Puan tegaskan urgensi gerakan Revolusi Mental capai kemajuan
23 September 2020 12:12 WIB
Ketua DPR, Puan Maharani, memberikan sambutan secara virtual dalam perayaan HUT ke-56 Provinsi Sulawesi Utara dan pembukaan Gebyar Milenial Revolusi Mental 2020 yang digelar di Manado, Rabu. ANTARA/HO
Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR, Puan Maharani, menegaskan, gerakan Revolusi Mental belum selesai dan dinilainya penting khususnya bagi generasi muda dan sebagai syarat bangsa Indonesia mampu mencapai kemajuan dan sanggup menghadapi berbagai tantangan.
"Saya tegaskan kembali bahwa Revolusi Mental masih terus berjalan, Revolusi Mental belum selesai," kata Puan, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakan Puan secara virtual dalam perayaan HUT ke-56 Provinsi Sulawesi Utara dan pembukaan Gebyar Milenial Revolusi Mental 2020 yang digelar di Manado, Rabu.
Baca juga: Perlu revolusi mental agar warga bangga dengan produk dalam negeri
Puan mengatakan pada 1957, Presiden Pertama RI Soekarno memperkenalkan konsep Revolusi Mental kepada bangsa Indonesia.
Pada saat itu, menurut dia, Bung Karno mengatakan Revolusi Mental adalah gerakan hidup baru untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api.
"Lalu 57 tahun kemudian atau pada tahun 2014, Indonesia diingatkan kembali tentang pentingnya konsep Revolusi Mental untuk diterapkan secara nyata," ujarnya.
Dia menilai, Revolusi Mental adalah gerakan nasional yang menekankan pada tiga nilai utama yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong. Menurut dia, dengan mewujudkan Revolusi Mental, sejatinya masyarakat sedang mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.
Baca juga: Tjahjo Kumolo: Revolusi mental aparatur negara keharusan pembangunan
Menurut dia, Indonesia membutuhkan Revolusi Mental untuk menghadapi tantangan globalisasi budaya, informasi tidak terkendali atau hoaks, tergerusnya nilai-nilai luhur, ancaman terhadap keutuhan bangsa dan Negara, hingga menghadapi persoalan pandemi COVID-19.
Puan menyampaikan apresiasi terhadap Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang melanjutkan pelaksanaan Gerakan Revolusi Mental.
"Usia Gerakan Nasional Revolusi Mental tidak boleh terbatas pada umur jabatan sebuah pemerintahan namun harus dilaksanakan oleh seluruh komponen bangsa secara terus menerus. Gerakan Revolusi Mental harus dilaksanakan mulai dari diri sendiri, ke keluarga, dan meluas ke lingkungan sekitar," katanya.
Baca juga: Sosiolog: Pemimpin negara bisa jadi panutan untuk revolusi karakter
Karena itu menurut dia, sejak dirinya masih menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, sudah menegaskan bahwa Revolusi Mental bukan sekadar program pemerintah yang biasa, melainkan harus menjadi sebuah Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Puan mengatakan, saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19 sehingga membutuhkan Revolusi Mental untuk menghadapinya dalam bentuk percepatan perubahan perilaku, disiplin protokol kesehatan.
"Saya tegaskan kembali bahwa Revolusi Mental masih terus berjalan, Revolusi Mental belum selesai," kata Puan, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakan Puan secara virtual dalam perayaan HUT ke-56 Provinsi Sulawesi Utara dan pembukaan Gebyar Milenial Revolusi Mental 2020 yang digelar di Manado, Rabu.
Baca juga: Perlu revolusi mental agar warga bangga dengan produk dalam negeri
Puan mengatakan pada 1957, Presiden Pertama RI Soekarno memperkenalkan konsep Revolusi Mental kepada bangsa Indonesia.
Pada saat itu, menurut dia, Bung Karno mengatakan Revolusi Mental adalah gerakan hidup baru untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api.
"Lalu 57 tahun kemudian atau pada tahun 2014, Indonesia diingatkan kembali tentang pentingnya konsep Revolusi Mental untuk diterapkan secara nyata," ujarnya.
Dia menilai, Revolusi Mental adalah gerakan nasional yang menekankan pada tiga nilai utama yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong. Menurut dia, dengan mewujudkan Revolusi Mental, sejatinya masyarakat sedang mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.
Baca juga: Tjahjo Kumolo: Revolusi mental aparatur negara keharusan pembangunan
Menurut dia, Indonesia membutuhkan Revolusi Mental untuk menghadapi tantangan globalisasi budaya, informasi tidak terkendali atau hoaks, tergerusnya nilai-nilai luhur, ancaman terhadap keutuhan bangsa dan Negara, hingga menghadapi persoalan pandemi COVID-19.
Puan menyampaikan apresiasi terhadap Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang melanjutkan pelaksanaan Gerakan Revolusi Mental.
"Usia Gerakan Nasional Revolusi Mental tidak boleh terbatas pada umur jabatan sebuah pemerintahan namun harus dilaksanakan oleh seluruh komponen bangsa secara terus menerus. Gerakan Revolusi Mental harus dilaksanakan mulai dari diri sendiri, ke keluarga, dan meluas ke lingkungan sekitar," katanya.
Baca juga: Sosiolog: Pemimpin negara bisa jadi panutan untuk revolusi karakter
Karena itu menurut dia, sejak dirinya masih menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, sudah menegaskan bahwa Revolusi Mental bukan sekadar program pemerintah yang biasa, melainkan harus menjadi sebuah Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Puan mengatakan, saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19 sehingga membutuhkan Revolusi Mental untuk menghadapinya dalam bentuk percepatan perubahan perilaku, disiplin protokol kesehatan.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020
Tags: