Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa potensi ekonomi digital di Indonesia mencapai 133 miliar dolar AS sehingga pemerintah akan terus mendorong transformasi digital.

“Potensi yang bisa tersedia di Indonesia di sektor digital sebesar 133 miliar dolar AS dan untuk ASEAN 300 miliar dolar AS. Oleh karena itu revolusi industri 4.0 terus didorong,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan Indonesia mempunyai modal cukup besar dalam melakukan transformasi digital dan merealisasikan potensi tersebut karena terdapat 180 juta penduduk yang mampu mengakses internet.

Baca juga: Kemenkeu: Teknologi digitalisasi dongkrak produktivitas saat pandemi

Kemudian dari 180 juta penduduk itu sebanyak 150 juta orang merupakan pengguna internet aktif dan 105 juta orang di antaranya adalah pengguna layanan online.

Tak hanya itu, ia menjelaskan dari total 83.218 desa terdapat 70.670 desa atau 84,92 persen yang menerima atau dapat mengakses layanan jaringan 4G.

“32 persen dari populasi kita juga merupakan generasi Y atau yang berumur 20 sampai 39 tahun,” ujarnya.

Baca juga: Dorong digitalisasi UMKM dengan edukasi manfaat teknologi

Airlangga memastikan pemerintah akan terus mendorong pengembangan infrastruktur digital seperti perluasan jaringan 4G kepada 12.548 desa yang belum terjangkau. “Terutama program 3T yaitu tertinggal, terdepan, terluar ada 9 ribu desa,” ujarnya.

Sementara itu, satelit multifungsi SATRIA juga dipastikan akan mulai beroperasi pada 2023 sehingga mampu menjadi penyambung 150 ribu titik dari sekolah, pemda, fasilitas kesehatan, dan K/L.

“Berikutnya persiapan 5G di mana akan disiapkan bertahap dan uji coba prioritasnya di kawasan yang mau revolusi industri keempat atau kawasan industri terintegrasi” jelasnya.

Baca juga: Menperin: Revolusi Industri 4.0 tuntut SDM industri cepat beradaptasi

Ia berharap melalui reformasi industri dan transformasi digital ini akan dapat menjadi enabler pemulihan ekonomi nasional dan penguat fondasi perekonomian untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

“Enabler transformasi ekonomi untuk keluar dari middle income trap yang memerlukan pertumbuhan mencapai 5,7 persen sampai 6 persen,” katanya.