Solo (ANTARA News) - Simulasi pasukan antiteror dari Grup Dua Kopasus Kandang Menjangan Surakarta di Stasiun Balapan Solo, Senin, membuat tegang para penumpang kereta api (KA).
Bahkan, datangnya helikopter yang membawa pasukan antiteror dengan terbang rendah juga sempat menggemparkan pengunjung di sekitar stasiun.
Pasukan itu turun dari sebuah helikopter jenis BELL 205 milik TNI AD berhasil disimulasikan dengan cepat membekuk dan menyergap pembajak yang menguasai kereta api (KA).
Simulasi pembebasan sebuah KA yang sedang dibajak melintas di Stasiun Balapan Solo itu menurunkan enam personil pasukan antiteror dari sebuah helikopter yang terbang rendah dengan menggunakan tali.
Pasukan tersebut dengan cepat menuju sebuah KA dengan dua gerbongnya yang berjalan pelan dari arah timur ke barat dan saat itu sedang dikuasai pembajak. Mereka dengan cepat mendeteksi keberadaan pembajak di kereta itu.
Pasukan antiteror itu, berhasil membekuk seorang pembajak hanya dengan waktu sekitar lima menit. Pembajak itu, dengan pengawalan ketat dibawa ke sebuah mobil jeep dan kemudian dibawa ke markas.
Kepala Stasiun Balapan Solo, Sutrisno mengakui, kedatangan pasukan antiteror tersebut hanya melakukan simulasi penangkapan teroris atau pembajak di KA.
Menurut Sutrisno, pihaknya sangat mendukung kegiatan tersebut, sehingga dengan menyediakan satu jalur khusus untuk simulasi kereta yang dijadikan sasaran.
"Simulasi yang dilakukan pasukan antiteror dilakukan secara tertutup dan berlangsung cukup cepat," katanya.
Menurut dia, dengan kegiatan simulasi tersebut setidaknya untuk jasa angkutan KA merasa nyaman. Karena, rawan teroris melakukan aksinya sejumlah objek vital sarana prasarana tempat publik perlu diantisipasi.
Sementara sejumlah pengunjung di Stasiun Balapan Solo dan petugas KA yang sempat dibuat tegang menjadi tenang, setelah mereka mengetahui bahwa adegan tersebut hanya simulasi penyergapan. (K-BDM/A038)
Simulasi Antiteror Buat Tegang Penumpang KA
22 Februari 2010 20:10 WIB
simulasi penyergapan pembajak kereta api (Andika Betha/ANTARA)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: