Perangko Seri Macan Diterbitkan Untuk Sambut Imlek
9 Februari 2010 17:44 WIB
Seorang petugas pos memperlihatkan prangko seri tahun macan ketika peluncuran prangko seri tersebut di TMII, Jakarta, Selasa (9/2). Prangko tahun macan yang diterbitkan dalam jumlah terbatas itu untuk menyambut Imlek 2561. (ANTARA/Saptono)
Jakarta (ANTARA News) - PT Pos Indonesia meluncurkan perangko seri Tahun Macan untuk menyambut Imlek 2561 atau tepatnya pada 14 Februari 2010.
"Penerbitan prangko dan penjualan sudah kami lakukan sejak 6 Februari 2010," kata Direktur Umum, PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana, setelah acara peluncuran perangko seri tahun macan di Museum Prangko TMII, Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, penerbitan perangko tersebut bertujuan untuk menandai momen untuk menyambut tahun baru imlek 2561.
Selain itu, penerbitan prangko bertema astrologi itu juga dimaksudkan untuk mengangkat nilai budaya serta merekam kekayaan dan keragaman budaya di tanah air.
"Ini juga sebagai salah satu sarana persahabatan yang universal yakni menghormati masyarakat etnis Tionghoa," katanya.
Penerbitan perangko seri shio itu merupakan lanjutan dari penerbitan seri serupa tahun sebelumnya yakni seri 12 lambang shio pada 14 Februari 2007 dengan menampilkan seluruh zodiak yang dilambangkan oleh binatang-binatang.
Kemudian seri tahun tikus pada 18 Maret 2008, selanjutnya seri tahun kerbau pada 10 Januari 2009.
Sebanyak tiga desain mewarnai prangko seri tahun macan yang dicetak dalam kopur Rp1.500 dengan menampilkan obyek macan yang merupakan simbol ketiga dari 12 simbol penanggalan China dan memiliki tersendiri bagi masyarakat keturunan Tionghoa.
Pada perangko tertera tanda khusus berupa logo PT Pos Indonesia (Persero) dan tulisan Tahun Macan dalam bahasa China yang hanya dapat dilihat dengan sinar ultraviolet.
"Ini dibuat sebagai jaminan keamanan agar tidak terjadi pemalsuan," kata Direktur Pos Dirjen Postel, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ingrid R. Panjaitan dalam kesempatan yang sama.
Selain perangko, diterbitkan pula benda filateli lain yakni lembaran perangko fullsheet yang memuat 24 keping perangko yang dicetak sebanyak 900.000 keping.
Ketua Umum PFI (Persatuan Filatelis Indonesia), Let. Jend. Suyono, mengatakan, minat generasi muda terhadap perangko saat ini semakin menurun.
"Padahal ini merupakan kegiatan yang bermanfaat dan sangat bergengsi, kalau di luar negeri pameran perangko merupakan ukuran kemajuan suatu bangsa," katanya.
Bagi dia, perangko bisa menjadi wujud saksi sejarah, keragaman, dan kekayaan bangsa yang dapat menjadi benda budaya.
Pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah pihak termasuk Kementerian Pendidikan Nasional untuk menyosialisasikan perangko kepada siswa-siswa di sekolah. (H016/A038)
Ia mengatakan, penerbitan perangko tersebut bertujuan untuk menandai momen untuk menyambut tahun baru imlek 2561.
Selain itu, penerbitan prangko bertema astrologi itu juga dimaksudkan untuk mengangkat nilai budaya serta merekam kekayaan dan keragaman budaya di tanah air.
"Ini juga sebagai salah satu sarana persahabatan yang universal yakni menghormati masyarakat etnis Tionghoa," katanya.
Penerbitan perangko seri shio itu merupakan lanjutan dari penerbitan seri serupa tahun sebelumnya yakni seri 12 lambang shio pada 14 Februari 2007 dengan menampilkan seluruh zodiak yang dilambangkan oleh binatang-binatang.
Kemudian seri tahun tikus pada 18 Maret 2008, selanjutnya seri tahun kerbau pada 10 Januari 2009.
Sebanyak tiga desain mewarnai prangko seri tahun macan yang dicetak dalam kopur Rp1.500 dengan menampilkan obyek macan yang merupakan simbol ketiga dari 12 simbol penanggalan China dan memiliki tersendiri bagi masyarakat keturunan Tionghoa.
Pada perangko tertera tanda khusus berupa logo PT Pos Indonesia (Persero) dan tulisan Tahun Macan dalam bahasa China yang hanya dapat dilihat dengan sinar ultraviolet.
"Ini dibuat sebagai jaminan keamanan agar tidak terjadi pemalsuan," kata Direktur Pos Dirjen Postel, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ingrid R. Panjaitan dalam kesempatan yang sama.
Selain perangko, diterbitkan pula benda filateli lain yakni lembaran perangko fullsheet yang memuat 24 keping perangko yang dicetak sebanyak 900.000 keping.
Ketua Umum PFI (Persatuan Filatelis Indonesia), Let. Jend. Suyono, mengatakan, minat generasi muda terhadap perangko saat ini semakin menurun.
"Padahal ini merupakan kegiatan yang bermanfaat dan sangat bergengsi, kalau di luar negeri pameran perangko merupakan ukuran kemajuan suatu bangsa," katanya.
Bagi dia, perangko bisa menjadi wujud saksi sejarah, keragaman, dan kekayaan bangsa yang dapat menjadi benda budaya.
Pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah pihak termasuk Kementerian Pendidikan Nasional untuk menyosialisasikan perangko kepada siswa-siswa di sekolah. (H016/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: