Luhut mau minta tambahan 20 juta dosis vaksin dari UEA
15 September 2020 14:38 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) dalam Rapat Koordinasi Percepatan Investasi Hydropower dan Industri Hijau di Provinsi Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara di Jakarta, Rabu (2/9/2020). ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan dirinya akan berbicara dengan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) untuk meminta tambahan 20 juta dosis vaksin COVID-19 tahun ini.
Luhut dalam Sarasehan 100 Ekonom secara daring di Jakarta, Selasa, mengatakan Indonesia akan menerima 30 juta dosis vaksin COVID-19 pada kuartal IV tahun ini. Namun, ia mendorong agar jumlahnya bisa mencapai 50 juta dosis dengan tambahan dari UEA.
"Vaksin ini kita akan dapat tahun ini kira-kira 30 juta dosis dan kami coba sampai ke 50 juta (dosis). Nanti mungkin dari G42 dari Abu Dhabi ketemu. Saya nanti sore mau bicara sama Menteri Suhail (Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei) mau minta tambahan 20 juta lagi masuk sini," katanya.
Menurut Luhut, tiga bulan ke depan menjadi waktu yang krusial bagi Indonesia untuk mengendalikan COVID19. Presiden Jokowi pun telah memerintahkan dirinya untuk bisa fokus dalam penanganan COVID-19 di delapan provinsi yang berkontribusi hingga 75 persen dari kasus nasional.
"Jadi kalau kita pakai strategi mengatasi itu, the rest (sisanya) menurut saya sih sangat terkendali sampai nanti kita dapat vaksin," katanya.
Luhut menjelaskan berdasarkan data terbaru, tingkat kesembuhan (recovery rate) di Indonesia telah mencapai 71,5 persen. Ia juga mengakui, di awal-awal merebaknya pandemi di Indonesia, yakni sekitar Maret-April, penanganan tidak maksimal karena kondisi yang baru pertama kali terjadi.
"Tapi sekarang dengan berjalannya waktu kita sudah makin paham bagaimana kira-kira kita bereaksi terhadap ini. Saya juga minta saudara-saudara sekalian, tidak ada satu negara pun yang berani mengklaim mereka bisa mengendalikan ini dengan baik, pasti ada up and down-nya sama dengan kita," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan 30 juta dosis vaksin COVID-19 akan diterima Indonesia pada kuartal IV tahun ini sehingga kuartal I tahun depan sudah mulai dapat dilakukan vaksinasi.
"30 juta sudah komitmen untuk bisa diberikan di kuartal IV (2020) sehingga di kuartal I (2021) kita bisa melakukan vaksinasi subjek kepada keberhasilan dalam pengetesan pengujian klinis," katanya dalam diskusi yang sama.
Airlangga menyatakan pemerintah sendiri menargetkan agar Indonesia mendapat akses antara 250 juta hingga 300 juta dosis vaksin COVID-19 hingga tahun depan.
Ia menjelaskan target itu akan dicapai melalui 10 sumber yakni Sinovac, G-42/Wuhan Institute Biological Products/Sinopharm, Astra Zaneca, GAVI/CEPI, dan CanSino Biological Inc./Beijing Institute Technology.
Kemudian juga dari BioNTech /Fosun Pharma/Pfizer, Modena/NIAID (National Institute of Allergy and Infrctious Diseases, Acturus Therapeutics/Duke-NUS, Genexine Korea, dan Vaksin Merah Putih.
Baca juga: Pengamat: posisi Indonesia strategis dalam persaingan vaksin global
Baca juga: Menko Airlangga: 30 juta dosis vaksin diterima pada kuartal IV-2020
Luhut dalam Sarasehan 100 Ekonom secara daring di Jakarta, Selasa, mengatakan Indonesia akan menerima 30 juta dosis vaksin COVID-19 pada kuartal IV tahun ini. Namun, ia mendorong agar jumlahnya bisa mencapai 50 juta dosis dengan tambahan dari UEA.
"Vaksin ini kita akan dapat tahun ini kira-kira 30 juta dosis dan kami coba sampai ke 50 juta (dosis). Nanti mungkin dari G42 dari Abu Dhabi ketemu. Saya nanti sore mau bicara sama Menteri Suhail (Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei) mau minta tambahan 20 juta lagi masuk sini," katanya.
Menurut Luhut, tiga bulan ke depan menjadi waktu yang krusial bagi Indonesia untuk mengendalikan COVID19. Presiden Jokowi pun telah memerintahkan dirinya untuk bisa fokus dalam penanganan COVID-19 di delapan provinsi yang berkontribusi hingga 75 persen dari kasus nasional.
"Jadi kalau kita pakai strategi mengatasi itu, the rest (sisanya) menurut saya sih sangat terkendali sampai nanti kita dapat vaksin," katanya.
Luhut menjelaskan berdasarkan data terbaru, tingkat kesembuhan (recovery rate) di Indonesia telah mencapai 71,5 persen. Ia juga mengakui, di awal-awal merebaknya pandemi di Indonesia, yakni sekitar Maret-April, penanganan tidak maksimal karena kondisi yang baru pertama kali terjadi.
"Tapi sekarang dengan berjalannya waktu kita sudah makin paham bagaimana kira-kira kita bereaksi terhadap ini. Saya juga minta saudara-saudara sekalian, tidak ada satu negara pun yang berani mengklaim mereka bisa mengendalikan ini dengan baik, pasti ada up and down-nya sama dengan kita," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan 30 juta dosis vaksin COVID-19 akan diterima Indonesia pada kuartal IV tahun ini sehingga kuartal I tahun depan sudah mulai dapat dilakukan vaksinasi.
"30 juta sudah komitmen untuk bisa diberikan di kuartal IV (2020) sehingga di kuartal I (2021) kita bisa melakukan vaksinasi subjek kepada keberhasilan dalam pengetesan pengujian klinis," katanya dalam diskusi yang sama.
Airlangga menyatakan pemerintah sendiri menargetkan agar Indonesia mendapat akses antara 250 juta hingga 300 juta dosis vaksin COVID-19 hingga tahun depan.
Ia menjelaskan target itu akan dicapai melalui 10 sumber yakni Sinovac, G-42/Wuhan Institute Biological Products/Sinopharm, Astra Zaneca, GAVI/CEPI, dan CanSino Biological Inc./Beijing Institute Technology.
Kemudian juga dari BioNTech /Fosun Pharma/Pfizer, Modena/NIAID (National Institute of Allergy and Infrctious Diseases, Acturus Therapeutics/Duke-NUS, Genexine Korea, dan Vaksin Merah Putih.
Baca juga: Pengamat: posisi Indonesia strategis dalam persaingan vaksin global
Baca juga: Menko Airlangga: 30 juta dosis vaksin diterima pada kuartal IV-2020
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: