Ekspor ikan beku Sulut ke AS tetap stabil di tengah COVID-19
26 September 2020 23:10 WIB
Ilustrasi - Buruh membongkar muat ikan tuna sirip kuning kualitas ekspor hasil tangkapan nelayan di Ulee Lheu, Banda Aceh, Aceh, Jumat (11/9/2020). Produksi ikan tuna di perairan Indonesia diperkirakan mencapai 613.000 ton lebih per tahun yang diekspor ke beberapa negara seperti Jepang, Singapura dan China. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/pras.
Manado (ANTARA) - Kinerja ekspor ikan beku Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ke Amerika Serikat (AS) tetap stabil di tengah pandemi COVID-19.
"Pada bulan September 2020, telah diekspor ikan beku ke AS sebanyak 18 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 168.000 dolar AS," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Sulut Darwin Muksin di Manado, Sulut, Sabtu.
Darwin mengatakan pihaknya bersyukur meskipun terjadi krisis akibat COVID-19 melanda dunia, tidak berdampak cukup besar terhadap kinerja ekspor di Sulut, karena produk yang dijual berupa bahan pangan.
Dia mengatakan bahan pangan pasti tetap akan diprioritaskan masyarakat di tengah wabah COVID-19 karena merupakan kebutuhan pokok.
Oleh karena itu, petani dan pengekspor di Sulut, kata dia, harus memanfaatkan kesempatan ini dalam meningkatkan kinerja ekspor pangan.
Dia juga mengatakan produk perikanan Sulut masih sangat disukai masyarakat Amerika Serikat, baik ikan beku maupun segar.
"Hampir setiap minggu produk perikanan Sulut diekspor ke negara adidaya tersebut untuk memenuhi permintaan masyarakatnya," kata Darwin.
Ikan kaleng, segar, beku, dan kayu menjadi andalan ekspor Sulut saat ini. Empat komoditas dari perikanan ini menghasilkan nilai ekspor lebih dari 10 persen dari total nilai ekspor Sulut ke berbagai negara di dunia selama lima tahun terakhir ini.
Ia mengatakan nilai ekspor perikanan terbesar diperoleh dari Jerman, Amerika Serikat, Arab Saudi, Inggris, dan Yaman.
Juga ada beberapa negara lain di Eropa, seperti Belgia dan Belanda, sejumlah negara Asia, seperti Korea, Taiwan, dan China, serta beberapa negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Baca juga: Ekspor udang Jawa Timur meningkat di masa pandemi
Baca juga: Edhy Prabowo lepas ekspor 2,22 ton tuna Maluku ke Jepang
Baca juga: Ekspor ikan dan udang Sumut naik 16,3 persen
"Pada bulan September 2020, telah diekspor ikan beku ke AS sebanyak 18 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 168.000 dolar AS," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Sulut Darwin Muksin di Manado, Sulut, Sabtu.
Darwin mengatakan pihaknya bersyukur meskipun terjadi krisis akibat COVID-19 melanda dunia, tidak berdampak cukup besar terhadap kinerja ekspor di Sulut, karena produk yang dijual berupa bahan pangan.
Dia mengatakan bahan pangan pasti tetap akan diprioritaskan masyarakat di tengah wabah COVID-19 karena merupakan kebutuhan pokok.
Oleh karena itu, petani dan pengekspor di Sulut, kata dia, harus memanfaatkan kesempatan ini dalam meningkatkan kinerja ekspor pangan.
Dia juga mengatakan produk perikanan Sulut masih sangat disukai masyarakat Amerika Serikat, baik ikan beku maupun segar.
"Hampir setiap minggu produk perikanan Sulut diekspor ke negara adidaya tersebut untuk memenuhi permintaan masyarakatnya," kata Darwin.
Ikan kaleng, segar, beku, dan kayu menjadi andalan ekspor Sulut saat ini. Empat komoditas dari perikanan ini menghasilkan nilai ekspor lebih dari 10 persen dari total nilai ekspor Sulut ke berbagai negara di dunia selama lima tahun terakhir ini.
Ia mengatakan nilai ekspor perikanan terbesar diperoleh dari Jerman, Amerika Serikat, Arab Saudi, Inggris, dan Yaman.
Juga ada beberapa negara lain di Eropa, seperti Belgia dan Belanda, sejumlah negara Asia, seperti Korea, Taiwan, dan China, serta beberapa negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Baca juga: Ekspor udang Jawa Timur meningkat di masa pandemi
Baca juga: Edhy Prabowo lepas ekspor 2,22 ton tuna Maluku ke Jepang
Baca juga: Ekspor ikan dan udang Sumut naik 16,3 persen
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: