OJK: Penanganan pandemi yang efektif jadi kunci bangkitnya ekonomi
17 September 2020 10:58 WIB
Tangkapan layar Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida saat menjadi pembicara kunci dalam 6th Indonesian Financial Association International Conference yang digelar secara virtual di Jakarta, Kamis (17/9/2020). (ANTARA/Citro Atmoko)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menilai penanganan pandemi COVID-19 yang efektif menjadi kunci bangkitnya ekonomi domestik yang kini terancam resesi.
"Tantangan utama dalam pandemi ini adalah bagaimana kita dapat menangani pandemi secara efektif sehingga kegiatan ekonomi masyarakat secara bertahap dapat dibuka kembali dan meminimalkan dampak pandemi terhadap perekonomian," ujar Nurhaida saat menjadi pembicara kunci dalam "6th Indonesian Financial Association International Conference" yang digelar secara virtual di Jakarta, Kamis.
Tantangan lainnya, lanjut Nurhaida, yaitu bagaimana meningkatkan permintaan barang dan jasa. Menurutnya, likuiditas perekonomian dalam negeri yang memadai, belum terserap oleh swasta dan sektor riil yang diindikasikan dengan pertumbuhan kredit yang rendah.
"Jadi di OJK, kita pantau tentang likuiditas di perbankan. Likuiditas di perbankan lumayan baik, tapi yang menjadi masalah adalah demand-nya tidak ada," kata Nurhaida.
Oleh karena itu, OJK selaku regulator jasa keuangan menilai hal tersebut sebagai tantangan dan berupaya mencoba meningkatkan permintaan di masyarakat melalui kebijakan dan stimulus bagi pelaku industri jasa keuangan yang terdampak pagebluk.
"Menurut saya, ketika kita mencoba meningkatkan permintaan, harus ada kemampuan pasar, kemampuan masyarakat, untuk benar-benar menyerap produk yang ada di pasar. Baik itu produk riil maupun produk keuangan. Jadi ini tantangan lain," ujarnya.
Nurhaida menuturkan, tantangan berikutnya adalah bagaimana menggeser perilaku konsumen dan aktivitas bisnis melalui penggunaan teknologi secara masif.
Sebelum pandemi, menurutnya digitalisasi bisnis di Indonesia dan seluruh dunia sudah terlihat. Dengan adanya pandemi, menjadi dorongan lain bagi pelaku industri untuk bisa melihat bisnis di Indonesia melalui optimalisasi penggunaan teknologi digital.
"Dan inilah tantangan bagi kita bagaimana mendigitalisasikan perekonomian kita, dan bagaimana mendigitalisasikan bisnis di Indonesia, baik itu perbankan, pasar modal atau lembaga keuangan non bank," ujar Nurhada.
Menyikapi tantangan tersebut, OJK dan pemerintah di pasar, mencoba melihat pasar dan apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar, sehingga siap mengeluarkan kebijakan yang diperlukan untuk mencegah kemerosotan ekonomi dalam negeri.
"Di sisi fiskal, kebijakan fiskal menjadi kunci untuk memberikan stimulus untuk menciptakan permintaan seperti bantuan sosial, insentif, dan percepatan belanja pemerintah. Industri keuangan siap menjadi katalisator untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung sektor riil," katanya.
Selain itu, OJK juga tidak hanya fokus pada pemulihan ekonomi tetapi juga transformasi ekonomi dan struktur keuangan melalui transformasi digital yang masif. Menurut Nurhaida, hal itu juga harus terjadi di semua sektor dalam perekonomian.
"Kami juga telah menggeser aktivitas ekonomi dari contact intensitve menjadi aktivitas ekonomi yang less contact, termasuk di sektor keuangan," ujar Nurhaida.
Baca juga: Anggota DPR pastikan tidak ada dewan moneter, fungsi BI-OJK tetap sama
Baca juga: OJK kembangkan ekosistem digital bank wakaf mikro
"Tantangan utama dalam pandemi ini adalah bagaimana kita dapat menangani pandemi secara efektif sehingga kegiatan ekonomi masyarakat secara bertahap dapat dibuka kembali dan meminimalkan dampak pandemi terhadap perekonomian," ujar Nurhaida saat menjadi pembicara kunci dalam "6th Indonesian Financial Association International Conference" yang digelar secara virtual di Jakarta, Kamis.
Tantangan lainnya, lanjut Nurhaida, yaitu bagaimana meningkatkan permintaan barang dan jasa. Menurutnya, likuiditas perekonomian dalam negeri yang memadai, belum terserap oleh swasta dan sektor riil yang diindikasikan dengan pertumbuhan kredit yang rendah.
"Jadi di OJK, kita pantau tentang likuiditas di perbankan. Likuiditas di perbankan lumayan baik, tapi yang menjadi masalah adalah demand-nya tidak ada," kata Nurhaida.
Oleh karena itu, OJK selaku regulator jasa keuangan menilai hal tersebut sebagai tantangan dan berupaya mencoba meningkatkan permintaan di masyarakat melalui kebijakan dan stimulus bagi pelaku industri jasa keuangan yang terdampak pagebluk.
"Menurut saya, ketika kita mencoba meningkatkan permintaan, harus ada kemampuan pasar, kemampuan masyarakat, untuk benar-benar menyerap produk yang ada di pasar. Baik itu produk riil maupun produk keuangan. Jadi ini tantangan lain," ujarnya.
Nurhaida menuturkan, tantangan berikutnya adalah bagaimana menggeser perilaku konsumen dan aktivitas bisnis melalui penggunaan teknologi secara masif.
Sebelum pandemi, menurutnya digitalisasi bisnis di Indonesia dan seluruh dunia sudah terlihat. Dengan adanya pandemi, menjadi dorongan lain bagi pelaku industri untuk bisa melihat bisnis di Indonesia melalui optimalisasi penggunaan teknologi digital.
"Dan inilah tantangan bagi kita bagaimana mendigitalisasikan perekonomian kita, dan bagaimana mendigitalisasikan bisnis di Indonesia, baik itu perbankan, pasar modal atau lembaga keuangan non bank," ujar Nurhada.
Menyikapi tantangan tersebut, OJK dan pemerintah di pasar, mencoba melihat pasar dan apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar, sehingga siap mengeluarkan kebijakan yang diperlukan untuk mencegah kemerosotan ekonomi dalam negeri.
"Di sisi fiskal, kebijakan fiskal menjadi kunci untuk memberikan stimulus untuk menciptakan permintaan seperti bantuan sosial, insentif, dan percepatan belanja pemerintah. Industri keuangan siap menjadi katalisator untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung sektor riil," katanya.
Selain itu, OJK juga tidak hanya fokus pada pemulihan ekonomi tetapi juga transformasi ekonomi dan struktur keuangan melalui transformasi digital yang masif. Menurut Nurhaida, hal itu juga harus terjadi di semua sektor dalam perekonomian.
"Kami juga telah menggeser aktivitas ekonomi dari contact intensitve menjadi aktivitas ekonomi yang less contact, termasuk di sektor keuangan," ujar Nurhaida.
Baca juga: Anggota DPR pastikan tidak ada dewan moneter, fungsi BI-OJK tetap sama
Baca juga: OJK kembangkan ekosistem digital bank wakaf mikro
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: