Moskow (ANTARA) - Rusia melihat kemungkinan kecil terkait perpanjangan pakta nuklir New START yang disepakati dengan Amerika Serikat (AS), karena tidak mau menerima syarat yang diajukan oleh Gedung Putih, demikian keterangan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, Senin.

Pernyataan Ryabkov muncul setelah Utusan Khusus Presiden AS untuk Pengendalian Senjata, Marshall Billingslea, mengatakan kepada surat kabar Rusia bahwa Pemerintah Rusia harus meneken kesepakatan bersama sebelum pemilu presiden AS pada 3 November.

"Saya kira setelah Presiden Trump memenangkan kembali pemilu, jika Rusia tidak menerima tawaran kami, maka biaya admisi di AS akan hilang," kata Billingslea dalam wawancara dengan koran Kommersant.

Sementara Ryabkov menyebut syarat yang dinyatakan oleh Billingslea merupakan sebuah ultimatum dan menurunkan kesempatan untuk mencapai kesepakatan apapun untuk memperpanjang pakta tersebut, yang akan berakhir pada Februari 2021.

"Kami tidak dapat berbicara dengan cara yang seperti ini," kata Ryabkov, dikutip dari Kantor Berita TASS. Kantor berita lainnya, RIA, menulis pernyataan Ryabkov yang menyebut bahwa kesempatan untuk memperpanjang New Start menjadi kecil.

Pakta New Start, yang ditandatangani pada 2010, membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat diluncurkan oleh Rusia dan AS.

Kegagalan Rusia dan AS mencapai kesepakatan perpanjangan pakta akan menghapuskan pilar utama dalam mempertahankan keseimbangan persenjataan nuklir kedua negara, serta menambah elemen dalam ketegangan yang telah dan terus terjadi di antara mereka.

Sumber: Reuters
Baca juga: AS, Rusia akan rundingkan pembatasan senjata nuklir
Baca juga: Rusia siap pertimbangkan usulan pakta nuklir AS
Baca juga: Mundurnya AS dari perjanjian nuklir bukan sinyal Perang Dingin baru