New York (ANTARA) - Indeks utama Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data menunjukkan aktivitas bisnis AS mendingin dan kebuntuan di Kongres atas stimulus fiskal meningkatkan kekhawatiran tentang ekonomi, sementara pandemi virus corona masih tidak terkendali.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 525,05 poin atau 1,92 persen, menjadi ditutup pada 26.763,13 poin. Indeks S&P 500 berkurang 78,65 poin atau 2,37 persen, menjadi berakhir di 3.236,92 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup merosot tajam 330,65 poin atau 3,02 persen, menjadi 10.632,99 poin.

Seluruh 11 sektor utama S&P 500 mengalami kerugian dengan masing-masing sektor energi, teknologi dan material anjlok 4,55 persen, 3,21 persen dan 2,93 persen. Saham sektor energi yang menjadi sektor berkinerja terburuk tahun ini, memimpin kerugian dalam penurunan satu hari terbesar sejak 9 Juli

Indeks Komposit Produksi AS awal turun menjadi 54,4 pada September dari 54,6 pada bulan sebelumnya, menurut data yang dikeluarkan oleh IHS Markit pada Rabu (23/9/2020). Sementara itu penurunan bulan ke bulan dari Indeks Pembelian Manajer pada September di zona euro dan Inggris juga membebani sentimen pasar.

Data dari IHS Markit menunjukkan kenaikan di pabrik diimbangi oleh perlambatan di sektor jasa yang lebih luas pada September, menunjukkan hilangnya momentum dalam ekonomi pada saat kekhawatiran meningkat tentang potensi lonjakan kasus COVID-19 menuju bulan-bulan yang lebih dingin.

"Pertanyaannya sekarang beralih ke apakah kinerja ekonomi yang kuat dapat dipertahankan hingga kuartal keempat ... Oleh karena itu, risiko tampaknya condong ke sisi negatif untuk beberapa bulan mendatang, karena bisnis menunggu kejelasan sehubungan dengan jalur pandemi dan pemilihan AS," kata Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di IHS Markit.

Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (23/9/2020) mendesak Kongres untuk memberikan dukungan fiskal tambahan guna pemulihan ekonomi.

Namun, kemungkinan terobosan bipartisan yang lebih luas pada stimulus fiskal yang diperbarui telah menyempit karena Senat AS bersiap untuk nominasi hakim Mahkamah Agung yang diperdebatkan hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden, Kepala Investasi UBS Global Wealth Management's, Mark Haefele mengatakan dalam sebuah catatan.

"Semakin lama kita pergi tanpa lebih banyak stimulus, semakin sulit untuk mempertahankan keuntungan dalam perekonomian," kata Willie Delwiche, ahli strategi investasi pada Baird di Milwaukee.

Baca juga: Wall Street "rebound" setelah pejabat Fed beri kepastian kebijakan
Baca juga: Wall Street dibuka menguat tipis setelah aksi jual sesi sebelumnya
Baca juga: Wall Street jatuh dipicu prospek pemulihan buruk, Dow anjlok 942 poin