Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan berpeluang menguat didorong masih tingginya angka pengangguran di Amerika Serikat (AS).

Pada Jumat pukul 9.36 WIB, rupiah menguat 72 poin atau 0,49 persen menjadi Rp14.761 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.833 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan, pagi ini terlihat dolar AS melemah terhadap mata uang regional karena pasar meragukan kelanjutan pemulihan ekonomi AS.

Baca juga: Dolar jatuh, tertekan ketidakpastian prospek ekonomi AS

Baca juga: Harga emas anjlok 20,6 dolar, terseret aksi ambil untung


"Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS masih dirilis cukup besar di kisaran 860 ribu klaim, yang artinya pengangguran masih besar karena pandemi," ujar Ariston.

Menurut Ariston, mata uang Garuda berpotensi menguat hari ini karena sentimen dari Negeri Paman Sam tersebut.

"BI rate yang ditahan juga membantu penguatan rupiah karena perbedaan yield yang masih besar," katanya.

Baca juga: BI kembali pertahankan suku bunga acuan, tetap empat persen

Baca juga: Longgarkan moneter, BI tambah likuiditas perbankan Rp662,1 triliun


Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat di kisaran Rp14.750 per dolar AS hingga Rp14.900 per dolar AS.

Pada Kamis (17/9) lalu rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.833 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat hingga 78 poin

Baca juga: Rupiah menguat, ditopang keputusan BI pertahankan suku bunga acuan