Karawang (ANTARA News) - Ribuan masyarakat Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengikuti tahlil dan doa bersama memperingati 40 hari wafatnya KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, di areal parkir PT Putra Kemuning Karawang, Selasa.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Karawang, KH. Hasan Bisri, mengatakan, acara tahlil dan doa bersama dilakukan untuk mengenang almarhum Gus Dur yang telah berjasa dalam membangun bangsa, negara, dan organisasi NU di Indonesia.

"Jasa Gus Dur selama hidupnya sangat besar. Jadi, kami sebagai umat Islam harus terus menghargainya. Semoga Allah menerima semua amal dan bakti beliau," katanya, di Karawang, Selasa.

Menurut dia, banyak hal yang mesti dicontoh dari Gus Dur oleh seluruh masyarakat Islam NU Diantaranya ialah komitmen tinggi dan memperjuangkan golongan minoritas yang seringkali dilakukan Gus Dur.

Ia menilai, Gus Dur ialah sosok bapak bangsa yang harus diperhitungkan dan tokoh pluralisme yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang beraneka ragam agama, dengan "bingkai" dasar negara Pancasila.

"Gus Dur sangat memegang teguh Pancasila. Bahkan, semasa hidupnya, sekitar 20 tahun lalu, beliau (Gus Dur) sempat menyatakan kalau dasar negara Pancasila itu diubah, maka kemungkinan besar akan terjadi pertumpahan darah. Jadi, beliau tetap yakin kepada Pancasila sebagai dasar negara," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi yang hadir pada acara tersebut, mengatakan, dalam Alquran Allah berfirman, setiap manusia yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Karena itu, manusia diperintahkan untuk membekali diri dalam menyambut kematian.

"Kita harus membekali diri, karena kita semua akan mati. Acara tahlil dan doa bersama ini, selain untuk mengenang wafatnya 40 hari Gus Dur, juga bertujuan agar kita mengingat kematian," katanya.

Di sela sambutan yang disampaikan, Hasyim, menyampaikan doa agar Allah SWT menerima semua amal kebaikan Gus Dur, karena kebaikan dan jasa Gus Dur semasa hidupnya cukup besar dalam membangun bangsa.

"Untuk pluralisme yang dicontohkan Gus Dur, mari kita tempatkan secara proporsional. Artinya, prularisme yang dicontohkan Gus Dur itu hanya untuk sosial. Sedangkan untuk ibadah atau untuk teologi itu jangan sampai berpengaruh," katanya. (PK-MAK/R009)