Bandung (ANTARA News) - Meski banjir mulai surut, sejumlah pabrik tekstil di kawasan Dayeuhkolot dan Baleendah Kabupaten Bandung, Senin, masih lumpuh karena tidak bisa beroperasi.

"Sebagian mesinnya terendam banjir dan berlumpur, sedangkan lainnya tak beroperasi karena banyak pekerjanya tidak masuk kerja," kata Ketua Apindo Kabupaten Bandung Yohan Lukius.

Ia menyebutkan, sekitar 10 persen dari sekitar 6.000 pabrik yang berlokasi di Kabupaten Bandung terkena dampak banjir besar luapan Sungai Citarum. Sebagian pabrik yang terendam juga di kawasan Majalaya, Banjaran dan Pameungpeuk.

Ia menyebutkan, banyak mesin rusak akibat terendam air dan lumpur dan itu membutuhkan waktu untuk bisa dioperasikan lagi.

Selain itu para pengusaha tidak bisa memaksa pekerjanya bekerja saat rumah mereka terendam banjir atau akses jalan menuju pabrik terputus.

"Banyak pekerja yang rumahnya kebanjiran, mereka mengurus keluarganya dulu mengungsi. Mereka tak masuk kerja bisa diterima dan sangat manusiawi," katanya.

Menurut dia, sebagian anggota Apindo Kabupaten Bandung melaporkan kondisi pabrik mereka yang terendam, bahkan ada yang melaporkan butuh sekitar seminggu hingga dua minggu untuk perawatan mesin tenun mereka.

"Artinya pascabanjir masih akan ada pabrik yang tutup karena melakukan perawatan mesin, itu jelas kerugian dari sisi produksi, namun diimbau upah pekerja tetap dibayarkan," katanya.

Kerugian akibat banjir besar di kawasan Bandung Selatan menurut Yohan Lukius diprediksi Rp 10 miliar hingga Rp 20 miliar. Angka kerugiannya bisa bertambah," katanya.

Banjir besar di kawasan Baleendah dan Dayeuhkolot kali ini merupakan yang terbesar dalam dua dekade terakhir ini dengan jumlah rumah yang terendam mencapai 10.000 rumah.

Sementara itu jumlah warga yang masih mengungsi di kawasan itu mencapai 5.000 orang dan ditampung di tenda pengungsi atau gedung serba guna.

"Jumlah pengungsi sekitar 5000 orang, sebagian tinggal di rumah masing-masing terutama yang bertingkat. Genangan cenderung surut namun kami antisipasi penanganan pascabanjir di mana berbagai penyakit potensial berjangkit di lokasi banjir," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar Sigit Udjuwalaprana menambahkan.(S033/A024)