SBI kembangkan Stasiun Riset Bekantan dan ekosistem lahan basah
22 September 2020 12:37 WIB
Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), Amalia Rezeki menerima penghargaan dari Rektor ULM Banjarmasin, Prof H Sutarto Hadi, dengan disaksikan Gubernur Kalimantan Selatan H.Sahbirinoor. (ANTARA/amaliarizky/imm)
Banjarmasin (ANTARA) - Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin memberikan penghargaan kepada Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang telah berhasil dalam mengembangkan Stasiun Riset Bekantan dan ekosistem lahan basah di Kalimantan Selatan.
"Alhamdulillah, terimakasih atas apresiasi dari Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Prof H Sutarto Hadi, yang telah memberikan apresiasi besar terhadap kerja keras SBI," kata Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), Amalia Rezeki, di Banjarmasin, Selasa.
Dikatakannya, konservasi bekantan dan ekosistem lahan basah mendorong pihaknya melakukan berbagai upaya, bersama ULM mengembangkan laboratorium riset bekantan dan stasiun riset bekantan dan ekosistem lahan basah di kawasan Pulau Curiak.
"Kerja sama antara SBI dengan ULM ini, sekaligus bertujuan mendukung program Tridharma Perguruan Tinggi, dan visi misi ULM menjadi perguruan tinggi yang terkemuka dan berdaya saing di bidang lahan basah,“ jelas Amalia Rezeki yang juga dosen muda berprestasi di ULM.
Kemiteraan yang dibangun antara SBI dengan ULM dengan lingkup Tridharma Perguruan Tinggi selama lima tahun ini telah banyak menghasilkan capaian, terutama dalam pengembangan Laboratorium Riset Bekantan dan Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah di kawasan Pulau Curiak - Barito Kuala - Kalimantan Selatan.
Baca juga: SBI berjuang selamatkan bekantan dari pandemi COVID-19
Baca juga: Bekantan Day, Masyarakat diajak peduli dan lestarikan ikon Kalsel itu
Amel sebutan akrab dosen program studi pendidikan biologi ini, menambahkan, sudah lebih dari 20 hasil penelitian yang mereka lakukan baik tentang ekologi bekantan dengan ekosistem lahan basahnya, juga riset di bidang mikrobioginya, terutama genetika bekantan.
Sebagian besar sudah dipublikasikan baik di jurnal nasional maupun internasional. SBI berkeinginan Kalimantan Selatan, khususnya ULM menjadi pusat riset bekantan dan lahan basah di dunia.
Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem lahan basah yang SBI bangun dengan ULM, kini sering dikunjungi oleh mahasiswa maupun peneliti dari beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia maupun manca negara, seperti dari Australia, Jerman, Perancis dan Spanyol.
Setiap tahunnya selalu ada yang mengikuti program summer course dan internship dari berbagai perguruan tinggi seperti UGM, Universitas Brawijaya, ULM dan untuk yang dari luar negeri University of New Castle Australia dan TU Dresden University - Germany.
Rektor ULM Banjarmasin, Prof H Sutarto Hadi, menambahkan, Visi ULM adalah menjadi universitas yang terkemuka di bidang lahan basah. Salah satu programnya itu adalah konservasi lingkungan lahan basah.
"Jadi programnya semua dirancang bersama-sama oleh ULM dengan SBI. Dan bagi kita ULM sendiri ini tentunya merupakan berkah, karena kita ingin menjadi pusat unggulan dalam lingkungan lahan basah di Asia Pasifik. Dan itu sangat didukung oleh program-program yang dilaksanakan SBI," ujarnya.
Baca juga: SBI lepas liarkan bekantan ke habitatnya
Baca juga: Menyelamatkan Julia dan Cykita
"Alhamdulillah, terimakasih atas apresiasi dari Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Prof H Sutarto Hadi, yang telah memberikan apresiasi besar terhadap kerja keras SBI," kata Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), Amalia Rezeki, di Banjarmasin, Selasa.
Dikatakannya, konservasi bekantan dan ekosistem lahan basah mendorong pihaknya melakukan berbagai upaya, bersama ULM mengembangkan laboratorium riset bekantan dan stasiun riset bekantan dan ekosistem lahan basah di kawasan Pulau Curiak.
"Kerja sama antara SBI dengan ULM ini, sekaligus bertujuan mendukung program Tridharma Perguruan Tinggi, dan visi misi ULM menjadi perguruan tinggi yang terkemuka dan berdaya saing di bidang lahan basah,“ jelas Amalia Rezeki yang juga dosen muda berprestasi di ULM.
Kemiteraan yang dibangun antara SBI dengan ULM dengan lingkup Tridharma Perguruan Tinggi selama lima tahun ini telah banyak menghasilkan capaian, terutama dalam pengembangan Laboratorium Riset Bekantan dan Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah di kawasan Pulau Curiak - Barito Kuala - Kalimantan Selatan.
Baca juga: SBI berjuang selamatkan bekantan dari pandemi COVID-19
Baca juga: Bekantan Day, Masyarakat diajak peduli dan lestarikan ikon Kalsel itu
Amel sebutan akrab dosen program studi pendidikan biologi ini, menambahkan, sudah lebih dari 20 hasil penelitian yang mereka lakukan baik tentang ekologi bekantan dengan ekosistem lahan basahnya, juga riset di bidang mikrobioginya, terutama genetika bekantan.
Sebagian besar sudah dipublikasikan baik di jurnal nasional maupun internasional. SBI berkeinginan Kalimantan Selatan, khususnya ULM menjadi pusat riset bekantan dan lahan basah di dunia.
Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem lahan basah yang SBI bangun dengan ULM, kini sering dikunjungi oleh mahasiswa maupun peneliti dari beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia maupun manca negara, seperti dari Australia, Jerman, Perancis dan Spanyol.
Setiap tahunnya selalu ada yang mengikuti program summer course dan internship dari berbagai perguruan tinggi seperti UGM, Universitas Brawijaya, ULM dan untuk yang dari luar negeri University of New Castle Australia dan TU Dresden University - Germany.
Rektor ULM Banjarmasin, Prof H Sutarto Hadi, menambahkan, Visi ULM adalah menjadi universitas yang terkemuka di bidang lahan basah. Salah satu programnya itu adalah konservasi lingkungan lahan basah.
"Jadi programnya semua dirancang bersama-sama oleh ULM dengan SBI. Dan bagi kita ULM sendiri ini tentunya merupakan berkah, karena kita ingin menjadi pusat unggulan dalam lingkungan lahan basah di Asia Pasifik. Dan itu sangat didukung oleh program-program yang dilaksanakan SBI," ujarnya.
Baca juga: SBI lepas liarkan bekantan ke habitatnya
Baca juga: Menyelamatkan Julia dan Cykita
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: