Ia menjelaskan mayoritas untuk sampah plastik berasal dari warung-warung, sedangkan kalau rumah tangga juga banyak karena masyarakat mengumpulkannya dari belakang rumah dan sawah.
Untuk jenis sampah yang dominan terkumpul mulai dari plastik bening, plastik kemasan, botol dan gelas plastik, sandal dan sepatu bekas, rongsokan dan kardus. Hal ini dikarenakan sering terlihat mengotori belakang rumah, sungai hingga ke pantai.
"Intinya sampah harus sudah terpilah dan dalam keadaan kering kalo basah dan masih sangat kotor akan mengurangi poin. Sampah nanti ditukarkan dengan beras sesuai beratnya. Selama COVID ini jumlah justru bertambah karena beberapa bulan kemarin kan sempat ketat pemulung dilarang masuk jadi volume sampah menumpuk," ucap Astawa.
Baca juga: Greenpeace: Bioplastik tidak akan hilangkan masalah sampah plastik
Baca juga: Ahli: Daur ulang solusi persoalan sampah plastik di kota besar
"Bali dikenal sebagai daerah tujuan wisata sebagai tour guide saya sering mendapat protes dari tamu bahwa sampah plastik dimana mana, dengan memanfaatkan momentum ini dua masalah bisa teratasi. Pertama, masyarakat terbantu dengan beras, kedua sampah plastik berkurang, ketiga masyarakat terbiasa memilah sampah,"jelasnya.
Sampah-sampah yang sudah terkumpul akan diangkut salah satu sukarelawan asal Banjar Peninjoan, Batuan, Gianyar dan sekaligus membeli sampah kita di semua aksi plastic exchange di Gianyar.
Selain itu, kegiatan plastic exchange ini juga didukung sukarelawan asal Selandia Baru dan Amerika Serikat yang berperan dalam bidang penggalian dana. Sehingga aksi plastic exchange dapat terlaksana.