Samarinda (ANTARA News) - Sebanyak 19 penumpang Trigana Air yang mengalami insiden pendaratan darurat di kilomoter 41, Kelurahan Bone, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), Kamis sore, langsung diobservasi sesaat setelah dievakuasi di Bandara Temindung Samarinda.

"Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi penumpang pasca-insiden itu," kata Koordinator Tim Kesehatan Bandara Temindung Samarinda, Heru Sansonko.

Kepada ANTARA di Samarinda, ia mengatakan observasi dilakukan untuk mengetahui apakah para penumpang mengalami trauma, stres, atau depresi akibat insiden pendaratan darurat itu.

"Observasi dilakukan melalui wawancara, untuk mengetahui apakah ada gejala mual, pusing atau depresi setelah mengalami guncangan hebat akibat pendaratan darurat tersebut," katanya.

Secara umum, tidak ada pengaruh beban traumatik atau gejala tekanan yang menyebakan penumpang stres.

"Observasi itu dilakukan selama satu jam. Jika tidak ada kondisi yang menghawatirkan selama satu jam, mereka diperbolehkan pulang," kata Koordinator Tim Kesehatan Bandara Temindung Samarinda itu.

Sementara, salah seorang penumpang Trigana Air yang mengalami insiden pendaratan darurat, Rahmi, mengaku sempat syok sesaat setelah pesawat yang ditumpangi dari Bandara Kalimarau, Kabupaten Berau melakukan pendaratan darurat di sebuah rawa di kilometer 41 poros Samarinda-Balikpapan.

"Suasananya sangat tegang ketika pramugari mengumumkan pesawat dalam kondisi `emergency landing` (pendaratan darurat) dan saya tidak mampu berkata-kata sesaat setelah terjadi guncangan akibat pendaratan darurat itu. Saya hanya berdoa agar kami selamat," katanya.

Setelah mengalami guncangan hebat, para penumpang langsung berhamburan keluar dari pesawat.

"Setelah guncangan itu, pintu pesawat langsung terbuka dan kami segera keluar. Karena bagian perut pesawat pecah, maka lumpur langsung menyembur ke dalam pesawat sehingga semua penumpang bermandikan lumpur," katanya.

Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 seri 300 dengan nomer penerbangan TGN 171 mendarat darurat di koordinat 00 derajat 58`38,2" Lintang Selatan 117 derajat, 01`20,0" Bujur Timur, Kampung Bone, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara sekitar pukul 11.39 Wita.

"Pesawat itu berangkat dari Bandara Kalimarau, Kabupaten Berau dan dijadwalkan mendarat di Bandara Temindung sekitar pukul 11.29 Wita," kata Kepala Seksi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandara Temindung Samarinda, Roesmanto.

Namun saat akan mendarat, pilot mengabarkan bahwa salah satu mesin `trouble` (rusak) sehingga dia menghubungi Bandara Sepinggan untuk mendarat di sana sekitar pukul 11.44 Wita.

"Jadi, pesawat itu diperkirakan mendarat darurat antara pukul 11.30 Wita hingga pukul 11.44 Wita," ujar Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandara Temindung itu.

(T.A053/R009)