ADB proyeksikan ekonomi negara berkembang Asia terkontraksi 0,7 persen
15 September 2020 16:41 WIB
Seorang pekerja berjalan melewati markas Asian Development Bank (ADB) di Manila, Rabu (17/6/2009). ANTARA/REUTERS/Cheryl Ravelo/am.
Jakarta (ANTARA) - Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) untuk negara berkembang di kawasan Asia tahun ini akan mengalami kontraksi 0,7 persen dari perkiraan sebelumnya turun 0,1 persen.
Direktur Divisi Riset Ekonomi Makro Asian Development Bank (ADB) Abdul Abiad menyatakan kontraksi tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi negatif pertama sejak awal 1960-an atau hampir enam dekade.
“Sekitar tiga perempat ekonomi kawasan Asia diperkirakan akan mencatat pertumbuhan negatif tahun ini kecuali China yang akan mencatat pertumbuhan positif,” katanya dalam ADB webinar on Asian Development Outlook 2020 di Jakarta, Selasa.
Menurut ADB, China akan berhasil mencatat tren pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun ini karena berhasil mengambil langkah-langkah mengenai kesehatan masyarakat.
ADB memprediksikan bahwa China akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,8 persen untuk tahun ini dan 7,7 persen untuk tahun depan.
Kemudian untuk India tahun ini diprediksikan terkontraksi 9 persen akibat belanja konsumen dan dunia usahanya terhenti seiring dengan karantina wilayah sebelum akhirnya pulih ke level 8 persen pada 2021 mendatang.
Selanjutnya untuk Indonesia diproyeksikan terkontraksi 1 persen pada 2020 dan akan kembali meningkat pada tahun depan yaitu 5,3 persen.
Berbagai sub-kawasan Asia yang sedang berkembang juga diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan negatif tahun ini kecuali Asia Timur yang diperkirakan tumbuh 1,3 persen dan 7 persen pada 2021.
Secara keseluruhan, Abdul menuturkan ADB memprediksi perekonomian negara berkembang di kawasan Asia akan mengalami pemulihan pada tahun depan yaitu mencapai 6,8 persen.
“Kami memperkirakan pertumbuhan akan pulih menjadi 6,8 persen pada tahun 2021 tetapi seperti yang kita diskusikan dalam laporan ini hanya menyiratkan pemulihan sebagian. Bukan pemulihan penuh,” ujarnya.
Abdul menuturkan untuk inflasi negara berkembang di kawasan Asia telah direvisi menjadi 2,9 persen untuk tahun ini dari perkiraan sebelumnya pada April yang sebesar 3,2 persen.
“Permintaan yang tertekan dan harga minyak yang rendah menyebabkan inflasi 2,9 persen pada 2020. Kami memperkirakan inflasi akan turun lebih jauh menjadi 2,3 persen pada 2021,” tegasnya.
Baca juga: ADB perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 1 persen pada 2020
Baca juga: ADB setujui pinjaman 300 juta dolar AS untuk pembangkit panas bumi
Baca juga: ADB sebut pemberian stimulus hingga Rp436 triliun sudah tepat
Direktur Divisi Riset Ekonomi Makro Asian Development Bank (ADB) Abdul Abiad menyatakan kontraksi tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi negatif pertama sejak awal 1960-an atau hampir enam dekade.
“Sekitar tiga perempat ekonomi kawasan Asia diperkirakan akan mencatat pertumbuhan negatif tahun ini kecuali China yang akan mencatat pertumbuhan positif,” katanya dalam ADB webinar on Asian Development Outlook 2020 di Jakarta, Selasa.
Menurut ADB, China akan berhasil mencatat tren pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun ini karena berhasil mengambil langkah-langkah mengenai kesehatan masyarakat.
ADB memprediksikan bahwa China akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,8 persen untuk tahun ini dan 7,7 persen untuk tahun depan.
Kemudian untuk India tahun ini diprediksikan terkontraksi 9 persen akibat belanja konsumen dan dunia usahanya terhenti seiring dengan karantina wilayah sebelum akhirnya pulih ke level 8 persen pada 2021 mendatang.
Selanjutnya untuk Indonesia diproyeksikan terkontraksi 1 persen pada 2020 dan akan kembali meningkat pada tahun depan yaitu 5,3 persen.
Berbagai sub-kawasan Asia yang sedang berkembang juga diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan negatif tahun ini kecuali Asia Timur yang diperkirakan tumbuh 1,3 persen dan 7 persen pada 2021.
Secara keseluruhan, Abdul menuturkan ADB memprediksi perekonomian negara berkembang di kawasan Asia akan mengalami pemulihan pada tahun depan yaitu mencapai 6,8 persen.
“Kami memperkirakan pertumbuhan akan pulih menjadi 6,8 persen pada tahun 2021 tetapi seperti yang kita diskusikan dalam laporan ini hanya menyiratkan pemulihan sebagian. Bukan pemulihan penuh,” ujarnya.
Abdul menuturkan untuk inflasi negara berkembang di kawasan Asia telah direvisi menjadi 2,9 persen untuk tahun ini dari perkiraan sebelumnya pada April yang sebesar 3,2 persen.
“Permintaan yang tertekan dan harga minyak yang rendah menyebabkan inflasi 2,9 persen pada 2020. Kami memperkirakan inflasi akan turun lebih jauh menjadi 2,3 persen pada 2021,” tegasnya.
Baca juga: ADB perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 1 persen pada 2020
Baca juga: ADB setujui pinjaman 300 juta dolar AS untuk pembangkit panas bumi
Baca juga: ADB sebut pemberian stimulus hingga Rp436 triliun sudah tepat
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: