Tionghoa Banten Imlek di Vihara Tertua
14 Februari 2010 17:41 WIB
Warga keturunan Tionghoa penganut agama Budha meletakkan dupa dan memanjatkan doa pada malam pergantian tahun baru Imlek 2560 ke 2561 di Vihara Dharma Bhakti, Banda Aceh, Minggu (14/2). (ANTARA/Irwansyah Putra)
Serang, 14/2 (ANTARA) - Warga etnis Tionghoa di wilayah Provinsi Banten memadati Vihara Avalokitesvara yang merupakan vihara tertua di Banten, untuk menjalankan ritual dan persembahyangan merayakan tahun baru China atau Imlek 2561.
Pantauan di Vihara Avalokitesvara di Kampung Pamarican, Desa Banten Lama di Serang, Minggu, warga Tionghoa dari beberapa wilayah di Provinsi Banten terus berdatangan ke vihara tersebut untuk memanjatkan doa dan menjalankakan ritual peribadatan menyambut datangnya tahun baru.
Mereka memanjatkan doa-doa sambil membakar dupa dan menyalakan lilin, kemudian meletakannya di lokasi yang sudah disedikan disatukan dengan berbagai macam ukuran lilin yang sudah ada.
Sebelum keluar dari vihara, warga etnis Tionghoa tersebut nampak membagi-bagikan uang (angpao) kepada puluhan pengemis dan warga sekitar yang sebagian besar adalah anak-anak.
Ketua Yayasan Avalokitesvara Serang, Ateng Sutanta mengatakan, warga yang datang ke vihara tersebut sebagian besar dari wilayah Serang, Cilegon, Tangerang dan Jakarta. Bahkan banyak juga warga Tionghoa yang datang dari luar daerah seperti Pontianak, Lampung dan beberapa daerah lainnya.
"Mereka meyakini melaksanakan ibadah dan doa di vihara ini lebih khidmat dan utama. Karena tempat ini merupakan vihara tertua di Wilayah Banten atau Jawa Barat yang dibangun jaman Kesultanan Maulana Hasanuddin sekitar Tahun 1652," kata Ateng.
Menurut Ateng, biasanya warga etnis Tionghoa yang beragama Budha, pada perayaan malam imlek melaksanakan ritual ibadah di lokasinya masing-masing atau di vihara terdekat dengan lingkungannya seperti beberapa vihara di Serang. Namun pada siang hariya mereka datang ke viahara Avalokitesvara karena merasa lebih utama (afdhol), sehingga di Vihara tersebut nampak lebih ramai pada siang hari dari pada malam harinya.
Namun demikian, kata Ateng pada perayaan imlek tahun ini tidak diselenggarakan acara pertunjukan barongsai dan kegiatan lainnya, mengingat sedang dilakukan renovasi pasca kebakaran di vihara itu yang terjadi sekitar Bulan April 2009 lalu. Akan tetapi dengan adanya renovasi bekas kebakaran tersebut, tidak sampai mengganggu aktivitas warga yang menjalankan perayaan imlek.
"Kami warga tionghoa berharap di tahun baru ini yang merupakan tahun macan, Indonesia akan lebih baik dan masyarakatnya lebih sejahtera," kata Ateng.
(U.M045/B/E001/E001) 14-02-2010 17:45:28
Pantauan di Vihara Avalokitesvara di Kampung Pamarican, Desa Banten Lama di Serang, Minggu, warga Tionghoa dari beberapa wilayah di Provinsi Banten terus berdatangan ke vihara tersebut untuk memanjatkan doa dan menjalankakan ritual peribadatan menyambut datangnya tahun baru.
Mereka memanjatkan doa-doa sambil membakar dupa dan menyalakan lilin, kemudian meletakannya di lokasi yang sudah disedikan disatukan dengan berbagai macam ukuran lilin yang sudah ada.
Sebelum keluar dari vihara, warga etnis Tionghoa tersebut nampak membagi-bagikan uang (angpao) kepada puluhan pengemis dan warga sekitar yang sebagian besar adalah anak-anak.
Ketua Yayasan Avalokitesvara Serang, Ateng Sutanta mengatakan, warga yang datang ke vihara tersebut sebagian besar dari wilayah Serang, Cilegon, Tangerang dan Jakarta. Bahkan banyak juga warga Tionghoa yang datang dari luar daerah seperti Pontianak, Lampung dan beberapa daerah lainnya.
"Mereka meyakini melaksanakan ibadah dan doa di vihara ini lebih khidmat dan utama. Karena tempat ini merupakan vihara tertua di Wilayah Banten atau Jawa Barat yang dibangun jaman Kesultanan Maulana Hasanuddin sekitar Tahun 1652," kata Ateng.
Menurut Ateng, biasanya warga etnis Tionghoa yang beragama Budha, pada perayaan malam imlek melaksanakan ritual ibadah di lokasinya masing-masing atau di vihara terdekat dengan lingkungannya seperti beberapa vihara di Serang. Namun pada siang hariya mereka datang ke viahara Avalokitesvara karena merasa lebih utama (afdhol), sehingga di Vihara tersebut nampak lebih ramai pada siang hari dari pada malam harinya.
Namun demikian, kata Ateng pada perayaan imlek tahun ini tidak diselenggarakan acara pertunjukan barongsai dan kegiatan lainnya, mengingat sedang dilakukan renovasi pasca kebakaran di vihara itu yang terjadi sekitar Bulan April 2009 lalu. Akan tetapi dengan adanya renovasi bekas kebakaran tersebut, tidak sampai mengganggu aktivitas warga yang menjalankan perayaan imlek.
"Kami warga tionghoa berharap di tahun baru ini yang merupakan tahun macan, Indonesia akan lebih baik dan masyarakatnya lebih sejahtera," kata Ateng.
(U.M045/B/E001/E001) 14-02-2010 17:45:28
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Tags: