Lombok Barat, NTB (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong seluruh industri pariwisata di Nusa Tenggara Barat mengedepankan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup atau Clean, Healty, Safety, Environment (CHSE) di tengah pandemi COVID-19. Hal itu disampaikan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan dan Event Kemenparekraf, Rizki Handayani saat membuka webinar program 'Revitalisasi Bumi' bertajuk sinergi dan kolaborasi menjaga bumi secara virtual meeting yang juga diikuti Wakil Gubernur NTB, Hj Sitti Rohmi Djalilah dari Mataram dan pelaku industri pariwisata di NTB bertempat di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu.

Rizki Handayani menegaskan, Kemenparekraf mendorong dan berupaya agar gerakan menjaga lingkungan dan gerakan bersih-bersih melalui program 'Revitalisasi Bumi' bisa terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Mengingat, keindahan dan kebersihan destinasi menjadi periortas utama yang harus disukseskan, baik oleh pemerintah pusat dan daerah. Terlebih dalam situasi pandemi COVID-19 seperti saat ini.

Baca juga: Kemenparekraf fokus bangun ekonomi digital di sektor musik
Oleh karena itu, kata Rizki Handayani dipilihnya Pulau Lombok sebagai lokasi 'Revitalisasi Bumi' bersama Provinsi Bali, lantaran Provinsi NTB merupakan salah satu destinasi pariwisata prioritas di Indonesia.

"Kami sebelumnya mengajak masyarakat Bali dan kini di Pulau Lombok, karena dua lokasi ini distinasi wisatanya harus bersih. Makanya, gerakan bersih-bersih melalui program 'Revitalisasi Bumi' tidak lain sebagai upaya mendatangkan wisatawan di saat pandemi COVID-19," ujarnya.

Rizki mengaku, adanya pandemi COVID-19 semua aktivitas sektor pariwisata berhenti, sehingga sektor penunjang lainnya pun terhenti. Seperti hotel-hotel, restoran dan objek wisata tutup sejak ditetapkan pandemi COVID-19 melanda Indonesia.

Untuk itu, di hadapan para pelaku wisata di NTB, Wagub NTB, Kadis Pariwisata NTB juga Sekda Kabupaten Lombok Timur serta Asisten I Setda Kabupaten Lombok Barat. Rizki meminta masalah kebersihan di destinasi wisata harus menjadi perioritas untuk ditangani secara bersama-sama. Apalagi, indeks kebersihan masyarakat Indonesia sangat rendah. Yakni, berkutat pada peringkat 100 di dunia.

"Tekad kita melalui program ini adalah bagaimana kita bersama-sama menaikkan rangking kita bisa menembus di papan tengah. Maka, membersihkan lingkungan di kawasan wisata harus jadi gerakan kita secara bersama-sama," kata Rizki.

Baca juga: Kemenparekraf dorong pemulihan pariwisata Banyuwangi
"Jadi, selepas ini, minimal di distinasi kita masing-masing sudah mulai disiapkan tempat cuci tangan. Ini cara kita menjaga kebersihan lingkungan," sambungnya.

Dalam kesempatan itu. Ia mengatakan, komitmen pemerintah pusat melalui Kemenparekraf yang akan memompa kunjungan wisatawan ke NTB. Sebab, NTB akan menjadi tuan rumah MotoGP di sirkuit Mandalika tahun 2021.

Selain itu, kata Rizki, program wisata halal yang sudah ada di NTB akan tetap dilanjutkan.

"Dengan dibukanya pariwisata dalam tatanan kehidupan era baru, tentu faktor kesehatan menjadi prioritas utama, seperti menggunakan masker (pelindung wajah), sering-sering mencuci tangan pada air mengalir atau gunakan hand sanitazer. Dan NTB akan jadi perioritas nasional bersama Bali," jelasnya.

Sementara itu, Analis Kebijakan Kemenparekraf, Noviendi Makalam mengatakan, kebijakan pemerintah mengedepankan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup (clean healty safety environment) dalam tempat-tempat wisata tidak lain dihajatkan untuk kepentingan wisatawan.

"Artinya kita dalam periode pada saat ini mengutamakan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan hidup. Kita sudah punya panduan yang kita buat itu dalam rangka untuk memastikan setiap tempat wisata tersebut mengikuti panduan dan bisa menjamin adanya pemenuhan dari CHSE," kata Noviendi.

Ia mengakui, pihaknya juga sudah menggandeng setiap pemangku kepentingan di industri pariwisata untuk mengikuti panduan dan menerapkan protokol kesehatan demi menjamin keamanan wisatawan.

"Sehingga jangan takut lagi, karena concern utama kami untuk wisatawan domestik itu keamanan, ketika protokol kesehatan diterapkan secara ketat itu baru merasa aman," ujar Noviendi.

Ia menyebutkan, saat ini pemerintah berfokus untuk menggaet wisatawan domestik ketimbang menarik kembali turis-turis asing. Hal itu berdasarkan pertimbangan pandemi COVID-19 yang masih terjadi di seluruh dunia.

Kepala Dinas Pariwisata NTB HL. Faozal menambahkan, di NTB sendiri terdapat empat zona yang sudah dilakukan standarisasi dengan pola CHSE. Yakni, kawasan Tiga Gili dan Senggigi di Lombok Utara dan Lombok Barat, Gunung Rinjani dan sekitarnya Lombok Timur serta KEK Mandalika Lombok Tengah dan kawasan Kota Mataram.

"Insya Allah, empat area ini bersiap untuk dilakukan standarisasi. Apalagi, pelaku wisata di NTB menyambut baik program CHSE, begitupan pak Gubernur dan Ibu Wagub menugasi saya melakukan kegiatam CHSE di NTB," katanya.