Kemenperin lepas ekspor 1.200 ton baja ke Pakistan
14 September 2020 19:41 WIB
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier memberikan sambutan saat pelepasan ekspor baja PT Tatalogam Lestari ke Pakistan dan Thailand secara simbolis dengan memecahkan kendi di Cikarang, Jawa Barat, Senin (14/9/2020). ANTARA/HO-Biro Humas Kementerian Perindustrian
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian melepas ekspor 1.200 ton baja produksi PT Tatametal Lestari ke Pakistan, yang menunjukkan industri baja di Tanah Air tetap bergairah di tengah pandemi COVID-19.
"Kami sangat mengapresiasi PT Tatametal Lestari sebagai salah satu produsen baja nasional yang di tengah pandemi tetap dapat melakukan ekspor," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Senin.
Taufiek mengungkapkan pemerintah terus berupaya meningkatkan pertumbuhan industri baja nasional dengan mendorong terciptanya iklim usaha industri yang kondusif dan kompetitif.
Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan utilisasi serta kemampuan inovatif pada sektor tersebut.
Untuk itu, lanjut Taufiek, pemerintah telah mengeluarkan berbagai regulasi, antara lain regulasi impor baja berdasar supply dan demand, fasilitasi harga gas bumi bagi sektor industri sebesar enam dolar AS/MMBTU guna menekan biaya produksi, dan izin operasional mobilitas dan kegiatan industri (IOMKI) yang memberikan jaminan bagi industri untuk dapat tetap beroperasi dengan protokol kesehatan ketat sesuai disarankan pemerintah.
"Kebijakan-kebijakan tersebut dirumuskan dengan maksud memberikan jaminan dan kesempatan bagi industri nasional, khususnya industri baja, agar dapat bersaing di pasar domestik maupun ekspor," tegasnya.
Ia menjelaskan dalam mendongkrak kinerja industri baja, pemerintah juga terus mengupayakan peningkatan demand di pasar domestik, salah satunya dengan mendorong bahan baku baja dalam negeri untuk mendukung proyek strategis nasional atau konstruksi nasional yang sedang digalakkan pemerintah.
Dalam hal ini, pemerintah turut menggandeng Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi).
"Demand terbesar produk baja adalah dari konstruksi yang menyerap sekitar 51 persen dari produksi dalam negeri, sehingga pabrik-pabrik baja dalam negeri bisa dibangkitkan utilitasnya," papar Taufiek.
Taufiek menambahkan pada triwulan II tahun ini, industri logam dasar tumbuh 2,76 persen dan memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
"Pertumbuhan industri dapat meningkatkan utilitas, dan diharapkan juga bisa memberikan multiplier effect yang bagus buat daerah-daerah. Di sini pemerintah dan semua stakeholder berperan agar industri bisa memberikan produktivitas yang tinggi," terangnya.
Sejak masa pandemi berlangsung, pada Maret hingga April 2020, PT Tata Metal Lestari terus melakukan ekspor secara reguler ke beberapa negara tujuan.
Pada kesempatan kali ini, PT Tata Metal melakukan ekspor ke destinasi baru, yakni Pakistan dan Thailand dengan perkiraan volume sebesar 1.200 ton.
Perusahaan tersebut memproduksi baja lapis zinc aluminium, antara lain dengan merek Nexalume dan baja ringan TASO.
Sebelumnya, perusahaan tersebut telah mengekspor 100 kontainer baja aluminium dengan tujuan ke sejumlah negara, antara lain Australia, Thailand, dan Amerika Latin pada Agustus lalu.
Baca juga: Kemenperin pacu Industri baja untuk dongkrak ekspor
Baca juga: Produsen baja nasional konsisten ekspansi bisnis di tengah pandemi
Baca juga: Pelaku industri baja sambut Kemenperin perbanyak SNI wajib
"Kami sangat mengapresiasi PT Tatametal Lestari sebagai salah satu produsen baja nasional yang di tengah pandemi tetap dapat melakukan ekspor," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Senin.
Taufiek mengungkapkan pemerintah terus berupaya meningkatkan pertumbuhan industri baja nasional dengan mendorong terciptanya iklim usaha industri yang kondusif dan kompetitif.
Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan utilisasi serta kemampuan inovatif pada sektor tersebut.
Untuk itu, lanjut Taufiek, pemerintah telah mengeluarkan berbagai regulasi, antara lain regulasi impor baja berdasar supply dan demand, fasilitasi harga gas bumi bagi sektor industri sebesar enam dolar AS/MMBTU guna menekan biaya produksi, dan izin operasional mobilitas dan kegiatan industri (IOMKI) yang memberikan jaminan bagi industri untuk dapat tetap beroperasi dengan protokol kesehatan ketat sesuai disarankan pemerintah.
"Kebijakan-kebijakan tersebut dirumuskan dengan maksud memberikan jaminan dan kesempatan bagi industri nasional, khususnya industri baja, agar dapat bersaing di pasar domestik maupun ekspor," tegasnya.
Ia menjelaskan dalam mendongkrak kinerja industri baja, pemerintah juga terus mengupayakan peningkatan demand di pasar domestik, salah satunya dengan mendorong bahan baku baja dalam negeri untuk mendukung proyek strategis nasional atau konstruksi nasional yang sedang digalakkan pemerintah.
Dalam hal ini, pemerintah turut menggandeng Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi).
"Demand terbesar produk baja adalah dari konstruksi yang menyerap sekitar 51 persen dari produksi dalam negeri, sehingga pabrik-pabrik baja dalam negeri bisa dibangkitkan utilitasnya," papar Taufiek.
Taufiek menambahkan pada triwulan II tahun ini, industri logam dasar tumbuh 2,76 persen dan memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
"Pertumbuhan industri dapat meningkatkan utilitas, dan diharapkan juga bisa memberikan multiplier effect yang bagus buat daerah-daerah. Di sini pemerintah dan semua stakeholder berperan agar industri bisa memberikan produktivitas yang tinggi," terangnya.
Sejak masa pandemi berlangsung, pada Maret hingga April 2020, PT Tata Metal Lestari terus melakukan ekspor secara reguler ke beberapa negara tujuan.
Pada kesempatan kali ini, PT Tata Metal melakukan ekspor ke destinasi baru, yakni Pakistan dan Thailand dengan perkiraan volume sebesar 1.200 ton.
Perusahaan tersebut memproduksi baja lapis zinc aluminium, antara lain dengan merek Nexalume dan baja ringan TASO.
Sebelumnya, perusahaan tersebut telah mengekspor 100 kontainer baja aluminium dengan tujuan ke sejumlah negara, antara lain Australia, Thailand, dan Amerika Latin pada Agustus lalu.
Baca juga: Kemenperin pacu Industri baja untuk dongkrak ekspor
Baca juga: Produsen baja nasional konsisten ekspansi bisnis di tengah pandemi
Baca juga: Pelaku industri baja sambut Kemenperin perbanyak SNI wajib
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: