleh BI yang mencapai 25 persen dari total SBN yang dikeluarkan pemerintah.
Dengan rendahnya realisasi penyerapan BI dalam pembelian SBN di pasar perdana sesuai SKB pertama, kata dia, menandakan pasar masih bisa menyerap mengingat posisi BI sebagai pembeli siap siaga jika pasar tidak mampu menyerap.
Jika digabung pembelian SBN oleh BI sesuai SKB pertama dan kedua, maka total pembelian SBN mencapai Rp234,65 triliun.
Baca juga: BI siap dukung stabilitas pasar SBN tahun 2021
Baca juga: Bank Indonesia beli SBN di pasar perdana Rp147,11 triliun
Baca juga: Kemenkeu sebut sisa penerbitan SBN semester II Rp900,4 triliun
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: