BI: Kredit perbankan di Bali mulai tunjukkan peningkatan
21 September 2020 16:21 WIB
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho (tengah) dalam acara Obrolan Santai BI Bareng Media (OSBIM), di Sanur, Denpasar (ANTARA/Ni Luh Rhisma/2020)
Denpasar (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan di tengah kondisi pandemi COVID-19, kredit perbankan di daerah setempat memasuki triwulan III 2020 mulai menunjukkan peningkatan.
"Kredit perbankan di triwulan III-2020 tumbuh 3,32 persen (yoy) dengan nilai Rp104,61 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan data triwulan II-2020 yang tumbuh 2,58 persen persen (yoy) dengan nilai Rp103,51 triliun," kata Trisno Nugroho dalam acara Obrolan Santai BI Bareng Media (OSBIM), di Sanur, Denpasar, Senin.
Peningkatan kredit tersebut, lanjut dia, bersumber dari kredit modal kerja yang tumbuh 5,48 persen (yoy). Sedangkan penggunaan kredit untuk investasi dan konsumsi, cenderung menurun dibandingkan saat triwulan II-2020.
"Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kredit perbankan bersumber dari kredit sektor perdagangan dan akomodasi makan dan minum. Seperti halnya akomodasi makan dan minum itu pertumbuhannya 7,37 persen (yoy)," ujarnya didampingi Ekonom Ahli Kelompok Koordinator Asesmen Ekonomi Keuangan Regional dan Advisory Daerah KPw BI Bali, M Setyawan Santoso.
Terkait dengan risiko kredit, secara keseluruhan sedikit meningkat yakni NPL pada triwulan III-2020 dengan rasio 3,36 persen dengan nilai Rp3,97 triliun. Meskipun NPL secara keseluruhan sedikit meningkat dari sebelumnya pada triwulan II-2020 dengan rasio 3,21 persen, namun itu masih berada di bawah threshold (5 persen).
Tak hanya kredit perbankan, Trisno mengatakan untuk kredit UMKM juga kembali menunjukkan perbaikan dengan kualitas kredit yang terjaga.
Untuk kredit UMKM pada Agustus 2020 itu tumbuh sebesar 1,55 persen (yoy), dari sebelumnya pada triwulan II-2020 yang tumbuh 0,60 persen.
"Peningkatan kredit bersumber dari kredit modal kerja, sementara dari sisi lapangan usaha bersumber dari membaiknya kredit untuk akomadasi, makan dan minum. Untuk risiko kredit UMKM, secara keseluruhan sedikit menurun yakni dari NPL pada triwulan II-2020 dengan rasio 3,37 persen, menjadi 3,20 persen," ucapnya pada acara yang dipandu Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Donny Heatubun itu.
Di sisi lain, Trisno mengatakan Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada September 2020, di angka 4 persen. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah
Selain kebijakan terkait suku bunga, kata dia, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan memperpanjang periode ketentuan insentif pelonggaran GWM Rupiah sebesar 50 bps bagi bank yang menyalurkan kredit UMKM dan ekspor impor serta kredit non UMKM sektor-sektor prioritas yang ditetapkan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional, dari semula 31 Desember 2020 menjadi sampai dengan 30 Juni 2021.
"Kemudian juga mendorong pengembangan instrumen pasar uang untuk mendukung pembiayaan korporasi dan UMKM sejalan dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional. Terakhir, melanjutkan perluasan akseptansi QRIS dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM melalui perpanjangan kebijakan Merchant Discount Rate (MDR) sebesar 0 persen untuk Usaha Mikro (UMI) dari 30 September 2020 menjadi sampai dengan 31 Desember 2020," ujarnya.
Trisno tidak memungkiri perekonomian Bali pada 2020 akan menurun seiring dengan penurunan kinerja ekspor pariwisata. Tetapi ada strategi untuk menahan laju penurunan, diantaranya dengan mempercepat absorpsi belanja pemerintah, akselerasi kredit bank (termasuk BPD) ke sektor riil dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
"Selanjutnya pembukaan sektor ekonomi utama dengan disiplin ketat protokol CHSE dan digitalisasi UMKM, serta mendorong gerakan bangga buatan Indonesia," katanya.
Berdasarkan matriks pemetaan sektor ekonomi yang disusun Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, di tengah pandemi COVID-19 ini lapangan usaha yang potensial dengan risiko penyebaran COVID-19 yang rendah sampai medium yakni perdagangan, peternakan, informasi dan komunikasi, jasa perantara keuangan, administrasi pemerintahan, konstruksi, dan real estate.
"Sedangkan lapangan usaha yang potensial berorientasi ekspor adalah perikanan, contohnya tuna yang sangat diminati pasar Jepang," kata Trisno.
"Kredit perbankan di triwulan III-2020 tumbuh 3,32 persen (yoy) dengan nilai Rp104,61 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan data triwulan II-2020 yang tumbuh 2,58 persen persen (yoy) dengan nilai Rp103,51 triliun," kata Trisno Nugroho dalam acara Obrolan Santai BI Bareng Media (OSBIM), di Sanur, Denpasar, Senin.
Peningkatan kredit tersebut, lanjut dia, bersumber dari kredit modal kerja yang tumbuh 5,48 persen (yoy). Sedangkan penggunaan kredit untuk investasi dan konsumsi, cenderung menurun dibandingkan saat triwulan II-2020.
"Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kredit perbankan bersumber dari kredit sektor perdagangan dan akomodasi makan dan minum. Seperti halnya akomodasi makan dan minum itu pertumbuhannya 7,37 persen (yoy)," ujarnya didampingi Ekonom Ahli Kelompok Koordinator Asesmen Ekonomi Keuangan Regional dan Advisory Daerah KPw BI Bali, M Setyawan Santoso.
Terkait dengan risiko kredit, secara keseluruhan sedikit meningkat yakni NPL pada triwulan III-2020 dengan rasio 3,36 persen dengan nilai Rp3,97 triliun. Meskipun NPL secara keseluruhan sedikit meningkat dari sebelumnya pada triwulan II-2020 dengan rasio 3,21 persen, namun itu masih berada di bawah threshold (5 persen).
Tak hanya kredit perbankan, Trisno mengatakan untuk kredit UMKM juga kembali menunjukkan perbaikan dengan kualitas kredit yang terjaga.
Untuk kredit UMKM pada Agustus 2020 itu tumbuh sebesar 1,55 persen (yoy), dari sebelumnya pada triwulan II-2020 yang tumbuh 0,60 persen.
"Peningkatan kredit bersumber dari kredit modal kerja, sementara dari sisi lapangan usaha bersumber dari membaiknya kredit untuk akomadasi, makan dan minum. Untuk risiko kredit UMKM, secara keseluruhan sedikit menurun yakni dari NPL pada triwulan II-2020 dengan rasio 3,37 persen, menjadi 3,20 persen," ucapnya pada acara yang dipandu Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Donny Heatubun itu.
Di sisi lain, Trisno mengatakan Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada September 2020, di angka 4 persen. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah
Selain kebijakan terkait suku bunga, kata dia, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan memperpanjang periode ketentuan insentif pelonggaran GWM Rupiah sebesar 50 bps bagi bank yang menyalurkan kredit UMKM dan ekspor impor serta kredit non UMKM sektor-sektor prioritas yang ditetapkan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional, dari semula 31 Desember 2020 menjadi sampai dengan 30 Juni 2021.
"Kemudian juga mendorong pengembangan instrumen pasar uang untuk mendukung pembiayaan korporasi dan UMKM sejalan dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional. Terakhir, melanjutkan perluasan akseptansi QRIS dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM melalui perpanjangan kebijakan Merchant Discount Rate (MDR) sebesar 0 persen untuk Usaha Mikro (UMI) dari 30 September 2020 menjadi sampai dengan 31 Desember 2020," ujarnya.
Trisno tidak memungkiri perekonomian Bali pada 2020 akan menurun seiring dengan penurunan kinerja ekspor pariwisata. Tetapi ada strategi untuk menahan laju penurunan, diantaranya dengan mempercepat absorpsi belanja pemerintah, akselerasi kredit bank (termasuk BPD) ke sektor riil dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
"Selanjutnya pembukaan sektor ekonomi utama dengan disiplin ketat protokol CHSE dan digitalisasi UMKM, serta mendorong gerakan bangga buatan Indonesia," katanya.
Berdasarkan matriks pemetaan sektor ekonomi yang disusun Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, di tengah pandemi COVID-19 ini lapangan usaha yang potensial dengan risiko penyebaran COVID-19 yang rendah sampai medium yakni perdagangan, peternakan, informasi dan komunikasi, jasa perantara keuangan, administrasi pemerintahan, konstruksi, dan real estate.
"Sedangkan lapangan usaha yang potensial berorientasi ekspor adalah perikanan, contohnya tuna yang sangat diminati pasar Jepang," kata Trisno.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: